TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Titah Baru -Part 2



Titah Baru -Part 2

0"Maaf, Yang Mulia, hamba dengar kalau Yang Mulia secara khusus menginginkan sebuah hidangan di dapur kekaisaran kerajaan. Apa itu benar?" tanya Li Zheng Xi. Chen Liao Xuan pun mengangguk tanpa berniat untuk menutupi apa pun dari penasihatnya itu. "Apakah ada yang hendak Yang Mulia inginkan lagi? Sebab, hal-hal internal seperti itu adalah tugas hamba Yang Mulia, bukan tugas Panglima Jiang."     

"Tentu ketika kau tetap ada di sampingku, dan tidak menghabiskan waktumu di istana para selir, Penasihat Li. Kau ini penasihat Raja atau penasihat Selir-Selir istana?" sindir Chen Liao Xuan lagi.     

Li Zheng Xi kini menundukkan kepalanya dalam-dalam seolah dia tengah menyesal atas apa yang telah ia perbuat selama beberapa pekan ini. Hanya karena dia ingin para selir itu terlihat nyuaman dia bahkan selalu memberikan dan melayani mereka dengan sangat baik. Sungguh dia tak menyangka jika rajanya agaknya keberatan dengan hal itu. Padahal dia rasa, semua tugasnya sebagai Penasihat Raja telah ia lakukan dengan sangat baik.     

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Di istana para selir sedang ada banyak hal yang harus dikerjakan. Hamba hanya mengurus beberapa poin penting dan kemudian segera kembali ke balai agung secepat mungkin,"     

Chen Liao Xuan tak mengatakan apa pun, dia hanya diam. Untuk kemudian dia kembali melirik pada Li Zheng Xi.     

"Dayang Liu bisakah dipindahkan ke balai agung? Dia adalah dayang kesayangan Panglima Jiang. Agaknya sangat tidak sopan kalau kita menaruhnya di dapur kekaisaran istana. Bukankah itu terdengar sangat begitu rendah?" kata Chen Liao Xuan.     

Li Zheng Xi tampak melirik pada Jiang Kang Hua. Sementara Jiang Kang Hua tampak meringis karena ucapan dari rajanya. Rajanya benar-benar telah memasukkannya ke dalam kandang singa tanpa ampun sama sekali.     

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Tapi, peraturan istana tidak akan berubah meski dari siapa dayang-dayang itu direkomendasikan. Tapi hamba bisa menjamin, jika Dayang Liu akan segera dipindahkan ke tempat yang jauh lebih baik dari pada dapur kekaisaran istana. Setelah itu secara bertahap sama halnya seperti yang lainnya dia akan mendapatkan promosi. Tentu, jika Dayang Liu telah melakukan pekerjaannya dengan baik dan dia bisa disebut sebagai dayang berprestasi," jelas Li Zheng Xi.     

Chen Liao Xuan hanya diam, pun dengan Jiang Kang Hua. Keduanya memang sudah tak bisa berbuat apa pun. Toh sekarang Chen Liao Xuan harus tunduk kepada perarutan istana. Dia tak bisa bertindak sesuka hatinya. Untuk kemudian dia akhirnya memutuskan untuk mengangguk. Sementara itu, Li Zheng Xi agaknya cukup penasaran dengan sosok Dayang Liu ini. Siapa gerangan gadis ini? Kenap dia sampai bisa menarik perhatian seorang Panglima Perang seperti Jiang Kang Hua? Padahal seumur-umur sosok itu meski sudah didesak untuk melakukan pernikahan kerajaan pun dia tetap menolak. Hanya karena dia ingin fokus menjadi Panglima Perang yang paling adigdaya di alam semesta. Tapi sekarang dia tiba-tiba tertarik dengan seorang gadis dan bahkan gadis itu dari bangsa manusia.     

"Kalian pergilah, Panglima Jiang laporkan kepadaku tentang perkembangan prajurit terbaru kita, dan mungkin persenjataan yang kurang. Serta Penasihat Li, berikan laporan beberapa hal penting yang terjadi di dalam istana ini yang mungkin aku telah kelewatan," kata Chen Liao Xuan. Keduanya pun langsung hormat patuh, kemudian mereka pergi keluar untuk mempersiapkan laporan mereka.     

