SINCERITY OF LOVE (END) (SUDAH TERBIT)

PERGI BERDUA



PERGI BERDUA

0Setelah pergulatan panas yang mereka lakukan tadi malam, Anjeli merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya terutama di bagian intinya. Anjeli mencoba untuk tidak mempedulikannya, Dia membangunkan Mirza pelan-pelan, Setelah dia menyiapkan sarapan untuk Mirza. Untung saja hari ini hari Ahad, jadi Mirza tidak perlu terburu-buru untuk berangkat ke kantor.     

Mirza menggeliat saat Anjeli membangunkannya, ia mengerjapkan matanya. Mirza duduk kemudian memeluk tubuh Anjeli dari samping. Dia menyandarkan kepalanya di bahu Anjeli.     

" Kenapa bangunnya pagi sekali sayang? "     

"Ini sudah jam 9 pagi lho Mas."     

" Benarkah? "     

" Iya benar, Coba saja Mas lihat jam dinding menunjuk ke angka berapa coba. "     

" Wah bener ya, aku tidurnya nyenyak sekali. Pelayananmu tadi malam memuaskan sayang." Ucap Mirza berbisik di telinga Anjeli, yang sontak membuat Anjeli merasa geli.     

" Udah sana mandi dulu terus sarapan bareng sama aku. "     

" Tapi aku pengennya sarapan kamu aja sayang. "     

" Udah deh Mas jangan bercanda pagi-pagi. Ayo sarapan dulu nanti sakit loh. " Mirza hanya tersenyum geli melihat istrinya yang pipinya sudah bersemu merah. Pagi ini dia sangat bahagia sekali, Mungkin Vitamin apa pun tidak akan bisa menandingi vitamin dari istrinya ini.     

Mirza pun beranjak dari tempat tidur membersihkan dirinya di kamar mandi lalu berganti pakaian dengan yang sudah disiapkan oleh Anjeli. Betapa beruntungnya dia memiliki seorang istri yang sholehah, cantik dan pengertian seperti Anjeli. Haruskah dia tetap berada pada dunia gelapnya saat ini sedangkan istrinya sudah memberikan kehidupan yang terang untuknya. Dia secepat nya ingin menjalani proses rehabilitasi untuk menghilangkan kecanduan nya terhadap barang haram. Dia tidak ingin Anjeli sampai tahu tentang sisi gelapnya.     

Anjeli telah siap mengenakan gamis warna peach yang sangat cocok dengan kulitnya yang putih sehingga terlihat segar. Sedangkan Mirza mengenakan kaos berwarna putih yang melekat pas di tubuhnya. Dipadukan dengan long coat warna hitam yang menambah ketampanannya. Hari ini rencananya mereka akan pergi ke rumah ibunya Anjeli, lalu akan melanjutkan jalan-jalan berdua. Karena selama mereka menikah, mereka belum pernah jalan-jalan berdua apa lagi bulan madu.     

Sikap Mirza sangat manis sekali terhadap Anjeli, dia membukakan pintu lalu mempersilahkan Anjeli untuk masuk ke dalam mobilnya terlebih dahulu. Di dalam mobil mereka masih canggung, walaupun mereka sudah resmi menjadi suami-istri, namun mereka baru mengenal pribadi masing-masing baru satu bulan terakhir. Sifat baik maupun buruk belum mereka ketahui masing-masing. Bagi mereka saat ini yang terpenting adalah saling memahami, saling melengkapi dan saling percaya. Mirza sangat yakin bahwa Anjeli adalah wanita yang baik. Sedangkan Anjeli menyangka Mirza adalah laki-laki yang baik dan tulus.     

Mobil Mirza melaju dengan kecepatan sedang, sekitar 20 menit mobil mereka telah sampai di pelataran rumah Ibu Anjeli. Anjeli tiba-tiba teringat saat pertama kali dia bertemu dengan Mirza, dan malam itu dia bersama Mirza pulang bersama untuk menemui ibunya. Siapa sangka jika pertemuan yang mendadak itu akan membawa dia pada bahtera rumah tangga yang belum pernah dia bayangkan sebelumnya.     

Anjeli mengetuk pintu rumahnya, Amelia adik Anjeli yang duduk di bangku SMP keluar menemui Anjeli. Amelia memeluk Anjeli dengan erat, lalu tersenyum kepada Mirza.     

" Ibu mana Dek?"     

" Ibu sedang menonton TV Kak. Amel kangen sama kakak. Kakak udah lama nggak datang kesini. Sekarang nggak ada yang ngajarin Amel belajar lagi."     

Emangnya Kak Rendi nggak mau ngajarin kamu Dek? "     

" Kak Rendy mau ngajarin tapi sering bentak bentak, nggak lembut kayak Kak Anjeli. Amel kan jadinya takut sama Kak Rendi."     

Mirza hanya tersenyum melihat kedekatan antara Anjeli dengan adiknya. Dalam hati dia berharap bisa merajuk seperti itu pada kakak-kakaknya, tapi hal itu tidak pernah bisa dia lakukan. Justru kakak kakaknya yang selalu manja tethadapnya. Mirza menemukan kehangatan di keluarga Anjeli. Meskipun mereka serba kekurangan, tapi kekeluargaan di antara mereka sangat erat.     

