CALON IMAM PILIHAN ABI (END)

KEMEJA PINK



KEMEJA PINK

0Setelah sarapan, Mahira dan Aydin bersiap menuju ke tempat yang akan ia jadikan sebagai tempat dia berfoto. Sebenarnya Aydin paling malas difoto. Tapi demi ingin menyenangkan hati sang istri, dia mau saja menuruti keinginan Mahira foto menggunakan fotografer handal di Bali.     

"Sudah dapat kan, Bang fotografernya?" Mahira sudah berdandan agar terlihat cantik di foto nanti.     

"Sudah. Dek, ga salah ya? emang harus ya abang pake kemeja pink ini?" tanya Aydin yang kaget saat Mahira menyiapkan kemeja lengan pendek warna pink yang senada dengan gamis Mahira. Dia hanya mengamati kemejanya yang unik dan menggelitik itu. Seumur-umur baru kali ini dia memakai baju berwarna pink. Oh bukan. Pernah satu kali kakaknya Rahma waktu ngidam dulu minta Aydin memakai baju warna pink juga. Tiba-tiba Aydin gemetaran. Jangan-jangan nanti kalau istrinya hami dan ngidam, dia disuruh pake warna pink terus setiap hari. Aydin ketakutan.     

     

     

"Iya bang, bagus kan? kita jadi seragam deh. Aku pake pink, abang juga pake pink." Mahira tertawa tanpa rasa bersalah pada suaminya.     

"Kalau bukan karena aku cinta sama kamu, mungkin aku ga kan melakukan hal konyol seperti ini Mahira." Aydin berucap lirih.     

"Apa bang? abang bilang apa tadi?" Mahira masih mendengar samar-samar ucapan Aydin. Saat laki-laki itu mengenakan kemeja warna pink.     

"Enggak koq. Bajunya bagus. Kapan kamu beli?"     

"Baru kemarin lusa koq. Makasih bang. Aku senang kalau abang senang." Mahira tersenyum-senyum sembari merapikan hijabnya. Sedangkan Aydin menggeleng-gelengkan kepalanya karena ragu untuk mengenakan kemeja ini keluar dari kamar.     

Aydin menghubungi fotografer yang akan mengambil fotonya nanti. Dan ternyata mereka sudah sampai di lokasi. Pasangan pengantin inipun langsung keluar kamar untuk mengambil mobil yang sudah disiapkan oleh pihak hotel. Saat berada di lobi hotel, banyak orang yanh menatap Aydin dengan kemeja pinknya. Termasuk wisatawan asing yang ikut tertawa melihat penampilan Aydin yang lain daripada yang lain. Rasanya malu sekali, tapi mau bagaimana lagi, kali ini dia harus menuruti keinginan istrinya. Dia lebih suka mengenakan warna hitam atau putih. Atau warna kesukaan Rasulullah yaitu warna hijau.     

Mereka berdua kini sudah masuk ke dalam mobil. Dan Aydin merasa lega setelah berada di dalam mobil. Mereka akan menuju bukit Campuhan yang terkenal dengan hamparan bukit yang hijau, lembah dan ilalangnya.     

Bukit campuhan ini berada di Jalan Bangkiang Sidem, Kelusa, Payangan, Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali. Selain itu Bukit Campuhan ini berada diantara dua aliran sungai di Ubud Bali, yaitu sungai Oos dan sungai Cerik.      

     

Untuk sampai di sana membutuhkan waktu sekitar satu jam dari pusat kota. Lumayan jauh. Tapi sebanding dengan pemandangan indah yang akan mereka dapatkan nanti. Itu yang dipikirkan Mahira.     

"Bang, aku ga sabar pengen cepat sampai di sana. Katanya tempatnya instagramable." kata Mahira antusias. Sedangkan yang diajak bicara hanya mengangguk anggukkan kepalanya saja. Masih memikirkan baju yang ia pakai saat ini. "Abang kenapa? koq diam saja? sariawan ya?"     

"Enggak.." Aydin tersenyum melihat istrinya. Kali ini Mahira sangat cantik. Berbeda sekali saat pertama kali Mahira belajar berdandan waktu itu. Perjalanan satu jam mereka habiskan dengan mengobrol santai di mobil yang kadang juga melibatkan Pak sopir yang ada di depan mereka.     

"Tuan, Nyonya, sudah sampai ini." Si Sopir ini memarkirkan mobil terlebih dahulu di tempat yang sudah disediakan untuk sebagai tempat parkir para wisatawan yang ingin ke bukit campuhan. Sopir inilah yang akan memandu mereka untuk sampai di bukit yang mereka tuju ini.     

