TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Persaingan -Part 5



Persaingan -Part 5

0Malam ini, seperti yang dijanjikan oleh Chen Liao Xuan. Dia akan menghabiskan malam dengan Cheng Wan Nian. Tentu, Liu Anqier ikut serta. Dia duduk dengan patuh tepat di depan ranjang, di mana di ranjang itu ada Chen Liao Xuan dengan Cheng Wan Nian.     

Sesekali Liu Anqier tampak menelan ludahnya dengan susah, tapi dia tidak berani sama sekali untuk protes atau apa pun itu. Ini adalah risikonya, menjadi Dayang yang dibenci oleh seorang Selir kesayangan Raja. Hingga dia harus melihat secara langsung bagaimana Selir dan Raja saling beradu cinta di atas ranjang tepat di depan mata kepalanya sendiri.     

Lagi, Liu Anqier tampak tersenyum getir. Entah kenapa di otaknya Chen Liao Xuan adalah Chen Tao yang dia temui dulu. Kenapa dia begitu susah untuk membenci Chen Liao Xuan setelah dia tahu jika Chen Tao dan Chen Liao Xuan adalah sosok yang sama. Ini adalah hal mustahil dan gila, dan lebih dari itu adalah ini adalah hal yang sangat memilukan hatinya.     

"Dayang Liu, aku akan mengajarimu bagaimana caranya melayani Yang Mulia dengan baik dan benar. Tanpa ada kesalahan apa pun," kata Cheng Wan Nian.     

Kedua tangan Liu Anqier mencengkeram kuat-kuat, kemudian dia mengangguk patuh mendengar ucapan itu.     

"Baiklah, Selir Cheng," jawab Liu Anqier. Dan….     

Tes!!!     

Satu tetes air matanya menetes di punggung tangannya, Liu Anqier menangis dalam diam. Chen Liao Xuan agaknya merasa apa yang Liu Anqier rasakan, dadanya tiba-tiba terasa sangat sesak.     

Apakah gadis kecil itu tidak rela jika dia bercinta dengan wanita lain selain dirinya? Apakah gadis kecil itu sekarang benar-benar telah menangis karenanya? Jika benar itu yang terjadi, apakah itu maksudnya jika gadis kecil itu telah jatuh hati kepadanya?     

Chen Liao Xuan terkesiap, saat tangan mungul Cheng Wan Nian menyentuh pipinya untuk Chen Liao Xuan menghadap kepada Cheng Wan Nian. Rahang Chen Liao Xuan mengeras, tapi dia tetap menampilkan seulas senyum manis.     

"Selir Cheng, bagaimana bis akau berharap seorang Dayang bisa memuaskanku sepertimu? Kau adalah selirku yang sangat berharga, kau adalah satu-satunya wanita yang paling mengerti aku," kata Chen Liao Xuan. Dan hal itu sangat menyakitkan di dengar oleh telinga Liu Anqier.     

Cheng Wan Nian tampak sangat bahagia dengan ucapan dari Sang Raja. Dia kemudian mulai mencium bibir Chen Liao Xuan. Keduanya berciuaman dengan sangat panas dan menuntut. Bahkan kedua tangan Cheng Wan Nian menarik tengkuk Chen Liao Xuan Seolah dia ingin meminta lebih dari itu. Setelah ciuman yang panas mereka, Cheng Wan Nian pun mulai melepas pakaian Sang Raja. Kemudian dia memberikan buaian-buaian kenikmatan kepada Chen Liao Xuan.     

Cheng Wan Nian kembali tersenyum, saat Liu Anqier menundukkan pandangannya. Kemudian dia kembali memandang Chen Liao Xuan dengan penuh cinta.     

"Dayang Liu, kau harus melihat ini. Kau tak boleh menundukkan kepalamu. Karena jika kau melakukannya, kau akan merasa rugi karena telah melewatkan satu momen yang sangat indah ini,"     

"Baik, Selir Cheng,"     

Dan mau tidak mau, Liu Anqier melihat pemandangan itu. Saat Chen Liao Xuan dan Cheng Wan Nian melakukan hubungan suami istri. Kini, Cheng Wan Nian melepaskan seluruh pakaiannya. Dia kembali memberi layanan kepada suaminya.     

Dan malam itu, Chen Liao Xuan dan Cheng Wan Nian menghabiskan malam mereka dengan saling memuaskan nafsu mereka masing-masing. Mereka saling memuaskan dengan penuh gairah.     

