SINCERITY OF LOVE (END) (SUDAH TERBIT)

KEHILANGAN HARTA DAN TAHTA



KEHILANGAN HARTA DAN TAHTA

0Mirza tak begitu saja menyerahkan semua aset yang dimiliki kepada polisi dan pihak Bank. Karena dia tidak tahu alasan apa yang melatarbelakangi semua ini.     

Setelah berdiskusi sebentar di dalam rumah, akhirnya Mirza tahu siapa yang menjual rumahnya yang masih atas nama ibunya Mirza itu. Dia tidak menyangka mereka berdua tega melakukan semua ini padanya. Kurang apa dia selama ini untuk mencukupi kebutuhan keduanya beserta keluarganya. Salahnya Mirza karena menyimpan sertifikat rumahnya di brankas yang ada di kantor. Dan kodenya tidak pernah berubah sejak Ayahnya masih ada.     

"Tolong beri kami tenggang waktu untuk mengosongkan rumah kami, Pak. Saya minta waktu satu minggu." Mirza sengaja mengulur waktu untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang semua yang terjadi dengannya saat ini.     

"Baik dengan alasan kemanusiaan, kami berikan anda tenggang waktu satu minggu untuk mengosongkan rumah ini." Ucap salah satu pihak yang diutus bank sebagai juru sita.     

Anjeli yang berada di lantai atas, melihat orang berseragam polisi dan ada lagi yang berpakaian formal. Anjeli menangkap ada sesuatu yang tidak beres sehingga Mirza sepertinya terlihat sangat sedih.     

Anjeli memilih untuk menunggu suaminya bercerita padanya. Tanpa mau turun ke bawah menemui suaminya. Lama dia menunggu mereka berbicara sangat serius. Hingga beberapa menit kemudian orang yang berseragam polisi dan berpakaian formal itu meninggalkan rumah mereka. Setelah mengunci pintu, Mirza melangkah ke lantai atas dengan lesu.     

"Mas ada apa sebenarnya?" Mirza enggan untuk menjawab. Dia malah memeluk Anjeli dengan erat.     

"An tolong jangan tinggalkan aku ya An. Aku benar-benar merasa sendirian sekarang. Tidak ada yang peduli terhadapku. Selama ini aku sudah membiayai hidup mereka. Tetapi betapa teganya mereka melakukan semua ini padaku." Ucap Mirza yang Anjeli yakin Mirza sekarang sedang rapuh.     

"Memangnya siapa Mas? Dan ada apa? Siapa yang membuatmu jadi seperti ini?"     

"Maaf ya An. Aku tidak bisa cerita sekarang. Kamu jangan terlalu banyak pikiran ya. Karena kamu sedang hamil sekarang. Hari ini kamu ke tempat Ibu dulu ya. Aku ada urusan mencari seseorang." Anjeli yang merasa penasaran akhirnya hanya bisa diam sesuai dengan apa yang diinginkan oleh suaminya. Dia juga tidak mau memaksa suaminya untuk bercerita.     

"Iya Mas. Nanti aku akan ke tempat ibu. Kebetulan hari ini aku hanya kuliah siang hari."     

"Nanti aku antar ya. Setelah itu aku akan berangkat ke kantor lebih dulu." Hari ini Mirza ingin mencari seseorang yang selama ini dia percaya.     

***     

Setelah mengantar Anjeli ke tempat ibunya, Mirza segera bertolak ke kantornya. Entah apa yang terjadi selama satu bulan ini. Dan dia akan mencari tahu setelah sampai di kantor nanti. Dan selama itu pula Beni menghilang tanpa jejak menghianati kepercayaannya.     

Mirza turun dari mobil kemudian melangkah menuju ke lobby kantor. Semua karyawannya tiba-tiba saja tidak ada yang menunduk hormat kepadanya. Padahal biasanya semua yang bertemu dengannya selalu menunduk hormat sejenak.     

"Maaf Pak Mirza, anda tidak boleh masuk." Ucap Security yang berusaha menahan dia untuk masuk.     

"Kenapa saya tidak boleh masuk? Ini kan kantor saya."     

"Maaf Pak Mirza, perusahaan Bapak sudah dijual ke orang lain." Ucap salah satu security.     

"Siapa yang berani menjual perusahaan ayah saya?" Security itu hanya diam. Mereka takut salah bicara.     

"Kenapa kalian diam saja ha?! Sebenarnya apa yang terjadi?" Tanpa menghiraukan kedua security itu, Mirza segera masuk ke dalam ruangannya. Betapa terkejutnya dia ketika ruangannya sudah ditempati oleh orang lain. Dan orang itu yang selama ini dia cari-cari.     

"Bugg!!!" Spontan Mirza memukul lelaki itu.     

"Uhh.. Oh ada tamu yang kurang ajar datang kemari rupanya." Laki-laki itu tidak membalas malah tersenyum sinis ke arah Mirza.     

"Kurang ajar kamu, Rom. Kamu sudah melecehkan istriku. Dan sekarang kamu sedang apa di perusahaanku?"     

"Kamu sudah tahu dari istrimu, ya? padahal aku ingin memberitahumu sendiri. Rupanya aku telat. Hahahah."     

"Di mana Beni?"     

"Mana aku tahu. Sejak aku membeli perusahaanmu aku tidak pernah mendengar nama itu." Ucap Lelaki itu dengan acuh.     

