TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Perlombaan -Part 9



Perlombaan -Part 9

0Liu Anqier hanya bisa terpana dengan sikap manis Jiang Kang Hua kepadanya. Dia memandang wajah Jiang Kang Hua yang sedang menggendongnya. Ujung-ujung bibirnya tertarik ke atas, kemudian dia menundukkan wajahnya. Dia tampak sedang tersenyum karena perlakuan manis itu.     

"Terimakasih, Panglima Jiang. Lagi-lagi kamu telah menolongku dengan cara seperti ini," kata Liu Anqier.     

Jiang Kang Hua tampak tak peduli, dia masih berjalan menuju gudang istana yang letaknya tak jauh dari kediaman Chen Liao Xuan.     

"Tak usah besar kepala dulu, Dayang Liu. Ini semua aku lakukan karena aku memiliki tanggung jawab terhadapmu. Jika tidak siapa yang akan peduli? Bahkan jika kau dimakan singa pun aku tidak akan pernah peduli," sindirnya kemudian.     

Liu Anqier tampak mengangguk, apa pun yang dikatakan oleh Jiang Kang Hua memang pedas. Tapi seridaknya dia tahu jika di istana ini ada banyak orang baik. Dia tak perlu takut sendirian, sebab dia tidak akan pernah sendiri. Selain sahabatnya Lee Huanran, Kepala Dayang Zhao Mimi, kemudian Jiang Kang Hua serta Selir Lim Ming Yu. Mereka adalah sosok-sosok yang membelanya tadi, dan Liu Aniqer tidak akan pernah melupakan kebaikan mereka terhadapnya.     

Di sisi lain, Chen Liao Xuan tampak terkapar di ranjangnya. Tabib telah melakukan tindakan tapi agaknya dia cukup kuwalahan dengan apa yang terjadi. Sang tabib melirik pada para tangan kanannya kemudian dia menghela napas panjang. Hingga akhirnya Cheng Wan Nian, Lim Ming Yu, Li Zheng Xi, dan Jiang Kang Hua masuk ke dalam kamar Chen Liao Xuan.     

"Tabib, bagaimana keadaan suamiku? Apakah racun yang ada di tubuhnya telah hilang?" tanya Cheng Wan Nian.     

Sang tabib memberi hormat sebesar-besarnya kepada Cheng Wan Nian dan yang lainnya kemudian dia menundukkan kepalanya.     

"Maafkan hamba, Selir Cheng. Mungkin penyembuhan Emo Shao Ye akan memakan waktu lebih lama dari biasanya. Sebab yang masuk ke dalam tubuhnya bukan hanya sekadar racun yang didapat dari goa lanhua. Tetapi juga ada serbuk yang berasal dari istana langit, dan serbuk itulah yang membuat para dari efek racun ini, Selir Cheng. Sebab jika kedua bahan dicampurkan, efeknya akan setara dengan racun mematikan yang dikonsumsi oleh manusia. Benda-benda langit bisa merusak organ bangsa iblis dengan sangat nyata. Terlebih, Emo Shao Ye memakan hidangannya sampai habis. Tidak ada yang bisa menyembuhkannya dengan sempurna. Bahkan pertapaan dari Emo Shao Ye selama berpuluh purnama sekalipun. Kecuali dia bisa disembuhkan oleh kekuatan dari langit juga," jelas sang tabib.     

Tubuh Cheng Wan Nian nyaris ambruk, kalau saja Li Zheng Xi tidak dengan sigap menjadi penopang dari Cheng Wan Nian.     

"Bagaimana ini bisa terjadi? Dan bagaimana caranya untuk mendapatkan kekuatan dari langit? Di saat kerajaan langit saja sangat mengiginkan kematian dari Emo Shao Ye," kata Cheng Wan Nian bingung. Dia langsung mendekati suaminya yang kini sudah memejamkan matanya rapat-rapat. Kemudian dia tampak meletakkan kepalanya di dada bidang suaminya. "Kalian pergilah, aku ingin menemani suamiku di sini sampai dia siuman," katanya kemudian.     

Ucapan itu agaknya membuat kesal Lim Ming Yu, sebab agaknya istri Chen Liao Xuan yang khawatir bukan hanya Cheng Wan Nian seorang. Melainkan dirinya juga. Menjari Selir kesayangan Chen Liao Xuan? Lim Ming Yu tak melihat itu. Kecuali begitu pintarnya Cheng Wan Nian mencari muka di depan Sang Raja seolah hanya dia satu-satunya Selir yang paling peduli kepada Sang Raja.     

