CALON IMAM PILIHAN ABI (END)

AKHIRNYA MALAM PERTAMA



AKHIRNYA MALAM PERTAMA

Suara alarm penanda salat subuh dari ponsel Aydin membangunkan keduanya dari tidur lelap. Karena khawatir mereka tidak mendengar suara adzan di tempatnya menginap saat ini. Aydin mengucek matanya, mematikan alarm yang suaranya menggema di kamar villa yang ia sewa. Ia menoleh ke arah istrinya yang masih tertidur lelap. Keduanya sama-sama mengenakan piyama. Setelah malam panjang yang mereka habiskan tadi malam.     

Bagi Aydin ini adalah pengalaman pertamanya bisa merasakan menuntaskan hasrat di dalam rahim istrinya. Doa ia panjatkan agar istrinya bisa segera hamil.     

"Sayang bangun." Aydin mengusap lembut pipi istrinya. Rambutnya tak lagi rapi tapi wajahnya selalu cantik di mata Aydin.     

"Abang.. sudah subuh ya?" tanya Mahira setelah mendengar suara Aydin membangunkan dirinya. Sang suami berbaring di sebelahnya sambil menopang kepalanya denga. sebelah tangannya. Matanya awas melihat istrinya yang baru bangun tidur. Diusapnya lembut rambut sang istri.     

"Sudah, Dek. Mandi yuk. Terus salat." Aydin mengusap-usap pipi sang istri yang semalaman sudah memanjakan dia beberapa kali.     

"Mau ngapain?" Mahira melotot saat muka sang suami tepat di depan wajahnya. Mahira lalu duduk diikuti juga Aydin yang ikut duduk di sebelahnya, lalu merangkulnya manja.     

"Mau nyium aja. Masa ga boleh? boleh ya. Dikit aja."     

"Enggak ah.. nanti berlanjut kemana-mana habis itu. Nanti kita telat lagi salat subuhnya."     

"Mandi bareng ya."     

"Enggak mau.." Mahira memanyunkan bibirnya lalu beranjak dari tempat tidur. "Aww.. sakit," Mahira merintih kesakitan menahan perih di intinya.     

"Kenapa, Dek? masih sakit? maaf ya. Apa tadi malam kebanyakan ya? Sampai kamu kesakitan begitu?"     

"Enggak papa, Bang." Biarpun Mahira merasa sakit, tapi dia tahu ia harus terbiasa. Karena ini adalah salah satu kewajibannya melayani suami.     

Dia masuk ke dalam kamar mandi, digandeng oleh Aydin. "Mau ngapain, Bang?" Mahira heran karena suaminya ini terus menggandengnya hingga di dalam kamar mandi. Dan tidak mau keluar.     

"Eh Dek, Rasulullah SAW aja sering mandi dalam satu bejana sama istrinya lho. Emang kamu ga mau nyontoh Rasulullah SAW?"     

"Ih abang.. Tapi nanti kalau kejadian lagi kayak semalem bagaimana? kita bisa telat salatnya."     

"Enggaklah. Masa mandi aja pengen kayak semalem lagi. Ya kalaupun pengen juga ditahan sampai setelah shalat subuh nanti."     

"Beneran?"     

"Iya, masa aku bohong."     

Merekapun mandi berdua, dan Aydin menepati janjinya untuk tidak macam-macam di kamar mandi. Hanya gantian saling menyabuni saja. Setelah itu mereka menjalankan salat subuh. Karena letaknya yang jauh dari masjid, akhirnya Aydin dan Mahira salat berjamaah di dalam kamar mereka.     

Mahira sangat bahagia memiliki suami yang baik dan sholih seperti Aydin. Kadang dia menyesal kenapa tidak dari dulu mau dijodohkan dengan Aydin.     

"Assalamualaikum warahmatullah.." Aydin mengucap salam sebagai penutup salatnya.     

"Assalamualaikum warahmatullah." diikuti Mahira yang berada di belakangnya.     

"Kita baca Qur'an dulu ya. Aku mau muraja'ah hafalanku dek. Tolong kamu yang nyimak ya." Aydin tetap mengulang hafalannya. Meski mereka sedang berlibur. Justru keadaan seperti inilah yang kadang bisa saja membuatnya lalai untuk tidak mengulang hafalan. Dan akhirnya berkuranglah hafalannya. Dan Aydin tidak mau itu terjadi.     

"Iya, Bang." Mahira mengambil Al-Qur'an kecil yang selalu ia bawa di dalam tasnya.     

Aydin mengulang hafalannya. Di rumahpun dia juga seperti itu. Mahira jadi tahu kebiasaan suaminya setiap selesai salat subuh. Dan Mahira yang juga sudah fasih membaca Al-Qur'an dan faham ilmu tajwid selalu menyimak untuk mengingatkan atau membetulkan jika ada kesalahan. Sejauh ini mereka berdua adalah partner yang handal dalam urusan dunia dan akhirat. Dan semalam, merekapun sekarang menjadi partner dalam urusan batiniah.     