"Lelucon macam apa ini sebenarnya? Dan kenapa kamu bisa ada di perusahaanku? "     

"Lihatlah ini Tuan Mirza yang terhormat. Anda cukup pintar kan untuk memahami semua ini?" Lelaki itu mengambil sebuah dokumen kepemilikan perusahaan. Mirza mengambil dokumen yang ada di tangan orang itu, lalu membacanya dengan teliti dan benar saja perusahaan ini telah dipindahtangankan kepada orang lain tanpa sepengetahuannya.     

'Sebenarnya apalagi ini? Rumah sudah dijual lalu perusahaan juga ya jual maksudnya apa dengan semua ini?'     

"Kamu yang bodoh Mirza. Kamu meninggalkan perusahaan begitu saja. Memangnya kemana kamu selama ini? "     

"Bukan urusanmu!! kurang ajar kamu! Kamu sudah melecehkan istriku dan sekarang kamu mengambil perusahaanku juga."     

"Hei Mirza! Aku membeli perusahaan ini dengan uang. Aku tidak merebutnya darimu kalau kamu ingin tahu kebenarannya tanyakan saja pada Miqdam dan Miftah. Kamu kenal mereka kan?"     

"Astaghfirullah." Mirza mendadak kelu. Ingin sekali dia marah tapi percuma. Semua sudah ada buktinya. Sudah ada hitam diatas putih. Mirza sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Satu-satunya cara adalah meminta penjelasan dari kedua orang itu. Entah apa yang mereka lakukan sehingga bisa menjual perusahaan keluarga dan juga rumah milik orang tuanya. Dengan memalsukan tanda tangannya.     

"Dari mana kamu mendapatkan uang untuk membeli perusahaan ku?"     

"Kamu tahu Astray mobilindo? Itu adalah milik Papaku, Tuan Mirza. selama ini aku pergi dari rumah karena ingin mandiri. Ingin mencari cinta sejati yang benar-benar menerima aku apa adanya bukan karena harta orangtuaku. Dan setelah aku menemukan wanita yang aku kira cocok dengannya, kamu malah merebutnya dariku. Dan aku yakin dia menikah denganmu karena hartamu. Itu yang menyebabkan aku kembali kepada orang tuaku dan merebut Anjeli darimu. Kalau aku kaya lagi, Anjeli pasti akan mau sama aku, dan meninggalkanmu. Rupanya Tuhan berpihak padaku karena Miqdam dan Miftah datang menawarkan perusahaanmu ini pada Papaku."     

"Tidak akan!! Anjeli tidak akan meninggalkanku. aku akan laporkan kamu ke polisi atas tindak pelecehan yang kamu lakukan pada istriku. Silakan saja kalau kamu berani. Kamu sudah tidak punya apa-apa. Dan aku punya banyak pengacara untuk membelaku."     

"Aku tidak peduli. Demi menjaga harga diri istriku, aku akan melaporkan ke polisi."     

"Silakan saja kalau kamu berani. Memangnya kamu punya bukti apa? Yang ada malah kamu yang akan aku jebloskan ke penjara karena mencemarkan nama baikku."     

" Brengsek kamu. "     

"Ucapanmu itu tidak pantas untukku. Harusnya kamu mengatakan itu pada kedua Miqdam dan Miftah yang tega mengkhianatimu. Kasihan sekali kamu dihancurkan oleh mereka.. "     

"Ingat ya Rom aku tidak akan menyerah. Aku akan merebut perusahaan ini secepatnya."     

"Hahaha... Silakan saja kalau kamu bisa. Emangnya kamu punya apa sekarang?" Mirza rasa tidak bisa apa-apa lagi. Haruskah dia menyerah sekarang atau mencari kebenaran yang sebenar-benarnya? Kunci dari masalah ini adalah Beni. Dan Beni saat ini menghilang tak tahu kemana.     

"Baik aku tidak akan banyak berdebat denganmu lagi. Tapi ingat ya Rom, aku akan membeli perusahaan ini kembali."     

"Ya sudah silakan kamu pergi. Ingat ya Za, sebentar lagi Anjeli akan jadi milikku."     

"Tidak akan pernah Rom!" Mirza terpaksa meninggalkan kantor itu dengan tangan hampa. Dia sudah berpakaian rapi untuk bekerja hari ini. Tetapi apa yang dia dapat perusahaan yang selama ini dia besarkan justru dijual tanpa sepengetahuannya. Mirza melonggarkan dasi lalu melepasnya. Apa yang akan dia lakukan setelah ini? Apa yang akan dia lakukan dengan mobil dan tabungannya?     

Perih rasanya mengingat semua perjuangan yang selama ini seperti sia-sia. Untuk membangun perusahaan baru lagi tentu akan Butuh banyak modal. Mirza berpikir dengan keras, apa yang di harus dilakukan setelah ini. Apakah dia akan menyerah begitu saja?     

Sedangkan semuanya jelas-jelas sudah dijual ke orang lain. Sebenarnya untuk apa uang sebanyak itu? Mirza tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Miqdam dan Miftah. teganya mereka melakukan semua ini padanya. Padahal dirinyalah yang selama ini sudah membiayai hidup mereka dan dia sendiri yang bekerja keras untuk mereka.     

Sampai dia tidak mengenal lelah dan harus mengkonsumsi barang haram agar dia tetap bisa semangat bekerja setiap hari.     

'Ya Allah kuatkan hamba. Jika ini adalah sebagian dari ujianmu untuk mengembalikanku kepada jalan yang benar, tumbuhkanlah rasa rasa ikhlas yang besar dalam hati hamba. Dan berikanlah hamba rezeki dari arah yang lain untuk menafkahi istri hamba dan keluarganya.'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.