Dahulu, Aku Mencintaimu

Cinta yang Mendalam dan Takdir yang Memilukan (9)



Cinta yang Mendalam dan Takdir yang Memilukan (9)

0

Dalam ruangan yang sama dan tempat tidur yang sama?

Dengan kata-kata itu terbersit dalam benak Qin Zhi'ai, ia tiba-tiba teringat apa yang telah Gu Yusheng lakukan padanya di tempat tidur itu.

Ketegangan dan kepanikan yang tak tergambarkan meliputinya dalam sekejap, dan setelah beberapa detik saja, lapisan keringat muncul di telapak tangannya.

Qin Zhi'ai tahu alasan mengapa Gu Yusheng memperlakukannya dengan kejam adalah karena kakek memaksanya untuk pulang.

Hari ini, Gu Yusheng pulang atas keinginannya sendiri, jadi ia mungkin tidak melakukan apa pun padanya… Tetapi Qin Zhi'ai tetap tidak punya keberanian untuk tidur seranjang dengannya.

Bagaimanapun, ia takkan mau tidur denganku, bukan? Lagi pula, ia menyuruhku untuk menjauh darinya.

Meskipun itu adalah kebenaran yang nyata, dan Qin Zhi'ai sudah mengetahuinya sejak lama, ketika ia memikirkan hal itu, hatinya masih merasa sedikit sakit.

Itu adalah kamar tidurnya, Qin Zhi'ai tak mungkin mengusirnya…

Qin Zhi'ai melihat pada telepon selulernya sejenak dengan mata tertunduk. Ketika ia mengangkat wajahnya untuk meminta pengurus rumah menyediakan secangkir teh, ia melihat pengurus rumah membawa sepiring buah keluar dari dapur.

Sebelum ia berbicara, pengurus rumah tersenyum padanya sambil berkata," Nona, makanlah sedikit buah dengan Tuan Gu."

Qin Zhi'ai menggelengkan kepalanya, memandang ke arah Gu Yusheng yang sedang duduk, kemudian menjawab pengurus rumah dengan lembut, "Tidak, aku masih harus membaca naskah, aku harus naik ke atas."

Setelah terdiam sejenak, Qin Zhi'ai menyampaikan apa yang perlu ia katakan ," Tolong buatkan secangkir teh dan antarkan ke sunroom untukku."

"Baik, Nona."

Qin Zhi'ai tidak berkata apa-apa lagi, hanya tersenyum sedikit, lalu mengambil teleponnya dan berjalan ke atas.

Setelah sosok Qin Zhi'ai menghilang dari sudut ruangan, Gu Yusheng, yang masih dalam posisi menopangkan kakinya pada sofa, tidak bergerak sedikit pun, memandang ke sudut ruangan tanpa perubahan emosi pada wajahnya. Ia memalingkan matanya kembali setelah setengah menit, mengeluarkan rokok dari kotaknya di ujung meja, menyalakannya, dan melanjutkan menonton televisi.

Pada sekitar pukul sebelas, Gu Yusheng mematikan TV dan naik ke lantai dua setelah meminum secangkir air hangat di ruang makan.

Ketika ia membuka pintu kamar tidur, ia menolehkan kepalanya dan melihat pada sunroom yang berada di ujung lorong.

Lampu gantung pada ruangan itu masih menyala, bersinar dengan terang. Qin Zhi'ai sedang duduk pada kursi anyaman dan membaca naskah pada tangannya dengan teliti.

Tanaman di sekelilingnya bertumbuh hijau dan segar, beberapa pot bunga kacapiring dan melati bermekaran.

Setelah sekitar sepuluh detik, Gu Yusheng memalingkan tatapannya dari Qin Zhi'ai, dan tangannya yang tadi terhenti memegang kenop pintu, kini mendorong pintu hingga terbuka sehingga ia dapat memasuki kamar tidur.

Ketika Gu Yusheng keluar dari kamar mandi setelah mandi dengan air yang hangat dan nyaman, ia masih tetap sendirian di dalam kamar tidur.

Gu Yusheng melihat keluar jendela. Semua lampu telah padam kecuali satu yang masih bercahaya dengan sunyi di dalam sunroom.

  1. Ruangan dengan jendela besar dan terkadang juga atap kaca, dirancang untuk menyerap banyak cahaya matahari

Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.