Dahulu, Aku Mencintaimu

Istrimu Bukanlah Istrimu (10)



Istrimu Bukanlah Istrimu (10)

0Namun, Gu Yusheng tidak mengira bahwa Qin Zhi'ai akan menghubunginya begitu tiba-tiba. Seolah dihancurkan oleh kata-kata yang tak terhitung banyaknya, otaknya membeku sesaat, dan entah bagaimana, ia tidak tahu harus memulai dari mana.     

Qin Zhi'ai tidak mengatakan kata-kata sopan kepada Gu Yusheng, hanya mempererat cengkeramannya pada telepon karena merasa gugup dan berkata dengan suara rendah, "Aku baru saja memesan tiket."     

Gu Yusheng tetap diam di ujung sambungan telepon.     

Qin Zhi'ai menggigit bibirnya, lalu berkata," Aku akan pergi ke Shanghai."     

Ia hampir tidak dapat menyelesaikan kata-katanya ketika terdengar suara rem darurat mendecit melalui telepon.     

Mobil itu pasti sedang melaju luar biasa kencang. Ban mobil yang bergesekan di seberang jalan, menimbulkan suara keras dan panjang sebelum kembali tenang.     

Qin Zhi'ai mengerutkan alisnya, dan bertanya ,"Apakah kau sedang berkemudi saat ini?"     

Tetap, tidak ada yang menjawab. Setelah beberapa saat, suara Gu Yusheng terdengar melalui telepon. Suaranya sangat lembut mengatakan "ya".     

Sekitar sepuluh detik kemudian, Gu Yusheng bertanya,"Apakah kau datang untuk menemuiku?"     

Cara bertanya Gu Yusheng yang tegas dan langsung membuat Qin Zhi'ai merasa sedikit malu.     

Ia menggenggam ponselnya dengan erat, menahan napasnya dan tetap terdiam untuk beberapa saat, lalu mengakui dengan sikap yang berwibawa, "Ya."     

Tidak ada jawaban, hingga wajah Qin Zhi'ai sedikit memerah. Khawatir bahwa ia tidak didengar dengan jelas, ia menekankan lagi, "Aku akan ke sana untuk menemuimu."     

Gu Yusheng memegang ponselnya, menatap kosong ke jalan bebas hambatan tak berujung di depannya dan merasa seolah semuanya adalah sebuah mimpi.     

Gu Yusheng memikirkan perkataan Qin Zhi'ai beberapa kali di dalam relung hatinya, kemudian berkata dengan suara yang jelas dan ringan, tetapi juga lembut, "Kapan? Aku akan menjemputmu."     

"Pukul lima," Qin Zhi'ai menjawab dengan lembut, lalu ia menambahkan, "Di Bandara Pudong."     

Terakhir kali Qin Zhi'ai pergi ke perusahaan Gu Yusheng, secara tidak sengaja ia menyadari bahwa cabang Shanghai dari Perusahaan Gu terletak di dekat Sungai Huangpu. Karena itu, ia menambahkan, "Bandara itu agak jauh dari kantor cabangmu, tetapi aku hanya bisa mendapatkan tiket yang mendarat di bandara itu."     

"Tidak apa-apa," Gu Yusheng menjawab dengan nada yang lembut dan santai. "Baiklah, hubungi aku saat kau sudah turun dari pesawat."     

"Oke, baiklah." Setelah mengatakan ini, ia memegang ponselnya dengan diam selama beberapa saat. Berpikir bahwa Gu Yusheng tidak berniat mengatakan apa-apa lagi dan ia harus segera berangkat ke bandara, ia pun berkata, "Kalau begitu aku akan pergi sekarang."     

"Baik." Tampaknya Gu Yusheng sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri, karena jawabannya sangat tidak pasti.     

Qin Zhi'ai baru saja hendak memutuskan sambungan telepon ketika Gu Yusheng tiba-tiba memanggilnya, "Pembuat onar kecil?"     

Qin Zhi'ai menghentikan tindakannya menutup telepon. "Ada apa?"     

"Apakah kau sudah merasa lebih sehat?"     

"Aku baik-baik saja sekarang …" Qin Zhi'ai menjawab dengan samar-samar. "Aku sudah merasa sehat sejak tadi pagi."     

"Baiklah …," Qin Zhi'ai berpikir bahwa Gu Yusheng akan mengatakan "sampai jumpa" atau sesuatu yang menyerupai itu selanjutnya, tetapi ia tidak menduga Gu Yusheng akan memanggilnya lagi, "Pembuat onar kecil?"     

Qin Zhi'ai tidak bisa melihat ekspresi Gu Yusheng melalui telepon, tetapi dari nada suaranya yang pelan dan halus, ia merasa bahwa Gu Yusheng sepertinya mempunyai banyak hal untuk dikatakan, maka ia menunggu dengan diam tetapi tidak mendengar jawaban apa pun.     

Setelah beberapa saat, akhirnya Gu Yusheng berkata,"Maafkan aku."     

Karena Qin Zhi'ai tidak pernah berpikir Gu Yusheng akan meminta maaf dengan tiba-tiba, ia menggerakkan mulutnya tanpa tahu harus berkata apa. Setelah menemukan cincin itu, ia bermaksud pergi kepada Gu Yusheng dengan terburu-buru. Apa yang paling ingin ia tanyakan tetap melekat di mulutnya, dan rasanya akan lepas dari bibirnya kapan saja.     

"Aku …" Setelah mulai berbicara, Gu Yusheng terdiam. Setengah menit kemudian, ketika Gu Yusheng berbicara lagi, nada suaranya menjadi lebih santai dari sebelumnya. "Kita akan berbicara lagi nanti, setelah engkau tiba di sini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.