"Ya udah nanti kalau ada PR Amel datang aja ke rumahnya Kak Mirza, nanti biar Kak Anjeli ajarin disana. " Mirza tiba-tiba tidak suka Anjeli berkata seperti itu, bukannya apa-apa tapi memang Mirza orangnya tertutup. Dan dia selalu keberatan jika ada orang yang yang mengunjungi rumahnya termasuk keluarganya sendiri. Dia tidak ingin privasinya terganggu.     

"Nggak ah Kak, rumah Kak Anjeli jauh. Aku nanti naik apa kalau ke sana?"     

" Ya udah kalau begitu nanti biar kakak ngomong sama Kak Rendi biar kalau ngajarin kamu nggak bentak-bentak. Ya udah yuk ketemu sama ibu. "     

"Assalamualaikum ibu. "     

"Waalaikumsalam, Anjeli, Mirza." Anjeli dan Mirza bergantian mencium tangan ibunya.     

"Bagaimana kabar ibu? Apakah sekarang sudah lebih baik? " tanya Mirza kepada ibunya Anjeli.     

"Alhamdulillah sudah baikan nak, semua ini berkat kamu yang mencarikan ibu pengobatan sampai ke China. Ibu tidak bisa membalas apa-apa nak, ibu hanya bisa mendoakan agar kalian selalu sehat, selalu rukun dan bahagia dunia akhirat. Terimakasih ya, Nak."     

" Aamiin.. Tidak apa-apa Bu, Mirza senang bisa membantu ibu."     

" Bagaimana Anjeli apakah sudah ada kabar baik buat Ibu, apakah calon cucu Ibu sudah ada di perutmu? "     

Mirza dan Anjeli saling berpandangan, Mereka sama-sama malu mendengar ucapan dari ibu Anjeli.     

"Doakan saja ya bu, semoga bisa secepatnya hamil."     

"Aamiin.. tentu saja nak, ibu akan mendoakan supaya kalian lekas mendapat keturunan. "     

Seketika itu hati Mirza menghangat, belum pernah terbayang olehnya jika suatu hari nanti dia akan menjadi seorang ayah pada. Tapi tiba-tiba ada kekhawatiran dalam hatinya. Tapi buru-buru dia hilangkan dari pikirannya. Semoga saja jika memang benar ada, tidak akan terjadi apa-apa dengannya.     

Mereka ngobrol bersama, saling bertukar cerita, diselingi dengan canda tawa. Anjeli baru pertama kali ini melihat Mirza tertawa dengan lepas karena candaan yang dibuat oleh Amel dan Rendy. Dia bahagia melihat suaminya yang sekarang lebih hangat, dan terlihat lebih bahagia.     

Anjeli dan Mirza pun akhirnya undur diri, karena sesuai dengan rencana mereka, Mirza berencana untuk mengajak Anjeli jalan-jalan.     

Anjeli dan Mirza telah sampai di salah satu pusat perbelanjaan. Ini adalah pertama kalinya mereka berjalan berdua, tiba-tiba saja Mirza menggandeng tangan Anjeli seolah tidak ingin lepas dari istrinya. Anjeli bahagia sekali mendapatkan perhatian yang begitu besar dari sang suami. Setelah melewati sebuah Butik busana muslim, Mirza berniat untuk membelikan beberapa potong pakaian untuk Anjeli.     

"Mas, ini terlalu banyak. Satu atau dua saja sudah cukup kok. "     

"Tidak apa-apa, aku senang melihat istriku setiap hari tampil cantik. "     

" Tapi ini sudah baju yang ke-10 yang masih Mirza pilihkan untuk aku. " Anjeli nampak kebingungan.     

" Mbak tolong bungkus ini ya semuanya!" perintah Mirza pada salah satu pegawai di butik itu. Anjeli hanya bisa mengelus dadanya, karena suaminya sangat royal terhadapnya. Dulu untuk membeli satu gamis saja Anjeli harus menabung berbulan-bulan, apalagi setelah ibunya sakit dan membutuhkan banyak biaya untuk pengobatan dan untuk sekolah adik-adiknya. Ia sama sekali tidak pernah memikirkan untuk membeli baju. Sudah bisa makan setiap hari saja dia sangat bersyukur. Anjeli bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan untuknya saat ini.     

Mirza Membawakan semua belanjaan Anjeli. Hari ini Anjeli merasa menjadi seorang ratu untuk Mirza. Mirza begitu memanjakannya, sampai tiba di salah satu restoran, ketika mereka sedang makan berdua tiba-tiba saja ada yang menegur mereka.     

" Hai Za, Apa kabar lama tidak ketemu kamu di night club. " Mirza tampak risih dengan seseorang yang tiba-tiba saja mencium pipi kanan dan kirinya. Anjeli mukanya merah padam ketika melihat seorang wanita yang tiba-tiba mencium pipi suaminya tanpa rasa bersalah terhadapnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.