Sambil menelan ludahnya, Lim Ming Yu memutuskan untuk pergi, tanpa mengatakan apa pun juga. Membuat Dayang-Dayangnya menoleh.     

"Selir Lim, tidakkah Anda ingin menjaga Yang Mulia Raja juga di sini?" tanya salah satu Dayangnya.     

Lim Ming Yu melangkah pergi, kemudian dia menghela napas panjangnya. "Untuk apa aku ada di sana, Dayang Ma. Jika Selir kesayangan Baginda Raja telah menunjukkan kekuasaannya. Sehingga Selir-Selir yang lain tidak akan pernah punya muka di depan Baginda Raja," katanya kemudian.     

*****     

Malam ini, Liu Anqier hanya bisa bersimpuh sambil memeluk kedua lututnya. Sebuah perapian menjadi alat untuknya agar tidak kedinginan. Tubuhnya memar-memar, dia telah mendapatkan seratus cambukan yang dititahkan oleh Cheng Wan Nian kepadanya sore tadi. Dan itu benar-benar sangat menyakitkan. Dia tidak bisa membantah, dia tak bisa melawan. Jika dia melakukannya maka dia akan dilawan oleh tentara satu kerajaan dan dia tidak akan pernah bisa selamat untuk itu. Liu Anqier menangis, dia tak pernah menyangka, untuk membalas dendamnya dia harus melalui kesakitan ini. Seharusnya dia tak perlu merasakannya. Seharusnya dia di pondok saja bersama dengan Ibu dan Yang Si Qi. Itu adalah hal yang terbaik dari pada harus menjadi sok hebat tapi buktinya dia adalah manusia paling lemah di dunia.     

"Kalian tahu, kita mendapatkan titah rahasia oleh Selir Cheng," suara prajurit itu lamat-lamat terdengar di telinga Liu Anqier. "Katanya tepat tengah malam, saat Panglima Jiang dan yang lainnya terlelap, kita harus membakar gudang istana seolah-olah itu adalah sebuah kecelakaan. Kita diutus untuk membunuh Dayang Liu dengan cara kebakaran dari gudang ini,"     

Mendengar hal itu, Liu Anqier tampak kaget bukan main. Jadi, dia akan dibakar di dalam gudang ini hidup-hidup? Tidak… dia tidak boleh mati! Dia harus lekas pergi dari tempat ini secepat mungkin agar Selir kesayangan Chen Liao Xuan tidak membunuhnya di sini!     

Liu Anqier tertatih, dia mencoba mencari jalan keluar yang bisa dia dapatkan di sini lewat tumpukan jerami, atau apa pun itu. Tapi, semuanya nihil! Semuanya tidak bisa dia gunakan sebagai jalan untuknya lolos di sini.     

Apakah mungkin jika malam ini adalah malam terakhirnya hidup? Jika benar, dia akan benar-benar mati di alam iblis tanpa dia mengatakan ucapan perpisahan untuk ibunya dan Yang Si Qi.     

Liu Anqier tampak menyenderkan tubuhnya ke salah satu dinding, tapi dia terkejut saat dinding itu bergeser dan dia terjerambab ke dalam sebuah tempat.     

Liu Anqier berlari, tapi ada beberapa prajurit yang terus mengejarnya dengan sangat tangkas. Langkah Liu Anqier yang terus tertatih membuatnya kesulitan untuk menghindar. Serangan demi serangan dia coba lakukan untuk melawan para prajurit itu. Dia mengambil belatinya, sehingga para prajurit yang terkena sabetan belatinya tampak musnah menjadi abu. Hingga akhirnya, seorang prajurit yang lebih kuat menghadangnya. Memukulnya dengan tenaga dalam. Liu anqier terpelanting dengan sempurna sampai ke tanah, sampai ujung tombak kini ada di depan matanya.     

Sementara itu, Chen Liao Xuan tampak tak tenang, dengan tubuhnya yang lemah dia mendengar suara berisik dari luar kamarnya. Dia langsung keluar dengan tak kasat mata, kemudian dia kaget saat Liu Anqier akan ditusuk oleh tombak salah satu prajuritnya. Dengan cepat Chen Liao Xuan menarik tubuh Liu Anqier ke dalam dekapannya.     

Keduanya terbang dan kembali jatuh ke tanah, Liu Anqier yang sedari tadi memejamkan mata kini melihat apa yang terjadi. Dan setelah itu, dia tampak kaget dengan apa yang dia lihat. Sosok yang dulu datang secara tiba-tiba dan menghilang tanpa kabar kini ada di hadapannya.     

"Chen Tao, kau kah itu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.