TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Perlombaan -Part 4



Perlombaan -Part 4

0Jiang Kang Hua kembali berjalan ke kamarnya. Dia termenung melihat Liu Anqier tertidur di atas rumput. Rambutnya yang panjang tampak sepoi-sepoi diterpa semilir angina malam. Bahkan, pedangnya masih dalam genggaman.     

Jiang Kang Hua tampak tersenyum, dia lalu berjalan mendekati tubuh Liu Anqier dan membawanya ke dalam gendongannya. Tubuh mungil itu tampak sangat ringan, wajahnya yang halus benar-benar seperti seorang Dewi. Pelan, Jiang Kang Hua membaringkan Liu Anqier di atas ranjangnya. Setelah itu dia memandangi paras cantik Liu Anqier. Dia tahu maksud dan tujuan dari gadis kecil ini adalah untuk membalas dendam atas kematian ayahnya. Tapi entah mengapa Jiang Kang Hua merasa iba, ada rasa kasihan juga peduli dengan gadis kecil itu. Ya, gadis kecil bernama Liu Anqier.     

Jiang Kang Hua berdiri, dia menurunkan tirai yang ada di atas ranjangnya. Dia melangkah ke ruangan sebelah, tempat ia mengumpulkan buku-buku sastra. Dia pun melepaskan pakaiannya, memgambil salah satu buku itu kemudian dia duduk di sana dengan memandangi buku itu lekat-lekat. Lilin-lilin yang menerangi ruangannya kini perlahan meleleh dengan sempurna. Hingga malam lelah menyapa kini bergantikan dengan fajar. Jiang Kang Hua tampak bertopang dagu, matanya sudah terpejam rapat-rapat dengan tangan yang lainnya menggenggam bukunya sendiri.     

Sementara Liu Anqier jemarinya tampak bergerak-gerak gelisah. Matanya yang terpejam kini mulai terbuka. Sebuah ranjang indah bernuansa putih tampak menyelimutinya. Tirai-tirai putih juga tampak melindunginya dengan sangat nyata.     

Liu Anqier bangkit dari duduknya, dia menyibak tirai itu dengan mimik wajah bingungnya. Ini… batin Liu Anqier lagi. Dia melihat ke seluruh ruangan, dan dia baru sadar jika ini adalah kamar Jiang Kang Hua. Dengan cepat Liu Anqier memeriksa tubuhnya. Dan betapa lega dia saat tahu kalau pakaiannya masih lengkap.     

Liu Anqier perlahan berjalan mencari keberadaan Jiang Kang Hua. Dia kemudian menyusuri setiap sudut kediaman Jiang Hang Hua. Matanya terpaku melihat sosok laki-laki itu tampak duduk sambil tertidur. Liu Anqier pun mengambil selimut yang ada di tempat tidur, kemudian dia menyelimuti tubuh Jiang Kang Hua.     

Setelah semuanya selesai, pelan-pelan Liu Anqier menjauhkan tubuhnya dari Jiang Kang Hua. Dia tampak tersenyum sambil bertopang dagu memerhatikan Jiang Kang Hua tidur. Sosok Iblis yang sangat disegani, dia adalah Panglima Perang Kerajaan Iblis, tapi saat dia tidur seperti ini dia benar-benar begitu sangat tampan dan seperti bayi, Liu Anqier tampak tersenyum. Dia merasa benar-benar aman jika bersama dengan Jiang Kang Hua. Dia adalah Iblis berhati baik, yang selalu melindunginya. Padahal sosok ini juga tahu betul kalau dia memiliki rencana untuk membunuh rajanya.     

Liu Anqier lantas berdiri. Ini sudah terlalu siang, dia harus membuat hidangan untuk sarapan Sang Raja jika tidak maka hidupnya akan berakhir sekarang juga.     

Liu Anqier bersiap untuk menuju ke arah dapur istana. Dia langsung kembali bersembunyi ke dalam kediaman Jiang Kang Hua lagi tatkala dia melihat Wu Chong Ye berjalan dengan para kaki tangannya, juga dengan Dayang Lim Jingmi. Mereka menuju ke arah dapur kekaisaran istana. Bagaimana bisa? Bukankah Wu Chong Ye seharusnya memiliki dapurnya sendiri?     

Liu Anqier memutar balik, dia hendak berlari tapi tubuhnya langsung menabrak tubuh seseorang dengan sempurna. Sosok yang dia tabrak nyaris jatuh, sementara tubuh Liu Anqier terjatuh sempurna di lantai.     

