Dahulu, Aku Mencintaimu

Untuk Hari itu, Terima Kasih (5)



Untuk Hari itu, Terima Kasih (5)

0Qin Zhi'ai memperhatikan ada luka besar ditutupi darah kering di punggung Gu Yusheng saat mengoleskan obat untuknya.     

Qin Zhi'ai menatap Gu Yusheng. Ia memperhatikan bahwa Gu Yusheng melihat keluar jendela dengan tatapan damai. Ia tidak ingin mengganggu Gu Yusheng, maka ia diam-diam meletakkan botol obat di atas meja kopi dan mengecek suhu air di baskom. Ia menyadari bahwa airnya sedikit dingin. Diam-diam ia membawa baskom ke kamar mandi dan menambahkan air panas ke dalamnya. Setelah ia keluar dari kamar mandi, Gu Yusheng berbalik menghadap dirinya.     

Qin Zhi'ai berhenti dan tanpa sadar mencengkeram tepian baskom dengan lebih kencang.     

Gu Yusheng melihat pada baskom di tangannya terlebih dahulu, lalu matanya memandang wajah Qin Zhi'ai. Meskipun ia tidak mengatakan apapun, ia tampak seperti memiliki pertanyaan untuk Qin Zhi'ai.     

Qin Zhi'ai merapatkan bibirnya dan menjelaskan kepada Gu Yusheng dengan suara pelan ,"Aku belum selesai membersihkan punggungmu."     

Qin Zhi'ai terdengar tenang, tapi ruas-ruas jarinya yang pucat mengungkapkan yang sebenarnya. Ia mencengkeram baskom itu begitu keras sehingga menunjukkan kegugupan dan kecemasannya.     

Kenapa ia sangat gugup ketika ia berbicara padaku? Gu Yusheng berpikir dalam hati.     

Gu Yusheng tidak merasa nyaman dengan hal ini. Perasaan itu membuatnya tidak yakin bagaimana harus bersikap pada Qin Zhi'ai.     

Qin Zhi'ai melihat keheningan Gu Yusheng, ia tidak yakin apa yang ada di pikirannya. Qin Zhi'ai khawatir ide untuk membersihkan punggungnya akan membuatnya marah. Qin Zhi'ai menggurat tepi baskom dan bertanya lagi dengan suara pelan, "A-Aku akan meminta pengurus rumah untuk membantu—"     

Gu Yusheng merasakan ganjalan di tenggorokannya. Gu Yusheng menjawab Qin Zhi'ai sebelum ia selesai berbicara. Jawaban Gu Yusheng singkat, tetapi terdengar sangat lembut sampai ia pun tidak percaya itu keluar dari mulutnya sendiri. "Kau boleh melakukannya."     

Setelah ia mengatakannya, ia menggerakkan matanya untuk melihat cermin di depannya. Ia bisa dengan jelas melihat raut wajah Qin Zhi'ai di cermin. Qin Zhi'ai tampak seperti baru saja melarikan diri dari sesuatu yang mengancam kehidupan. Qin Zhi'ai menghela nafas dengan mata tertutup. Ia mendongak dan diam-diam mengawasi Gu Yusheng selama beberapa saat sebelum ia berlalu dengan membawa baskom. Tampaknya ia akan memeriksa apakah Gu Yusheng benar-benar tidak marah padanya.     

Qin Zhi'ai meletakkan baskom di ujung meja kopi. Dengan perlahan dan lembut ia mengeringkan handuk, lalu berjalan di belakangnya dan dengan hati-hati menyekakan handuk di punggungnya untuk membantunya membersihkan diri.     

Usapan Qin Zhi'ai yang lembut dan perlahan menunjukkan kehati-hatian dan kejeliannya, yang membuat mata Gu Yusheng berair.     

Perasaan tidak nyaman ini segera berubah menjadi rasa sakit yang ringan dan mulai pudar. Usapan Qin Zhi'ai begitu halus, tetapi ia merasakannya dengan jelas. Rasa sakit itu membuatnya kehabisan napas sesaat. Ia hanyut dalam pikirannya ketika melihat Qin Zhi'ai di cermin.     

Setelah Qin Zhi'ai membersihkan punggungnya, ia membawa baskom itu ke kamar mandi tanpa berlama-lama lagi.     

Gu Yusheng kembali dari lamunannya karena suara air yang mengalir ke wastafel. Ia mendengar percikan air tetapi tidak mendengar Qin Zhi'ai berjalan keluar dari kamar mandi setelah beberapa saat.     

Qin Zhi'ai tidak berjalan mendekatinya. Sebaliknya, Qin Zhi'ai berdiri agak jauh darinya dan hanya berkata, "Yah."     

Qin Zhi'ai menunjuk ke kamar tidur utama di seberang lorong ketika Gu Yusheng berbalik untuk memandangnya. Ia berkata cepat, "Aku akan ke sana." Ia berbalik dan berjalan pergi sebelum Gu Yusheng bisa mengatakan apa-apa padanya.     

Qin Zhi'ai berjalan sangat cepat sehingga ia tampak seperti melarikan diri dari Gu Yusheng.     

Melihat ia melarikan diri membuat Gu Yusheng merasa lebih buruk. Perasaan buruk itu semakin kuat dan semakin kuat.     

Saat Qin Zhi'ai mengulurkan tangannya untuk mendorong pintu kamar tidur utama hingga terbuka, Gu Yusheng tidak bisa menahan untuk membuka mulutnya. Kata-kata itu sudah berada di ujung lidahnya ketika ia menyadari apa yang sedang ia coba lakukan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.