TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Titah Baru -Part 9



Titah Baru -Part 9

0"Apa yang sedang terjadi, Panglima Jiang?" tanya Liu Anqier yang ahaknya bingung.     

"Di depan dapur kekaisaran istana ada Pangeran Wu. Lebih baik kau bersembunyi ke mana dulu untuk menghindarinya. Kau tahu risikonya jika tertangkap oleh Pangeran Wu, bukan? Bahkan tadi dia memintaku secara langsung untukmu agar bisa melayaninya nanti malam."     

Mendengar ucapan dari Jiang Kang Hua, Liu Anqier langsung memekik. Tidak… dia tidak mau melayani iblis buruk rupa dan buruk hati seperti Wu Chong Ye. Tidak akan pernah!     

"Jadi nanti malam, kau datanglah ke paviliunku. Sepertinya kau harus bermalam di sana."     

"Tapi, hamba… hamba masih suci, Panglima Jiang! Hamba tidak ingin melakukan itu ke sembarang orang!"     

Jiang Kang Hua kaget bukan main ketika Liu Anqier mengatakan itu. Masih suci? Apa maksud dari wanita bodoh ini?     

"Apa kau bilang, kau masih suci?" tanya Jiang Kang Hua, seolah dia mengulang ucapan dari Liu Anqier. Liu Anqier tampak menganggukkan kepalanya mantab.     

"Ya, Panglima Jiang. Hamba masih suci, hamba juga bingung kenapa Panglima Jiang tidak melakukan ritual pertama sebagai syarat jika hamba lolos untuk nenjadi Dayang di sini. Hamba benar-benar tak mengerti,"     

"Lantas apa kau tak mengingat jika mungkin kau telah bertemu dengan laki-laki asing di dalam hidupmu dengan keadaan dia yang mungkin berbeda dari manusia?" tanya Jiang Kang Hua pada akhirnya.     

Liu Anqier kembali terdiam, lantas dia tersenyum sendiri. Dan senyuman itu berhasil tertangkap mata Jiang Kang Hua.     

"Ya, hamba pernah bertemu dengan seseorang pemuda. Pemuda arogan dan dingin. Tapi dia sangat manis. Sekarang pemuda itu sudah kembali ke asalnya," jawabnya ambigu.     

"Apa kalian pernah bermalam bersama?" tanya Jiang Kang Hua lagi.     

"Saat itu, dia sedang dalam keadaan terluka parah. Hamba menolongnya, dan dia sembuh tapi dia mencekik hamba sampai hamba pingsan, Panglima Jiang. Jadi, hamba rasa hamba pingsan hamba itu yang mungkin kami habiskan waktu bermalam di pondok. Akan tetapi, kami tak melakukan apa pun selain hamba pingsan,"     

Jiang Kang Hua tampak tersenyum mendengar hal itu. Ternyata rajanya bisa sepicik ini juga. Bahkan dia memperkosa seorang gadis tak berdaya dalam keadaan tak sadarkan diri? Rajanya benar-benar tidak jantan dan tak punya rasa malu sama sekali.     

"Baiklah, nanti malam aku akan menjemputmu. Kau bisa berlatih pedang, atau ilmu bela diri lain untuk mengasah kemampuanmu di halaman belakang kamarku."     

"Apa benar aku boleh?" kata Liu Anqier semangat. Kemudian dia memukul mulutnya. "Maaf, apa benar hamba boleh, Panglima Jiang?" tanyanya semangat dengan binary indah di matanya.     

Wajah Jiang Kang Hua tampak memerah kemudian dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Menganggukkan kepalanya kemudian dia keluar dari pavilion dayang tersebut.     

Sementara itu, Liu Anqier tampak terburu, dia harus berjalan memutar agar bisa sampai ke istana utama. Tapi, bagaimana bisa dia sendirian seperti ini? Dan hidangannya hanya ini? Apakah semuanya akan baik-baik saja? Apakah semuanya akan berjalan seperti yang dia harapkan.     

Liu Anqier langsung menghentikan langkahnya, saat para prajurit, dan Li Zheng Xi ada di depan kamar Sang Raja. Dia rasanya ingin kembali saja, dan ke sini seperti yang dilakukan oleh para dayang lakukan. Bukan sendirian, memberikan hidangan dalam satu keramik kecil seperti ini.     

Liu Anqier ingin mengendap untuk pergi, tapi mata Li Zheng Xi sudah menangkap tubuhnya.     

