TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

~Perlombaan~



~Perlombaan~

0Liu Anqier tampak berjalan mengekori langkah Tan Lian meski dia tak tahu mau dibawa ke mana dia dengan Tan Lian. Untuk kemudian, mereka masuk ke sebuah pavilion dan keluar dari sisi yang berbeda. Di sana ada banyak sekali kain-kain yang menjuntai penuh warna-warni dengan begitu banyaknya. Tan Lian kini berdiri, sambil memunggungi Liu Anqier. Ada beberapa dayang di sana yang tampak sedang duduk manis seolah sedang menunggu seseorang.     

"Maaf, ada apa Dayang Utama Tan mengajak hamba datang ke sini?" tanya Liu Anqier mencoba sopan. Ya, di sini ada beberapa dayang utama. Mereka—dayang utama bekerja mengepalai satu bagian dari masing-masing tempat di istana. Dayang tertinggi di sini bernama Lu Jia Li, yang merupakan dari bangsa manusia tapi kemampuan, sifat serta keahliannya tidak bisa ditandingi. Sehingga tidak ada yang berani membantah saat dia ditunjuk langsung pleh Chen Liao Xuan sebagai Ibu dari semua dayang yang ada di istana ini.     

"Kau tahu Dayang Liu, akan ada sebuah perlombaan untuk mendapatkan posisi sebagai Dayang kamar di kediaman Emo Shao Ye. Sebagai dayang yang sekarang sudah bertugas untuk menyicipi hidangan dari Emo Shao Ye tentunya kau juga tertarik untuk mengikutinya, bukan?"     

"Ya, tentu saja, Kepala Dayang Tan," jawab Liu Anqier jujur. Dia tak suka berbohong, tak suka berbasa-basi atau apa pun itu. Yang dia inginkan adalah kejujuran, itu yang selalu ayahnya ajarkan kepadanya selama ini.     

Tapi mendengar jawaban tegas dari Liu Anqier seolah membuat Tan Lian kesal. Kedua tangannya mengepal hebat kemudian….     

Plak!!     

Sebuah tamparan diterima Liu Anqier tepat di pipinya, sehingga menghasilkan warna merah dan cakaran itu membekas dengan sangat nyata di sana. Pipi Liu Anqier berdarah. Lima kuku tajam dari tangan Tan Lian mengambarkan luka yang mendalam di sana. Liu Anqier menunduk, ingin sekali dia membalas tapi dia harus bisa menahan diri.     

"Jangan lancang kamu! Kau hanyalah manusia biasa! Apa kau ingin menjadi penguasa seperti Kepala Dayang Tertinggi Lu? Sebagai manusia merasa bangga bisa mengalahkan bangsa Iblis yang ada di sini? Kau Dayang baru dua hari, Dayang Liu. Jadi berhentilah bertingkah atau jika tidak hidupmu di sini akan menjadi sangat menderita dan sengsara,"     

"Maaf, Kepala Dayang Tan, hamba benar-benar tidak paham. Bukankah Anda sendiri yang bilang jika semua Dayang yang ada di sini boleh ikut serta? Jadi hamba rasa tidak akan pernah menjadi masalah jika hamba ikut serta juga,"     

Tan Lian tampak menyeringai mendengar ucapan dari Liu Anqier itu, dia kemudian mendorong tubuh Liu Anqier sampai terjatuh dengan sempurna di atas tumpukan kain-kain itu.     

"Cucilah kain-kain itu sampai bersih. Mereka terbuat dari bahan sutra terbaik di negeri ini. Kain-kain itu milik Selir-Selir istana. Jika kau merusaknya dan merubah warnanya sedikit saja, kau benar-benar akan mati, Dayang Liu."     

"Maaf tapi ini bukan pekerjaan hamba," tolak Liu Anqier.     

Merasa tersindir, Tan Lian hendak menampar Liu Anqier tapi dengan cepat Liu Anqier menangkis tamparan itu.     

"Jangan macam-macam denganku, Dayang Liu? Kau hanya dayang dapur istana. Kau tak tahu siapa aku, hah?"     

"Anda adalah Kepala Dayang istana timur, yang mana bertugas melayani para Selir Raja, Kepala Dayang Tan."     

"Jika kau tahu siapa aku, lepaskan tangan kotormu itu dariku," geram Tan Lian.     