Chen Liao Xuan tampak menahan napasnya, dia memejamkan matanya dan ingatan akan Liu Anqier kembali merebak begitu sangat nyata, membuat rongga-rongga di dadanya begitu sakit. Jika benar ingatannya tentang Liu Anqier seindah itu, kenapa setiap ingatan itu muncul rasa sakit begitu menghujam ulu hatinya. Apa yang sebenarnya terjadi kepadanya sekarang? Chen Liao Xuan benar-benar tak tahu tentang hal itu.     

Dan malam pun akhirnya datang, jamuan makan malam untuk Raja dan para Selir kini sudah terhidang di meja mereka masing-masing. Para selir di setiap dua pekan sekali memang akan melakukan makan malam bersama Sang Raja, sebuah ritual penghormatan karena mereka bisa makan bersama dengan suami mereka.     

Pun dengan malam ini. Para dayang dari dapur kekaisaran istana memiliki kesempatan emas untuk sekadar membawa hidangan yang telah mereka sajikan dari dapur kekaisaran istana untuk sampai di depan pintu balai agung. Mereka tampak berdiri dengan rapi seolah menunggu bagaimana penilian para selir serta Sang Raja kepada masakan mereka. Untuk kemudian, bagi hidangan yang memiliki cita rasa paling nikmat dayangnya akan diberi upah, atau jika tidak dia akan disebut sebagai dayang berprestasi, sehingga lebar kesempatan mereka untuk naik pangkat menjadi dayang istana. Yang mana mereka akan ditempatkan di tempat-tempat seluruh bagian istana. Bahkan bagi yang beruntung mereka akan ditempatkan langsung di istana-istana para selir Sang Raja, atau pun ditempatkan di balai agung. Meski kesempatan untuk ke balai agung sangat lama untuk bisa mereka tempuh.     

Dan hidangan itu pun tertata dengan sangat rapi di meja-meja Sang Raja dan para Selir. Mereka tampak mengulum senyum tatkala melihat makanan itu terjadi dengan begitu indah. Chen Liao Xuan tampak menyunggingkan seulas senyum, kemudian dia memasang topengnya, sehingga membuat Cheng Wan Nian yang duduk tepat di barisan sisi kanannya bersama dengan dua selir lainnya pun memandangnya dengan bingung.     

"Maafkan hamba, Yang Mulia. Sekarang adalah waktunya kita menyantap hidangan ini, lantas bagaimana Yang Mulai memakai topeng kebesaran Yang Mulia itu sekarang?" tanya Cheng Wan Nian.     

"Aku hanya tak ingin, wajahku terlihat di depan para dayang rendahan itu," ketus Chen Liao Xuan. Cheng Wan Nian pun tampak tersenyum.     

"Karena wajah Baginda Raja sangatlah agung, jadi tak sembarang boleh melihatnya," ucap Cheng Wan Nian kemudian. Chen Liao Xuan hanya mengangguk. Kemudian dia melirik Li Zheng Xi.     

"Penasihat Li, aku sama sekali tak tahu apakah hidangan yang ada di depanku ini adalah hidangan yang aman atau mengandung racun. Aku ingi dayang yang memasaknya untuk berada di sini dan memastikan jika makanan ini dalam keadaan sehat dan baik,"     

"Maaf, Yang Mulia sudah menjadi tugas hamba untuk melakukannya,"     

"Jika makanan ini mengandung racun dan kau tewas. Aku harus mencari penasihat hebat sepertimu di mana?" kata Chen Liao Xuan lagi. Untuk kemudian, karena apa yang dikatakan oleh Chen Liao Xuan masuk akal di otak Li Zheng Xi dia pun menurut pergi keluar untuk mencari siapa yang memasak hidangan untuk Sang Raja itu.     

Sementara itu, Liu Anqier tampak mencoba bisa melihat sosok sang Emo Shao Ye sebenarnya. Dia ingin melihat, sosok seperti apa dia itu. Saking penasarannya, dia mencoba untuk melihat ke dalam, tapi yang dia dapati adalah, sosok itu tengah duduk dengan gagahnya, memakai jubah hitam, dengan rambut hitam panjang yang menjuntai, dan sosok itu memakai topeng?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.