"Abang mau mengulang juz berapa?"     

"Kemarin sampai mana ya?"     

"Juz 27 surah Al-Qamar. Sekarang surah Ar-rahman coba, bang."     

"Oke, mulai ya." Aydin membaca Ta'awudz terlebih dahulu lalu membaca basmallah. Dan melanjutjan menghafal. Sebenarnya surat Ar-Rahman sudah sangat ia hafal. Tapi jika tidak diulang-ulang lagi khawatir akan lupa."     

"Sip Insyaallah ga ada yang salah." Ucap Mahira setelah selesai menyimak suaminya menghafal.     

"Kamu tahu, Dek. Allah mengulang satu ayat dalam surah Ar-Rahman hingga 31x. Kamu tahu apa ayat itu?"     

"Fa bi'ayyi ālā'i rabbikumā tukażżibān, Bang. Karena artinya yang maha dahsyat. Yaitu: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"     

"Istri abang pinter banget."     

"Alhamdulillah. Biar seimbang donk sama abang. Hehehe."     

"Semoga kita akan selalu bersama. Baik di dunia maupun di akhirat."     

"Aamiin."     

"Ada beberapa keutamaan dari surat Ar-rahman yang artinya maha pemurah. Di sini kita dijelaskan bagaimana pemurahnya Allah pada setiap makhluknya. Dengan begitu dengan membaca surah ini, makin bertambah keimanan kita, lalu mendapat ridhanya Allah, mensyukuri nikmat. Karena begitu banyak nikmat yang selama ini kita peroleh, hanya saja kita yang kadang masih tidak mau bersyukur, Dalam Tsawabul A'mal, dijelaskan bahwa Rasulullah pernah bersabda: "Barang siapa membaca Ar Rahman, dan ketika membaca kalimat fabiayyi aala'i Robbikuma tukadzibaan kemudian jika dia mengucapkan: tidak ada satupun nikmatMu dari Tuhanku yang aku dustakan, maka jika membacanya di malam hari kemudian mati, maka matinya seperti mati syahid, jika membacanya di siang hari kemudian ia mati, maka matinya seperti mati syahid." (diriwayatkan oleh Imam Ja'far), yang terakhir adalah mendapat Syafa'at di hari akhir. Kalau kamu yang selalu membaca surat Ar Rahman ketika bangun malam atau pun setelah shalat, Allah akan membuatmu berjumpa dengannya di hari kiamat dengan wujud manusia yang paling indah dan baunya paling harum."     

"MasyaAllah.. aku akan lebih rajin lagi baca surah Ar-Rahman, Bang."     

"Abang doakan semoga kamu selalu istiqomah. Dan kamu tahu bukti pemurahnya Allah pada Abang salah satunya adalah memberi istri yang cantik dan shalihah sepertimu."     

"Aamiin.. Abang pinter gombal deh sekarang." Aydin merengkuh Mahira dalam dekapannya. Benar saja bahwa setelah menikah hati akan menjadi lebih tenang itu memang benar adanya. Apalagi memiliki istri shalihah seperti Mahira. Mereka berdua saling mendukung satu sama lain. Terutama dalam hal ketaatan kepada Allah. Memang begitulah yang diharapkan dalam sebuah pernikahan. Memiliki seorang partner yang bisa diajak bersama-sama menggapai ridho Allah.     

"Mahira." Aydin memanggil istrinya yang masih dalam dekapannya.     

"Hem." Mahira mendongak melihat suaminya yang tampak semakin tampan setiap kali selesai salat.     

"Mau lagi ga?"     

"Mau apa?"     

"Kayak semalem."     

"Masih belum puas?"     

"Kamu membuat aku ga ada puasnya sekarang." Aydin melepaskan mukena istrinya lalu tiba-tiba saja menggendong istrinya dan meletakkannya di atas ranjang. Mereka saling beradu pandang.     

"Ahh.. Abang.." Dan terjadilah pertempuran untuk keempat kalinya.     

"Masih sakit?" Tanya Aydin setelah selesai melakukan pertempuran. Mahira menggeleng pelan.     

"Masih nyeri tapi tidak apa-apa. Udah ya, Bang. Aku capek. Bukannya hari ini kita mau ke bukit Campuhan di Ubud. Kita harus foto pasca wedding di sana Bang. Dulu kan kita ga pernah foto pre wedding."     

"Emang ga boleh kan foto pre wedding. Karena kita belum halal."     

"Iya makanya nanti kita sewa photographer buat bikin foto di sana. Gimana?"     

"Terserah kamu saja. Yang penting kamu bahagia." Aydin mencium kening istrinya. Sambil mengucap hamdallah karena Allah telah memberikan kenikmatan yang luar biasa untuknya.     

****     

Maaf di skip aja MP nya ya. Hanya tersirat saja. Karena pembaca KHPA banyak dibawah umur. Jadi aku skip aja. Biar aman buat semuanya. Yuk ramaikan dengan seratus komentar kalian. :smiling_face_with_smiling_eyes::smiling_face_with_smiling_eyes:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.