"Jika Anda tidak ingin tangan suci Anda tidak hamba sentuh dengan tangan kotor hamba, maka berhentilah untuk melalukan hubungan fisik dengan hamba," geram Liu Anqier.     

Tan Lian mengambil kayu yang ada di sampingnya, kemudian dia hendak memukulkannya kepada Liu Anqier. Tapi dengan cepat Liu Anqier terbang dan berdiri tepat di ujung kayu itu. Dia memutar kayu itu sampai kayunya berputar dan membuat Tan Lian kualahan membawanya hingga kayu itu terjatuh secara sempurna di lantai.     

Liu Anqier kembali menginjakkan kakinya ke bumi, kemudian dia memandang Tan Lian dengan kesal.     

"Kau tak akan pernah bisa lolos setelah ini, Dayang Liu," geram Tan Lian.     

Tak berapa lama, Selir kesayangan Sang Raja pun datang. Dia berjalan dengan begitu anggun ke ruangan itu. Dia melihat dengan sebongkah keanggunannya, sosok yang kini tengah menunduk di depannya. Kecantikan gadis kecil dari bangsa manusia itu benar-benar menyilaukan matanya. Bahkan dia merasa ketakutan karena kecantikannya akan tertandingin oleh Dayang kecil itu.     

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" tanya Cheng Wan Nian.     

"Maafkan hamba, Selir Cheng. Hamba hanya melaksanakan tugas dari Yang Mulia Selir. Tapi Dayang Liu telah membantah hamba, dia tidak mau untuk melakukan perintah Yang Mulia," kata Tan Lian.     

Liu Anqier tak pernah tahu, kalau perintah mencuci semua kain-kain ini adalah dari Selir Istana. Dia pikir itu hanyalah akal-akalan dari Tan Lian semata.     

"Maafkan hamba, Selir Cheng. Hamba benar-benar tidak tahu kalau Selir Chenglah yang mengutuskan untuk mencuci kain-kain ini. Sebab hamba bukanlah dayang bagian sini, jadi hamba—"     

"Berhentilah untuk berbuat jahat kepada Dayang baru, Kepala Dayang Tan. Biarkan saja Dayang Liu melakukan tugasnya. Dia hanyalah seorang Dayang kecil, kenapa kau menyiksanya seperti ini. Bahkan pipinya sampai seperti itu. Aku yakin lukanya itu tidak akan pernah sembuh. Kau telah merusak wajahnya, Kepala Dayang Tan," kata Chen Wan Nian. Tapi, dia berbicara seperti itu dengan senyuman. Seolah dia sangat puas dengan pekerjaan Kepala Dayang kepercayaannya itu.     

"Maafkan hamba, Selir Cheng. Hamba pasti akan berbuat lebih baik lagi."     

Chen Wan Nian melangkah maju, kemudian dia menginjak kaki Liu Anqier dengan sepatunya. Menekannya sampai kaki Liu Anqier berdarah.     

Liu Anqier tak bisa berbuat apa-apa, siapa yang dia hadapi ini? Dia adalah selir kesayangan Sang Raja. Kalau sampai dia berbuat salah, dia pasti akan dihukum sebelum dia mencapai tujuannya, yaitu membunuh Raja Iblis kejam itu.     

Tapi tiba-tiba tubuh Liu Anqier diangkat dengan cepat, oleh Jiang Kang Hua. Diajaknya menjauh dari jangkauan Cheng Wan Nian.     

"Panglima Jiang, bagaimana bisa kau ada di tempat seperti ini di saat para prajurit sedang membutuhkanmu?" tanya Cheng Wan Nian.     

"Maafkan hamba, Selir Cheng. Dayang Liu adalah Dayang kesayangan hamba. Jadi, sudilah kiranya Selir Cheng untuk sedikit memperlakukan kekasih hati hamba dengan sedikit lebih baik," pinta Jiang Kang Hua.     

Liu Anqier hanya bisa mematung, saat kening Jiang Kang Hua sengaja ditempelkan pada keningnya.     

Melihat hal itu, Cheng Wan Nian tampak meremas tangannya dengan begitu kuat. Dia benar-benar sedang emosi tapi dia tahan baik-baik agar Jiang Kang Hua tidak tahu. Bahkan, cincin giok yang ada di jari telunjuknya nyaris retak karena remasan tangannya itu.     

"Baiklah, Panglima Jiang. Sepertinya kita telah salah paham di sini,"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.