TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Titah Baru -Part 8



Titah Baru -Part 8

0Pagi ini, Liu Anqier sudah bersiap. Dia membuat beberapa menu hidangan untuk sarapan dari Emo Shao Ye. Beberapa menu masakan ternikmat yang pernah dia buat. Tapi untuk sesaat dia menjadi bingung sendiri. Kenapa dia harus sesemangat ini, padahal dia akan memberikan sajian kepada Emo Shao Ye, ya… Raja Iblis yang telah membunuh ayahnya.     

Tidak, Liu Anqier tidak bahagia. Dia hanya suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan memasak. Ya, tidak lebih dari itu pastinya.     

Sementara itu, Ling Jingmi yang melihat keberadaan Liu Anqier yang berada di dapur kekaisaran istana lebih awal dari yang lainnya pun agaknya merasa sinis. Dia langsung berjalan di belakang Liu Anqier, kemudian mendorong tubuh Liu Anqier sampai hidangan yang ada di depannya itu hancur berantakan dan tumpah.     

Liu Anqier hanya bisa memekik, tapi Ling Jingmi tampak tersenyum sinis, dia memandang Liu Anqier sambil bersedekap.     

"Apa kau tak bisa untuk sekadar bekerja dengan hati-hati? Kau hanya membuat masalah. Sungguh disayangkan, bagaimana bisa Emo Shao Ye menyuruhmu sebagai dayang penyicip hidangannya,"     

Kedua tangan Liu Anqier mengepal kuat-kuat, dia ingin memukul Ling Jingmi tapi dia berusaha keras untuk tak melakukannya. Dia tampak memejamkan matanya, kemudian dia mengembuskan napas dalam-dalam untuk membuang semua rasa kesal yang membuncah di dalam hatinya saat ini.     

Dia harus menahannya, sebab kalau tidak apa yang menjadi peringatan dari Zhao Mimi akan dia rusak semuanya, dan Liu Anqier tidak mau kalau sampai itu terjadi.     

Kini Liu Anqier memandang makanannya yang sudah tumpah semua, pakaiannya bahkan telah kotor semua. Liu Anqier tak tahu lagi harus bagaimana dia sekarang. Terlebih waktu sudah cukup siang, jika dia memasak dari awal maka semuanya akan sia-sia, dan yang ada Raja Iblis jahat itu akan membunuhnya saat ini juga.     

Cepat-cepat Liu Anqier memungut semua hidangannya yang tercecer, kemudian dia membersihkannya. Dia cepat-cepat kembali ke kamarnya. Tapi Jiang Kang Hua tampak mengerutkan keningnya melihat Liu Anqier dengan wajah merah padamnya itu berlari menuju pavilion kamar dayang. Mata Jiang Kang Hua memicing, melihat pakaian dari Liu Anqier yang kotor, kemudian dia berjalan mendekati arah dapur kekaisaran istana. Dia melihat bekas-bekas keramik dan beberapa hidangan yang terbuang dengan percuma. Jiang Kang Hua melirik pada dayang berseragam merah, dia tampak terbahak di sana. Kemudian wajah Jiang Kang Hua kembali memandang Liu Anqier yang sudah masuk ke dalam kamarnya.     

Jadi, ada hal seperti ini juga di dalam dapur kekaisaran istana. Jiang Kang Hua benar-benar tak menyangka jika hal seperti ini juga bisa terjadi di sini. Dia pikir masalah rebutan kekuasaan dan saling iri hanya terjadi pada pejabat tinggi istana atau para selir. Tapi nyatanya, pada kedudukan terendah di istana pun sama.     

Dan kalau ssampai Chen Liao Xuan tahu tentang ini, ini tidak akan pernah menjadi hal yang bagus, rajanya itu pasti akan sangat marah besar dan bahkan akan menghancurkan apa pun yang ada di dunia ini.     

Jiang Kang Hua tampak membalik badannya, tapi belum sempat dia melangkah, kedua kakinya itu langsung berdiri dengan sempurna. Matanya memicing melihat sosok yang ada di hadapannya itu.     