Tak jauh dari tempat parkir, mereka menemukan Pura Gunung Lebah.     

kalau ambil jalan ke kiri maka menuju pintu gerbang utama menuju pura, maka ambil jalan ke kanan samping pura yang mengarahkan ke jalan trekking ke Bukit Campuhan.     

Di sana sudah ada dua fotografer laki-laki dan perempuan yang menunggu mereka. Cuaca hari ini memang sangat pas karena sedang berawan tapi tidak hujan. Setelah sampai di sini, Mahira nampak kegirangan karena bisa menikmati pemandangan dari atas bukit yang hijau. Jika Bali selalu identik dengan wisata alam lautnya, maka kali ini Mahira ingin mencoba sesuatu yang berbeda.     

"Tuan, Nyonya, karena di sini ada di kawasan suci pura, kalian semua harus menghormati adat setempat ya. Misal tidak boleh merokok dan kegiatan lain yang tidak boleh dilakukan di sini?" ucap sopir mengingatkan saat mereka sudah bersiap untuk diambil gambarnya oleh fotografer.     

"Iya, Pak terimakasih sudah diingatkan."     

"Iya Pak kami akan selalu menjaga sikap kami." ucap Aydin. Walaupun mereka seorang muslim, tetap harus menghormati mereka yang berbeda agama. Inilah toleransi. Saling menghormati pemeluk agama lain. Bahkan Rasulullah pun memberi contoh saat membangun kota Madinah yang terdapat pluralitas di dalamnya. Disamping penduduk yang beragama Islam, ada pula penduduk yang beragama Yahudi, Nasrani bahkan Musyrikin. Dengan adanya pluralitas tersebut, akhirnya Nabi SAW membangun toleransi dengan Piagam Madinah. Di dalam piagam ini ada penegasan toleransi beragama untuk saling menghormati antar agama dan tidak menyakiti serta melindungi anggota-anggota yang terikat dalam Piagam Madinah. Selain itu, saling tolong menolong tanpa memperdulikan keyakinan dan agama juga terjadi di sejumlah hadist dan praktik Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam.     

Semilir angin yang berhembus di atas bukit membuat suasana pemotretan hari itu terlihat semakin memukau. Mahira dan Aydin bebas bermesraan tapi masih dalam batas wajar. Seperti merangkul atau memegang tangan satu sama lain. Karena mereka sudah halal. Berbeda jika semua ini dilakukan sebelum mereka menikah. Dan foto yang mereka miliki ini nanti juga hanya untuk koleksi pribadi.     

"MasyaAllah cantiknya," ucap Mahira saat melihat hasil pemotretannya. Mahira memang tampak cantik. Apalagi Aydin yang harus menahan kegelisahan hatinya. Karena saat mereka melakukan pemotretan, orang-orang yang berlalu lalang ikut tersenyum. Tapi mereka yang sudah terbiasa melihat orang yang melakukan foto pre wedding menjadi maklum dengan warna kemeja yang dipakai oleh Aydin.     

Aydin menghela nafas lega saat semua sudah selesai. Untung saja dia membawa kaos cadangan. Dia akan mengganti pakaiannya nanti di mobil.     

"Abang kenapa?" tanya Mahira saat menikmati ayam betutu khas Bali di sebuah restoran. Yang lokasinya tidak jauh dari tempat parkir mobil.     

"Dek, maaf. Lain kali jangan suruh abang pakai baju warna pink lagi, ya. Abang malu." Ucap Aydin berbisik. Dia kini sudah berganti dengan kaos warna putih.     

"Jadi abang tidak suka, ya? kenapa tadi abang tidak bilang? maaf ya. Aku kan baru dekat dengan laki-laki ya sama abang ini. Jadi aku kira tidak masalah jika laki-laki memakai warna pink. Maafin aku ya, Bang. Aku tidak peka." Mata Mahira berkaca-kaca. Bukan karena sambal mata yang sedang ia makan, tapi karena perasaan bersalahnya pada sang suami.     

"Tidak apa-apa. Tadinya aku mau bilang dari sebelum berangkat. Tapi aku tidak mau merusak kebahagiaanmu. Aku memberitahumu sekarang, agar kelak kamu tidak memintaku memakai warna pink lagi." Aydin tidak marah. Tapi dia mengatakannya sambil tersenyum.     

"Abang.." Mahira begitu kagum dengan pribadi suaminya yang selalu mengutamakan kebahagiaanya. Tapi bukan berarti dia akan semena-mena dengan suaminya. Justru mulai sekarang Mahira akan belajar untuk lebih memahami apa yang di suka dan tidak disukai oleh sang suami.     

***     

Jangan ketawa ya membayangkan Aydin pake baju warna pink :beaming_face_with_smiling_eyes:     

Yuk ramaikan dengan komentar kalian     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.