SINCERITY OF LOVE (END) (SUDAH TERBIT)

MENCARI ANJELI



MENCARI ANJELI

0Romi panik saat melihat Anjeli pingsan. Dia segera membawa Anjeli ke klinik terdekat dengan kampusnya. Banyak teman-teman Anjeli yang melihat kejadian itu.     

Ada perasaan menyesal di hati Romi ketika wanita yang ia cintai untuk kesekian kalinya ia buat menderita. Harusnya Anjeli tahu bahwa dia mencintai Anjeli sejak dari dulu.     

"Maaf apakah Anda suaminya Mbak Anjeli?"     

"Bukan dok, saya temannya. memangnya ada apa ya?"     

"Mbak Anjeli ini sedang hamil, dia mungkin dalam keadaan stres, sehingga dia pingsan."     

"Hamil Dok? "     

"Iya hamil, Memangnya anda tidak tahu?"     

"Tidak Dok. Saya hanya teman kampusnya saja."     

"Oh ya sudah kalau begitu tolong sampaikan pada suaminya ya. Bahwa mbak Anjeli jangan sampai kecapean dan stres. Nanti saya akan kasih vitamin.     

" Iya dok terima kasih."     

Romi merasa terkejut dengan berita kehamilan Anjeli. Tapi dengan kejadian ini dia malah memiliki peluang untuk mendapatkan Anjeli     

"Kamu sudah sadar Anjeli?"     

"Di mana aku? "Anjeli mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, nampak asing baginya, kamar yang begitu mewah dan luas, dengan cat warna biru laut sesuai dengan warna yang ia suka.     

"Kamu ada di rumahku. Bahkan aku membuat kamar khusus dengan warna kesukaanmu." Anjeli terkejut saat Romi mengetahui hal kecil darinya.     

"Tolong Rom, izinkan aku untuk pulang. Aku harus kembali pada suamiku."     

"Tidak Anjeli. Mulai sekarang aku tidak akan pernah melepaskanmu. Kamu sedang hamil anakku. Jadi jangan pernah kamu berpikir untuk kembali lagi dengan Mirza."     

"Apa maksudmu Rom? Aku hamil anaknya Mas Mirza. Aku tidak pernah melakukan apa-apa denganmu."     

"Kamu lupa waktu malam itu? Sebenarnya aku sudah melakukan itu padamu. Saat kamu tak sadarkan diri. Hari ini berarti lebih dari 1 bulan kan? Jadi bisa dipastikan bahwa itu adalah anakku." Mendengar pengakuan Romi, Anjeli histeris. Dia menangis karena telah menodai kepercayaan suaminya.     

"Nggak nggak mungkin. Aku tidak mungkin hamil anak kamu. Ini adalah anaknya Mas Mirza kamu jangan membuat fitnah."     

"Aku tidak memfitnah Anjeli, memang kenyataannya seperti itu. Kamu pernah lihat foto itu, kan?"     

Anjeli menangis, hancur sudah harapan untuk bisa kembali dengan Mirza. Ia yakin Mirza tidak akan mau menerimanya lagi jika tahu ternyata dirinya hamil anaknya Romi.     

"Aku akan menemui Mirza, Aku akan memintanya menceraikanmu. Dan mulai saat ini jangan pernah berharap untuk keluar dari sini Anjeli. Aku akan menjagamu dan calon anak kita."     

"Biadab kamu, Rom. Apa ini yang namanya cinta? Kamu bahkan tidak peduli dengan perasaanku. Kamu bilang kamu cinta kan sama aku? tapi kenapa kamu justru ingin melihatku menderita?"     

"Aku tidak membuatmu menderita Anjeli. Aku hanya ingin kamu terlepas dari Mirza. Dia tidak pantas untukmu. Dia itu seorang pemakai. Apa kamu mau punya anak dari seorang pemakai seperti Mirza? "     

"Enggak!! aku tidak percaya suamiku seperti itu. Kalaupun dia pernah melakukan kesalahan itu, aku akan memaafkannya. Aku yakin dia yang sekarang tidak seperti itu."     

"Kamu yakin? Tidak semudah itu keluar dari jerat barang haram itu.     

"Tidak mudah bukan berarti tidak bisa kan Rom? Aku yakin Mas Mirza sudah berubah."     

"Kalaupun dia sudah berubah, Apa dia mau menerimamu? sedangkan kamu sekarang sedang hamil anakku?"     

"Cukup Rom! Kamu jangan mengada-ada."     

'Kumohon bertahanlah disampingku tiga tahun saja Anjeli. Bahkan mungkin kurang. Aku hanya ingin bersamamu.' bisik hati Romi.     

Romi meninggalkan Anjeli sendiri di kamar, hari ini dia akan menemui Mirza. Kali ini dia harus mendapatkan Anjeli. Tidak peduli Anjeli sedang hamil atau tidak.     

***     

Mirza menghubungi Anjeli dari tadi, sudah sejak tadi dia menunggu di depan gerbang kampusnya. Tapi sampai sore hari, Anjeli tidak menunjukkan batang hidungnya. Akhirnya dia memarkirkan mobilnya dan berniat mencari Anjeli ke dalam.     

" Maaf mbak, Saya mau tanya gedung Fakultas Ekonomi dimana ya?"     

"Oh FE? masih lurus aja nanti belok kanan, nanti ada tulisan Fakultas Ekonomi. Mas mau nyari siapa ya?     

