Dahulu, Aku Mencintaimu

Delapan Tahun Mencintainya Bagaikan Sebuah Mimpi (3)



Delapan Tahun Mencintainya Bagaikan Sebuah Mimpi (3)

0

Terdengar suara benturan, diikuti suara gelas jatuh berserakan di lantai.

Qin Zhi'ai terdiam sejenak, dan pada detik berikutnya, ia berlari masuk ke dalam ruangan.

Qin Zhi'ai melihat seorang lelaki paruh baya memegang tongkat golf, melangkah maju ke arah Gu Yusheng.

Qin Zhi'ai tak pernah menganggap dirinya seorang gadis yang pemberani, tetapi ketika ia melihat peristiwa ini, ia bergegas menghampiri Gu Yusheng tanpa berpikir dan menutupi Gu Yusheng dengan tubuhnya sendiri.

Tubuh Gu Yusheng tampak kaku untuk beberapa saat, kemudian ia berteriak pada Qin Zhi'ai ," Apakah kau tuli? Aku bilang pergi! Mengapa kau kembali? Apakah kamu sudah bosan hidup?" Sambil menyalahkan Qin Zhi'ai, Gu Yusheng menarik Qin Zhi'ai ke dalam pelukannya, menahan tongkat golf yang diayunkan ayahnya menggunakan punggungnya.

Gu Yusheng lah yang dipukuli oleh ayahnya, tetapi Qin Zhi'ai yang merasakan sakit yang luar biasa dalam hatinya.

Qin Zhi'ai ingin menggeliat keluar dari pelukan Gu Yusheng, tetapi ia malah mendekapkan lengannya lebih erat untuk mencegah Qin Zhi'ai bergerak.

Gu Yusheng berkata, "Ayahku akan memukul siapa saja, tidak peduli siapa pun itu, ketika ia seperti ini. Jika kau terus bergerak, kau akan menjadi sasaran berikutnya!"

Ia melanjutkan ," Tidak bisakah kau diam saja? Jangan bergerak!"

Meskipun ia sambil menyalahkan Qin Zhi'ai, Gu Yusheng tetap melindunginya agar tidak terluka, bahkan oleh sedikit pun pukulan kemarahan ayahnya.

Mungkin karena adanya Qin Zhi'ai, Gu Yusheng tidak bisa menyelamatkan diri dari kekerasan ayahnya dan ia menanggung banyak sekali kesakitan.

Qin Zhi'ai tak tahan untuk tidak memohon belas kasihan ayahnya, tetapi semakin ia memohon, semakin ganas ia memukul Gu Yusheng, ia bagaikan benar-benar menjadi gila. Akhirnya, Qin Zhi'ai berhenti mengatakan apapun, dan mulai terisak.

" Kau persis seperti ibumu! Membawa pulang pelacur kecil bahkan di usiamu saat ini!"

Gu Yusheng mengacuhkan saja ayahnya sambil ia terus melemparkan siksaan kepada Gu Yusheng, tetapi ketika sampai pada Qin Zhi'ai, Gu Yusheng tiba-tiba menjawab ,"Tutup mulut busukmu! Ia bukan seorang pelacur!"

Merasa terganggu dengan teriakan Gu Yusheng, ayahnya memukulnya lebih kejam lagi.

Dengan segala kekerasan hatinya, Gu Yusheng tidak mengeluarkan suara, meskipun ia merasa sungguh sakit.

Pada akhirnya, ketika ayahnya merasa lelah dan pergi, seluruh ruangan kembali menjadi tenang seperti semula.

Ruangan yang semula besih dan rapi saat Qin Zhi'ai pertama kali masuk, pada saat itu, menjadi begitu berantakan seperti habis dirampok.

Gu Yusheng melepaskan Qin Zhi'ai tanpa berkata-kata, mengais-ngais kotak rokoknya di antara barang-barang yang berantakan, kemudian meninggalkan vila.

Karena Qin Zhi'ai tidak pernah melihat peristiwa seperti itu, ia tinggal sejenak di sana dan tertegun. Ketika ia sudah tersadar kembali dari ketakutannya, ia keluar dengan air mata mengalir dan mencari Gu Yusheng di halaman. Setelah cukup lama, ia menemukan Gu Yusheng berbaring di suatu titik paling jauh di taman, memandangi bintang-bintang di langit dengan rokok di mulutnya.

Gu Yusheng tahu ketika Qin Zhi'ai datang, tetapi ia tidak bergerak untuk melihatnya.

Qin Zhi'ai berdiri dan memandang Gu Yusheng untuk waktu yang lama, kemudian berlutut di rumput, bertanya dengan lembut ,"Apakah engkau baik-baik saja?"

Sambil bertanya, air matanya mengalir, dan ia melihat, pada kulit Gu Yusheng, di balik pakaiannya yang compang camping karena ayahnya, memar di semua bagian, baik luka-luka yang baru, maupun luka-luka yang sudah mulai memudar.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.