CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

786. Benarkah dia sudah mati?



786. Benarkah dia sudah mati?

0Anak buah Doni kembali dengan membawa handphone milik wanita itu. doni kemudian memeriksa semua isi handphone wanita itu yang sepenuhnya sudah di kosongkan,  dan di hapus isinya, khususnya rekaman yang telah fi kirimkan kepada Doni. Sedangkan kartu di handphone itu masih ada. Perawat wanita itu benar-benar meninggalkan handphone itu begitu saja dan mengambil uangnya, tanpa mengotak-atik dan mengambil kartu di handphone miliknya. Mungkin karena perawat itu juga tidak mau lagi berurusan dengan orang-orang mengerikan seperti para bodyguard Yohan ini, jika ia salah bicara atau melakukan kesalahan. Mungkin mereka tidak akan mengampuniku. Inilah yang menjadi alasan perawat wanita itu menyerahkan handphone miliknya tanpa syarat apapun, sebab wanita ini sama sekali tidak berfikir untuk melakukan kerjasama lebih jauh lagi.     

"Bagus. Wanita itu menepati janjinya. Ia tidak berani macam-macam kepada kita. Sebaiknya aku segera kembali ke hotel, dan menemui sang presdir untuk menyampaikan berita ini." Kata Doni yang meninggalkan duaanak buahnya itu untuk bertugas kembali mengawasi direktur Lee. Meskipun laki-laki itu sudah mati sekarang, mereka harus tetap mengawasinya. Sampai nanti direktur Lee di makamkan. Barulah tugas mereka selesai, karena tidak mungkin mereka juga menjadi petugas penjaga pemakaman ha... Ha...     

Tidak butuh waktu lama bagi Doni untuk kembali ke hotel dan menemui sang presdir. Hanya dalam waktu 5 menit saja ia sudah sampai di lobi hotel Rosemary, kemudian naik ke kamar sang presdir di ruangan 303 dengan menggunakan lift. Tetapi saat keluar dari lift, Doni seolah berpapasan dengan seorang wanita yang pernah ia lihat sedang bersama dengan direktur Lee. Cuma Doni tidak ingin siapa nama wanita itu, tetapi yang jelas ia mengenali wajah cantiknya. Doni terus memandangi wajah wanita itu sambil mengerutkan dahinya. Ia terus berusaha mengingat. Meskipun wanita itu sepertinya hanya mengacuhkannya. Mungkin karena baginya Doni bukanlah orang penting yang harus di perhatikan secara khusus.     

"Ah, sudahlah. Mungkin hanya direktur Lee memang seorang playboy semasa hidupnya. Mungkin wanita itu hanya salah satu mainannya di kota ini." Kata Doni yang melanjutkan perjalanannya menuju kamar sang presdir dan memilih untuk mengacuhkannya wanita itu untuk sementara waktu. Lagipula urusannya adalah dengan direktur Lee bukan dengan para wanitanya, yang mungkin sudah tidak terhitung jumlahnya itu.     

Setelah sampai di depan kamar sang presdir. Doni di beritahu kalau sang presdir tadi telah mencarinya, saat Doni sedang berada di lokasi rumah sakit.      

"Matilah aku! Aku tadi tidak sempat meminta izin kepada presdir, sebelum pergi ke rumah sakit. Presdir pasti akan marah kepadaku. Tadi aku sangat terburu-buru. Semoga dengan informasi yang aku bawa ini, akan sedikit mengurangi amarahnya." Kata Doni dalam hati sambil mengetuk pintu kamar sang presdir secara perlahan-lahan.     

Tok... Tok.... Tok..     

"Presdir, ini saya Doni." Kata bodyguard tampan itu dari luar pintu kamar. Tidak ada jawaban sama sekali dari dalam kamar sang presdir. Sepertinya big bosnya itu sudah menunggunya dengan emosi yang siap meledak, sehingga panggilannya dari luar pintu saja tidak di jawab.     

