Dahulu, Aku Mencintaimu

Membacanya Kata Demi Kata (1)



Membacanya Kata Demi Kata (1)

0Ketika Gu Yusheng menyelesaikan kata terakhir, senyuman terakhirnyapun menghilang dari wajahnya. Ia memaksakan kata terakhir itu terucap di antara giginya. Kedengarannya sangat dingin sampai membeku di udara.     

Qin Zhi'ai takut dengan nada suaranya, dan jantungnya mulai berdebar. Hal-hal kejam yang pernah dilakukan Gu Yusheng padanya mulai bermunculan seperti film di kepalanya. Ia bingung dan bertanya-tanya mengapa Gu Yusheng menyebut Lu Bancheng lagi. Ia hanya mengernyit sedikit, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Ia pun mempercepat langkahnya.     

Gu Yusheng berpikir dalam benaknya, Qin Zhi'ai menemukan alasan untuk berbicara dengan Lu Bancheng, tetapi ia tidak mau berbicara denganku. Apakah ia berjalan secepat itu untuk menjauh dariku sesegera mungkin?     

Gu Yusheng hampir pingsan karena merasa sangat marah. Tiba-tiba ia mengangkat tangannya dan menarik dasinya. Ia menyabetkan dasinya pada Qin Zhi'ai, "Apakah kau bodoh atau hanya ingin mengabaikanku? Tidak bisakah kau mendengarku?"     

Dasi itu menyabet leher Qin Zhi'ai dan meninggalkan goresan yang tajam. Qin Zhi'ai tampak seperti ia telah tersengat listrik. Jika sebelumnya ia sedang berjalan dengan cepat, sekarang ia praktis berlari, dengan begitu kencang secara refleks.     

Gu Yusheng berdiri di pintu dalam keadaan marah dan memikirkan bagaimana untuk menghukum Qin Zhi'ai saat ia berlari melewatinya di antara pintu kaca tanpa ragu-ragu. Ia berlari kencang ke tangga seolah-olah berlari untuk menyelamatkan hidupnya.     

Gu Yusheng sangat luar biasa kesal terhadap reaksi Qin Zhi'ai. Ia mengertakkan giginya dengan keras dan mengambil napas dalam-dalam dengan mata tertutup. Ia berbalik dan mengejar Qin Zhi'ai.     

Gu Yusheng memiliki kaki dan tangan yang panjang. Ketika Qin Zhi'ai baru saja melewati ruang kerja, rambutnya ditangkap oleh Gu Yusheng. Gu Yusheng menarik punggungnya dengan rambutnya.     

Qin Zhi'ai tersentak dari rasa sakit. Ketika ia meraih tangannya ke belakang kepalanya, ia didorong ke dinding oleh Gu Yusheng dengan tatapan galak.     

Qin Zhi'ai bahkan tidak punya kesempatan untuk mengangkat tangannya untuk mendorong tangan Gu Yusheng dari pundaknya, sebelum Gu Yusheng menekan tubuhnya pada Qin Zhi'ai.     

Getaran kemarahan dan kecemasan berada di sekitar Gu Yusheng. Sebenarnya, Gu Yusheng pun tidak tahu mengapa ia sangat marah, tetapi ia begitu geram. Dulu ia terbiasa mengutuk saat ia marah, tapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya kali ini.     

Gu Yusheng menatap Qin Zhi'ai dengan wajah suram. Ia menekan lebih berat pada Qin Zhi'ai untuk mengekspresikan dan melepaskan kemarahannya. Ia menekan begitu kerasnya seperti ia ingin menekan Qin Zhi'ai ke dinding.     

Qin Zhi'ai tidak bisa bernapas karena tekanan yang diberikan Gu Yusheng padanya. Udara yang tinggal sedikit saja di dadanyapun tampak seperti diperas. Wajahnya berubah menjadi merah karena kurangnya udara.     

Perasaan sesak membuat Qin Zhi'ai merasa lemah. Satu-satunya bagian dari tubuhnya yang bisa ia gerakkan adalah kakinya. Ia mulai menendang di udara. Ketika ia menendang kaki bawah Gu Yusheng, ia mengernyit karena rasa sakit. Gu Yusheng tampak seperti tiba-tiba teringat sesuatu dan menjauh darinya. Ia meraih lengan Qin Zhi'ai dan menyeretnya ke kamar tidur utama.     

Gu Yusheng menendang pintu dengan kasar hingga terbuka dan menyeretnya masuk. Ia mulai mencari di mana-mana di ruangan itu. Bantal dan selimut dilemparkan ke mana-mana. Ia membuang isi tas Qin Zhi'ai di atas meja. Lipstik dan krim tangan berguling di lantai. Ia tidak berhenti mencari sampai menemukan ponselnya di sudut sofa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.