"Saya mencari istri saya Mbak. Sudah sore begini kok belum pulang. "     

"Istri mas namanya siapa? Kebetulan saya juga Fakultas Ekonomi."     

"Saya mencari Anjeli. Nggak kenal sama dia? "     

"Anjeli semester 6 ya? itu teman sekelas saya Mas. Tadi dia malah tidak masuk kuliah, tadi sih saya melihat dia pingsan."     

"Pingsan? "     

"Loh memangnya mas tidak tahu? Tadi dia dibawa ke klinik Sama Romi."     

"Sama Romi?"     

"Iya Romi."     

"Memangnya dibawa ke klinik mana Mbak?"     

"Saya tidak tahu dibawa ke klinik mana. Tetapi mungkin klinik yang dekat dengan kampus ini mas. Coba Mas cari saja klinik dekat kampus ini. Coba mas cari di sana. Barangkali Anjeli masih di sana."     

"Terima kasih ya Mbak. Saya akan mencarinya ke sana."     

"Sama-sama Mas. Semoga aja masih berada di sana."     

Mirza berlari menuju ke mobilnya, pikirannya sudah tidak karuan. rupanya Romi masih belum menyerah untuk mendapatkan Anjeli. Jangan-jangan pingsannya Anjeli ada hubungannya dengan Romi. Bukankah Anjeli sudah bilang kalau sejak kejadian itu Romi tidak pernah masuk kuliah? Kenapa hari ini dia bisa muncul lagi? Mirza berpikir dengan keras dia berharap tidak akan terjadi apa-apa lagi dengan istrinya.     

Mirza segera turun dari mobil berlari ke dalam klinik,     

"Maaf Mbak, apa disini tadi ada pasien yang bernama Anjeli?"     

"Sebentar ya Mas saya cek dulu. " resepsionis itu terlihat mencari data atas nama Anjeli,     

"Iya Mas ada. Tetapi di sini keterangannya pasien atas nama Anjeli sudah dibawa pulang Mas. "     

"Kapan Mbak? "     

"Tadi siang Mas."     

'Astaghfirullahaladzim. Ke mana Romi membawa istriku pergi? Aku harus cari di mana ini?' Mirza benar-benar tidak bisa berpikir. Tidak tidak tahu lagi harus mencari Anjeli ke mana. Karena dia tidak tahu sekarang Romi tinggal di mana.     

Iya kalau Anjeli dibawa ke rumahnya, kalau Anjeli diapa-apain lagi seperti dulu bagaimana? Mirza memukul setir mobilnya, Dia sangat marah dan kesal kali ini. Kenapa Romi selalu saja mengganggu rumah tangganya? atau jangan-jangan Romi mengantarkan Anjeli pulang? Kalau tadi Anjeli dirawat, pasti Romi tahu Anjeli sedang hamil. Jadi pasti Romi mengurungkan niatnya untuk merebut Anjeli dariku." Mirza bermonolog.     

Akhirnya Mirza bergegas pulang ke rumah. Berharap Romi mengantarkan Anjeli pulang.     

"Lho itu bukannya Romi? Syukurlah kalau dia punya niat baik untuk mengantarkan Anjeli pulang." ucap Mirza saat melihat Romi berdiri di depan pagar rumahnya. Romi tersenyum ke arahnya saat Mirza turun dari mobil.     

"Halo Mirza. Bagaimana kabarmu? Apa kamu tidak mengkhawatirkan istrimu? "     

"Anjeli di mana Rom? Kamu sudah mengantarkannya pulang kan?"     

"Jangan mimpi kamu bisa bersama Anjel. Aku tidak akan mengembalikan Anjeli padamu. Apalagi Sekarang dia sedang hamil anakku."     

"Apa maksudmu Rom? Anjeli hamil anakku.     

"Kamu lupa aku pernah melakukan apa pada Anjeli? Salah kamu sendiri kenapa meninggalkan Anjeli. Kamu mencampakkannya."     

"Nggak. Nggak mungkin Anjeli menghianatiku."     

"Lihat ini kalau kamu tidak percaya. " Romi menyerahkan gambar yang terpampang jelas di ponselnya dan diperlihatkan pada Mirza.     

"Kamu keterlaluan. Kamu telah memperkosa istriku. Aku akan laporkan kamu ke polisi. "     

"Silahkan saja kalau kamu berani. Yang ada uangmu habis hanya untuk membayar pengacara. Dan aku santai saja. Karena tidak ada bukti ataupun saksi. Sudah kamu lepaskan saja Anjeli. Dia akan aman bersamaku kamu tidak perlu khawatir. Aku tidak akan pernah menyakitinya."     

"Nggak. Aku akan meninggalkannya kalau aku mendengar langsung pengakuan darinya. "     

"Baiklah kalau itu memang maumu. Aku akan membuat Anjeli tidak akan pernah kembali kepadamu."     

"Tega sekali kamu Rom."     

"BUG!! BUG!! Mirza memukul wajah dan perut Romi hingga laki-laki itu tersungkur dan mengeluarkan darah.     

"Bodoh sekali kamu memukulku Mirza. Aku yang akan melaporkanmu ke polisi. Lihat itu banyak warga yang melihatmu menganiayaku. Kamu tahu Mirza? Aku yang lebih dulu mencintai Anjeli. Aku mencintainya dengan tulus. Tetapi mendengarmu merebutnya dariku, aku tidak terima karena Anjeli dengan mudah kamu miliki."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.