"Lancang sekali kamu berani menabrak Selir Lim Ming Yu!" sentak salah satu Dayang yang ada di sana.     

Liu Anqier kaget bukan main. Dia langsung berlutut di depan Selir Lim Ming Yu. Menundukkan kepalanya dalam-dalam dengan mimik wajah yang pucat pasi.     

"Maafkan hamba, Selir Ming. Hamba benar-benar tidak tahu,"     

"Kau—"     

Salah satu Dayang itu mau menampar Liu Anqier tapi langsung dihalangi oleh Lim Ming Yu.     

"Sudahlah, ini bukanlah perkara yang serius," kata Lim Ming Yu.     

Dia kemudian menata pakaiannya, kemudian memandang Liu Anqier yang tubuhnya bergetar hebat, wajahnya tampak pucat pasi. Apakah Dayang ini takut karenanya?     

"Apa kau takut kalau aku akan memberimu hukuman?" tanya Lim Ming Yu. Liu Anqier langsung menganggukkan kepalanya. "Angkat wajahmu, aku ingin melihatmu," katanya lagi.     

Suara Selir Lim Ming Yu terdengar begitu lembut, sangat anggun dan seolah mecitrakan dirinya jika seorang wanita yang lemah-lembut.     

Liu Anqier memandang Lim Ming Yu, matanya tampak terpesona dengan wajah teduh milik Selir itu.     

"Beritahu aku, siapa namamu?" tanya Lim Ming Yu lagi.     

"Maaf, Yang Mulia, dia adalah Dayang Liu dari dapur istana. Dayang yang kini menjadi Dayang penyicip makanan untuk Emo Shao Ye," jelas salah satu Dayang yang ada di saampingnya.     

Lim Ming Yu tampak tersenyum, pantas saja dia merasa tidak asing dengan sosok yang ada di depannya ini. Rupanya sosok ini adalah Dayang yang saat dia melakukan jamuan dengan Emo Shao Ye dia ada di sana dengan takut-takut itu. Sosok yang bisa berada di dekat Emo Shao Ye setidaknya selain Cheng Wan Nian. Padahal menurut informasi yang dia terima, Dayang ini adalah Dayang baru di istana.     

"Bangunlah Dayang Liu. Kau tak bersalah. Melihat caramu berlari sampai tak melihat ke depan sepertinya kau sedang ketakutan? Apa yang sebenarnya membuatmu sampai setakut ini?" tanya Lim Ming Yu lagi.     

Liu Anqier tampak menelan ludahnya dengan susah, dia melihat semua Dayang yang bersama dengan Selir itu pakaiannya sama dengan dia. Itu artinya jika mereka adalah Dayang yang dibawa oleh Kepala Dayang Zhao Mimi. Yang berarti bukan Dayang dari istana Wu chong Ye.     

"Tadi hamba melihat Pangeran Wu berjalan menuju dapur kekaisaran istana, Yang Mulia. Jadi hamba mencoba menjauh,"     

"Kenapa? Ada apa kau menghindari Pangeran Wu?" tanya Lim Ming Yu lagi.     

"Karena…," kata Liu Anqier terputus. "Karena menurut Panglima Jiang, Pangeran Wu meminta hamba untuk melayaninya kemarin. Panglima Jiang menolak karena hamba harus menemani Panglima Jiang semalam. Jadi hamba takut, jika Pangeran Wu akan datang lagi dan mencari hamba,"     

Lim Jing Mi tampak tersenyum, jawaban jujur dan polos dari Liu Anqier membuatnya tersentuh. Liu Anqier benar-benar menarik perhatiannya sekali. Untuk kemudian, dia kembali memandang Liu Anqier yang tampak sedang memandangi seragamnya yang kotor.     

"Kau baru dari kamar Panglima Jiang?" tebak Lim Ming Yu. Liu Anqier pun mengangguk pelan.     

"Kau bisa ikut aku untuk mandi dulu dan bersiap. Aku punya beberapa seragammu itu. Kau tahu, akulah yang merekomendasikan Kepala Dayang Zhao Mimi di sini. Agar istana tidak sepenuhnya menjadi daya tarik oleh Pangeran Wu. Jadi kau tak perlu cemas, aku ada di pihakmu sekarang," Lim Ming Yu pun tersenyum membuat Liu Anqier membalas senyuman itu.     

Lim Ming Yu pun berjalan, dan diekori oleh Liu Anqier dari belakang dengan sangat patuh.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.