Dahulu, Aku Mencintaimu

Cinta yang Mendalam dan Takdir yang Memilukan (8)



Cinta yang Mendalam dan Takdir yang Memilukan (8)

0

Qin Zhi'ai tidak tahu berapa lama ia sudah berdiri di situ dengan pikiran kosong, tetapi ketika ia mulai sadar kembali, langit di luar jendela sudah mulai gelap.

Qin Zhi'ai melemparkan amplop itu ke laci meja riasnya, lalu berbalik dan turun ke lantai bawah.

Ketika ia memasuki ruang makan, ia tidak mengharapkan Gu Yusheng masih makan di meja. Mendengar Qin Zhi'ai datang, Gu Yusheng mengangkat mata untuk melihatnya, dengan tidak ada sedikit pun perubahan yang tampak pada wajahnya. Bagaikan Qin Zhi'ai tak pernah ada, Gu Yusheng menundukkan kepalanya dan melanjutkan mengetuk layar telepon selulernya untuk mengecek berita, sambil menikmati semangkuk sup.

"Nona, mana yang anda pilih?" Pengurus rumah menarik kursi di seberang Gu Yusheng untuknya. "Mie seperti Tuan Gu, atau nasi?"

Sejak Qin Zhi'ai pindah ke vila Gu Yusheng tiga bulan yang lalu, Qin Zhi'ai tidak pernah duduk dalam satu meja dengan Gu Yusheng kecuali saat mereka makan bersama di Mansion keluarga Gu. Langkah Qin Zhi'ai terhenti sesaat, kemudian ia berjalan menuju meja dan duduk, berkata dengan lembut kepada pengurus rumah, "Nasi."

" Baik, Nona," pengurus rumah menjawab dan segera membawa semangkuk nasi untuknya.

Qin Zhi'ai mengucapkan terima kasih padanya dengan suara pelan, lalu mengambil sumpit dan mulai makan dengan kepala tertunduk sedikit.

Ruang makan terasa sangat sunyi. Tidak ada suara lain selain suara halus dan renyah dari sumpit yang beradu dengan piring.

Ketika Qin Zhi'ai memasuki ruangan, tidak banyak lagi sup yang tertinggal di dalam mangkuk Gu Yusheng. Gu Yusheng melihat layar teleponnya sejenak dan meminum supnya, lalu meletakkan mangkuknya, berdiri dan kemudian pergi.

Mungkin karena Qin Zhi'ai sudah makan terlalu banyak saat makan siang, atau karena kehadiran Gu Yusheng, selera makannya menjadi rendah. Qin Zhi'ai duduk di meja sendirian dan memaksa dirinya untuk makan setengah mangkuk nasi, kemudian meletakkan sumpitnya.

Qin Zhi'ai tidak segera berdiri. Ketika pengurus rumah masuk, ia berbisik, " Apa yang sedang ia lakukan?"

Qin Zhi'ai bermaksud menanyakan apakah Gu Yusheng sudah pergi, tetapi ketika kata-kata itu sudah sampai di tenggorokannya, ia menyadari betapa itu akan terdengar tak pantas, maka ia mengganti pertanyaannya.

"Tuan Gu? Ia sedang menonton televisi di ruang keluarga."

Setelah mendengar jawaban pengurus rumah, Qin Zhi'ai mengangguk dengan tenang tanpa berkata apa-apa, tetapi perasaan gelisah muncul di hatinya.

Qin Zhi'ai tetap duduk di sana untuk beberapa saat, kemudian ia meninggalkan ruang makan setelah menekan kegelisahannya dengan usaha keras.

Gu Yusheng sedang berada di sofa, kakinya ditopang oleh sebuah dipan, menonton siaran Olympic Games.

Televisi sedang menayangkan pertandingan tenis meja dengan suara pelan, dan sesekali terdengar riuhnya tepukan tangan para penonton.

Gu Yusheng sangat tertarik pada pertandingan itu sampai ia tak menyadari Qin Zhi'ai sudah keluar dari ruang makan.

Berdiri tidak jauh, Qin Zhi'ai memandang Gu Yusheng sejenak, dan tidak melihat adanya tanda akan pergi. Ia memiringkan kepalanya untuk melihat jam.

Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, tetapi Gu Yusheng masih di sini… Apakah ia akan tinggal di rumah malam ini?

Ruangan di mana Qin Zhi'ai tidur adalah kamar tidur Gu Yusheng….Jika Gu Yusheng tidur di rumah malam ini, apakah Qin Zhi'ai harus tidur setempat tidur dengannya?

  1. Pertandingan olah raga internasional yang diadakan empat tahun sekali

Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.