Liu Anqier hanya lihat pemandangan itu di depan mata kepalanya, bahkan tatapannya sampai berubah menjadi kosong. Sosok seorang yang dulu dia begitu banggakan—Chen Liao Xuan tiba-tiba berubah dengan drastis. Chen Taonya kini telah benar-benar mati. Dia tidak akan pernah kembali menjadi Chen Tao yang ramah, yang lembut, dan yang sopan.     

Ya, mau bagaimana lagi memang. Raja Iblis tetaplah Raja Iblis. Mereka adalah makhluk yang bahkan tidak memiliki rasa sopan-santun dan adab sama sekali, bahkan hubungan suami istri seperti ini harus dipertontonkan dengan cara yang menjijikkan.     

Liu Anqier tampak tersenyum kecut, untuk kemudian dia memandang lagi pemandangan yang sangat menjijikkan itu. Hatinya kini telah remuk redam, dia telah memutuskan untuk mengubur sosok Chen Taonya dalam-dalam.     

"Yang Mulia, Selir Cheng, jika memang tugas hamba di sini sudah selesai. Maka izinkan hamba untuk kembali ke kamar hamba. Hamba sudah mengantuk, hamba ingin tidur," kata Liu Anqier kemudian.     

Chen Liao Xuan dan Cheng Wan Nian yang masih melakukan penyatuan itu pun diam, untuk kemudian Cheng Wan Nian tersenyum.     

"Silakan, aku ingin melanjutkan malam panjangku dengan suamiku," putusnya.     

Liu Anqier langsung memundurkan langkahnya, kemudian dia keluar dari kamar Cheng Wan Nian. Di sana ada Tan Lian, dan Lim Jingmi yang sudah berdiri di sana dengan seringaiannya.     

"Bagaimana, Dayang Liu. Apakah kau sudah merasa telah belajar dengan melihat Yang Mulia Raja dan Selir Cheng di atas ranjang?" ejek Lim Jingmi.     

Liu Anqier hanya diam, tapi rahangnya tampak mengeras mendengar hal itu. Dua Dayang itu sepertinya sangat bahagia setelah melihat dia tampak menyedihkan seperti ini.     

"Sekarang setidaknya Dayang Liu bisa tahu diri, jika dia tidak ada apa-apanya dengan Selir Cheng. Sebab Yang Mulia Raja hanya mencintai Selir Cheng."     

Liu Anqier lantas memandang sinis kepada dua Dayang itu, kemudian dia tampak tersenyum kecut.     

"Kepala Dayang Tan tenang saja. Lagi pula, hamba tidak sudi jika jatuh cinta dengan bangsa iblis. Meski itu adalah Raja sekalipun. Bangsa manusia memiliki kedudukan lebih tinggi di kerajaan langit. Jadi, sangat tidak masuk akal jika manusia dari keturunan bangsawan sepertiku bisa jatuh cinta dengan Raja Iblis itu," Liu Anqier langsung berjalan menuju pavilionnya. Membuat Lim Jimgmi dan Tan Lian tampak mengepal kedua tangannya kuat-kuat. Mulut Liu Anqier memang harus diberi pelajaran, agar dia tahu caranya sopan santun dengan Dayang senior.     

Sementara itu, Liu Anqier tampak mengangkat ujung roknya, dia berjalan menuju pohon persik yang ada di aula agung istana. Dia berdiri di sana, pohon itu tampak semakin layu dan layu. Untuk kemudian, dia mengambil sesuatu yang ada di di balik pakaiannya. Sebuah kain putih yang di atasnya sudah ada sebuah lukisan. Saat sosok berpakaian putih dengan rambut menjuntai tampak sedang memainkan kecapi di depan kamarnya. Bernaungkan pohon persik yang sedang berbunga. Rambut itu tampak tergerai indah, wajah pucatnya tampak begitu anggun dan sempurna, di bawah naungan pohon persik yang kelopak-kelopaknya berguguran dengan sangat nyata.     

Liu Anqier kembali tersenyum getir, lantas dia menyobek-nyobek lukisan itu dengan belati yang sedari dulu dia bawa. Menyisakan sebuah kepingan-kepingan yang sangat mengerikan. Hingga akhirnya Liu Anqier kembali memutuskan untuk ke kamarnya. Di atas atap, Chen Liao Xuan tampak berdiri sambil melipat kedua tangannya di belakang punggung, kemudian dia mengangkat tangannya hingga serpihan kain itu terbang dan berada di depannya. Sambil memejamkan mata, Chen Liao Xuan tampak memutar tangannya, hingga sebuah bentuk dari kepingan kain itu utuh kembali. Chen Liao Xuan tergugu, melihat lukisan dirinya di sana. Dia tak pernah menyangka, jika Liu Anqier telah melukisnya secara diam-diam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.