"Dayang Liu, apakah kau ke sini untuk mengantarkan hidangan untuk Emo Shao Ye?" tanya Li Zheng Xi.     

Liu Anqier menganggukkan kepalanya dengan ragu. "I… iya, Penasihat Li."     

Li Zheng Xi tampak menebarkan pandangannya. Tidak ada dayang lain, bahkan kepala dayang mana pun tidak ada di mana-mana. Terlebih, Liu Anqier hanya membawa sebuah keramik kecil yang dia taruh di nampan kayu yang dia bawa. Sebenarnya jenis sarapan apa itu?     

"Ehm, apa kau yakin kau ke sini seorang diri, Dayang Liu?" tanya Li Zheng Xi.     

"I… iya, Penasihat Li,"     

"Apa hidangan untuk Emo Shao Ye yang sedang kau bawa itu, Dayang Liu?"     

"Mungkin tampak kecil, Penasihat Li. Tapi percayalah, hidangan ini akan sangat disukai oleh Emo Shao Ye,"     

Li Zheng Xi hanya bisa apa, dia hanya menghela napasnya panjang. Kemudian dia menyuruh salah satu dari prajurit istana untuk membukakan pintu kamar dari Chen Liao Xuan.     

"Dayang Liu datang!" kata prajurit itu memperingati.     

Chen Liao Xuang yang tampak sedang duduk sambil membawa beberapa buku sastra itu pun langsung memasang topengnya. Kemudian dia tampak duduk sambil menyilangkan kakinya. Melihat Liu Anqier masuk sambil membawa keramik kecil yang dibawa di atas nampan kayu.     

Chen Liao Xuan tampak berdehem, melihat Liu Anqier menaruh sajiannya itu di atas meja. Kemudian, dia membuka tudung sajinya, dan lagi-lagi Chen Liao Xuan dibuat kaget bukan main dengan isinya. Manisan buah persik dan buah kesemek. Apa yang sebenarnya sedang ada di dalam otak Liu Anqier.     

"Apakah ini hidangan pembuka?" tanya Chen Liao Xuan pada akhirnya. Liu Anqier tampak menggelengkan kepalanya.     

"Bukan, Yang Mulia. Ini adalah hidangan inti. Bisa dibilang hidangannya hanya ini."     

"Apa—"     

"Tapi percayalah, sarapan yang baik terutama bagi Raja Iblis seperti Yang Mulia Raja adalah manisan buah-buahan seperti ini. Jangan terlalu makan bidangan terlalu banyak, nanti Yang Mulia bisa gendut dan tak akan memiliki tenaga lagi. Wajah Yang Mulia akan cepat keriput, dan Yang Mulia akan mengidap penyakit jantung, ginjal, hati dan—"     

"Kau lupa jika aku bukan manusia?" ketus Chen Liao Xuan. Liu Anqier tampak menelan ludahnya dengan susah. Chen Liao Xuan mengibaskan bagian bawah jubahnya, kemudian dia duduk di depan Liu Anqier yang menundukkan kepalanya dalam-dalam.     

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Sebenarnya, hamba sudah menyiapkan beberapa hidangan tadi pagi. Sup bunga teratai, sup ginseng merah dan ginjal kelinci. Akan tetapi… akan tetapi…," kata Liu Anqier terbata. Dia tampak mengusap wajahnya dengan kasar kemudian dia tersenyum getir. Bodoh! Apa yang sebarnya dia lakukan ini. Kenapa dia menjadi cengeng? Terlebih ini di depan Emo Shao Ye. Dia benci Emo Shao Ye tapi dia bertingkah seolah dia sedang terlalu banyak mencari perhatian kepada Emo Shao Ye. Bodoh! Dia benar-benar bodoh. "Hamba memberi racun kepada hidangan itu jadi hamba tidak jadi memberikannya kepada Yang Mulia," lanjut Liu Anqier pada akhirnya.     

Melihat air mata liu Anqier menetes di pipi, Chen Liao Xuan tahu jika saat ini Liu Anqier tidak berada dalam keadaan baik-baik saja. Liu Anqier dalam keadaan hati yang sangat terluka.     

"Cicipilah manisan itu," perintah Chen Liao Xuan. Liu Anqier mengangguk patuh, kemudian dia menyicipi manisan itu.     

"Semuanya sehat dan aman, Yang Mulia."     

"Maka sekarang suapilah aku," ucap Chen Liao Xuan yang berhasil membuat Liu Anqier terbelalak kaget.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.