"Bukankah pagi ini adalah hal yang sangat menyenangkan? Seorang Panglima Perang Jiang Kang Hua berada di dapur istana. Apa ini sebuah lelucon?" Wu Chong Ye tampak mengejek Jiang Kang Hua yang saat ini berada tidak jauh dari dapur istana. "Kabarnya kau telah merekomendasikan seorang Dayang untuk kau kirim ke sini? Selama kau hidup, baru kali ini aku mendengar kalau kau tertarik dengan wanita. Terlebih wanita itu berasal dari bangsa manusia, dan yang lebih hebatnya lagi, wanita itu sekarang menjadi Dayang istimewa yang ditugasi oleh Emo Shao Ye untuk menyicipi hidangannya. Sepertinya, Emo Shao Ye ingin melindungi Dayang kesayanganmu itu,"     

"Maafkan hamba, Pangeran Wu. Tapi hamba harus ke medan latihan dulu," Jiang Kang Hua menghindari ucapan pedas dari Wu Chong Ye meski dia sangat ingin. Tapi dia sadar, dia bukan Wu Chong Ye yang akan terpancing oleh ucapan pedasnya itu.     

"Kudengar, dayangmu itu cantik jelita. Bagaimana jika nanti malam aku mengundangnya ke istanaku? Kurasa untuk menemaniku semalam, kau tak akan keberatan, bukan?"     

Kedua tangan Jiang Kang Hua tampak mengepal kuat-kuat, rahangnya mengeras mendengar ucapan dari Wu Chong Ye itu. Ini akan menjadi masalah besar. Keputusan Chen Liao Xuan untuk menjadikan Liu Anqier sebagai dayang yang menyicipi hidangannya adalah benar-benar bisa menggemparkan dunia. Jiang Kang Hua tak bisa membayangkan, jika nanti kalau sampai semua yang ada di sini tahu tentang kebenarannya. Tentang Liu Anqier yang rupanya adalah wanita yang selalu disebut rajanya di malam-malam tidurnya. Semuanya akan benar-benar dalam masalah besar.     

"Maafkan hamba, Pangeran Wu. Tapi untuk malam ini hamba berencana untuk mengajaknya jalan-jalan ke beberapa tempat dan menghabiskan malam kami bersama. Terlebih, Dayang Liu hamba promosikan di sini bukan untuk dipakai bergilir oleh para petinggi kerajaan. Akan tetapi Dayang Liu adalah sosok terpenting yang ada dalam hidup hamba," dusta Jiang Kang Hua. Dia tampak merutuki dirinya sendiri. Kenapa bisa dia berkata seperti itu. Seharusnya dia membiarkan saja Wu Chong Ye untuk melakukan apa pun kepada Liu Anqier. Karena Liu Anqier bukanlah siapa-siapanya sama sekali. Lantas bagaimana bisa dia malah berkata ingin menghabiskan malam dengan Liu Anqier? Ini benar-benar menjadi hal gila. Sosok wanita yang bahkan darahnya saja menolak diminum olehnya, apalagi tubuhnya.     

Setelah mengatakan itu, Jiang Kang Hua memutuskan untuk pergi. Dia harus bertemu dengan Liu Anqier dan menahannya untuk tidak ke dapur kekaisaran istana dulu. Sebab jika tidak maka semuanya akan tamat. Wu Chong Ye akan mengetahui kalau Liu Anqier adalah manusia yang diincarnya selama ini.     

Jiang Kang Hua masuk ke dalam kamar dari Liu Anqier. Matanya menyipit melihat Liu Anqier tampak membuka sebuah kotak yang di dalamnya ada manisan huah persik dan buah kesemek. Liu Anqier lantas menaruh manisan itu di atas sebuah keramik, kemudian dia menutupnya dengan kain khusus penutup hidangan Sang Raja. Jiang Kang Hua tampak menarik sebelah alisnya karena dia agaknya bingung.     

"Dayang Liu?"     

"Pangila Jiang?!" pekik Liu Anqier kaget. Dia bahkan nyaris menjatuhkan keramik itu, tapi buru-buru diambil oleh Jiang Kang Hua. Sejenak mata mereka bertemu untuk beberapa saat, kemudian Liu Anqier menarik tubunya sejauh mungkin dari Jiang Kang Hua. "Maafkan hamba," kata Liu Anqier. Jiang Kang Hua menelan ludahnya dengan susah kemudian dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.     

"Maaf, karena masuk ke dalam kamar dayang tanpa permisi, karena hari in adalah hal yang sangat serius."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.