Benar saja, sebentar saja pintu itu sudsh terlihat terbuka dari dalam. Tetapi yang membuka pintu itu bukanlah presdir, melainkan anak buah Doni yang juga bodyguard sang presdir. Rupanya bosnya itu sudah menunggu Doni kembali di dalam kamarnya dengan wajah dingin dan tatapan mata yang tajam kearah Doni yang baru saja memasuki ruangan itu.     

"Presdir, saya ingin melaporkan sesuatu." Kata Doni berjalan mendekati dan berhenti tepat di depan Yohan yang terlihat sebal dan emosi. Meskipun sebenarnya kemarahan sang presdir ini bukan karena Doni, tetapi karena Istrinya.     

"Katakan, sebaiknya kau memberikan informasi yang penting kali ini." Kata sang presdir yang sedang malas untuk mendengarkan informasi yang tidak berguna seperti sampah di telinganya.     

"Direktur Lee, sudah meninggal dunia. Saya baru saja mengeceknya ke rumah sakit." Kata Doni melaporkan kepada sang presdir soal berita meninggalnya Jonatan yang di sebabkan komplikasi dari luka-lukanya itu.     

"Apa?! Apa yang kau katakan itu benar?" Kata sang presdir yang merasa terkejut mendengar berita kematian jonathan yang terkesan mendadak itu. Padahal Yohan saja belum sempat mengecek kebenaran keadaan kesehatan Jonatan kepada dokter yang menanganinya. Entah mengapa di dalam hati Yohan merasa tidak percaya, jika Jonatan sudah meninggal? Mungkinkah itu hanya perasaan Yohan saja yang tidak ingin melihat rivalnya itu mati dengan begitu mudah, atau memang ada yang janggal dalam kasus kematian Jonatan ini?     

Doni menyerahkan handphone miliknya yang berisi rekaman video yang diambil perawat wanita itu untuk di lihat oleh sang presdir. Mungkin setelah melihat rekaman itu sang presdir bisa percaya dengan  ucapannya.     

Yohan melihat rekaman itu dengan seksama. Meskipun kali ini ia  melihat rekaman video itu dengan mata kepalanya sendiri. Yohan. Tetap tidak akan merasa puas, sebelum melihat mayat Jonatan ada di hadapannya dan menyaksikan sendiri laki-laki itu di makamkan atau di kremasi.     

"Darimana kau dapatkan rekaman ini?" Tanya Yohan kepada Doni.      

"Dari perawat yang merawat direktur Lee, saat menjelang kematiannya." Jawab Doni dengan penuh keyakinan. Tetapi tetap saja kata-kata Doni dan bukti rekaman itu tidak cukup membuktikan, bahwa Jonatan sudah benar-benar mati. Bisa saja semuanya memang sudah diatur sebelumnya. Mengingat untuk bertemu dengan dokter yang merawat jonathan saja sampai sekarang, dokter itu belum juga datang untuk menemui Yohan. Padahal, pasti ada watu luang dalam 24 jam bagi dokter itu untuk sedikit meluangkan waktunya untuk bertemu Dengan presdir tampan ini. Apalagi letak hotel tempat Yohan menginap juga tidak jauh jaraknya dari rumah sakit itu.     

"Lalu bagaimana dengan dokter yang merawat jonathan saat ini? Kapan dia akan datang menemuiku?" Tanya Yohan dengan wajah yang begitu serius kepada Doni. Laki-laki ini seolah sedang mencium sesuatu yang tidak beres dan janggal dalam kasus kematian Jonatan.     

"Itu... Kami... Sampai saat ini kami belum melihat dokter itu lagi. Terakhir anak buahku melihatnya, selesai keluar dari ruang operasi untuk melakukan amputasi pada kaki direktur Lee." Kata Doni kepada sang presdir.     

------------------------------     

Hai readers.....     

kita bertemu lagi dengan cerita terbaruku ...semoga suka dengan chapter kali ini. Jangan lupa kirimkan sebagai bentuk dukungan kepada ya, maaf jika mungkin masih banyak salah penulisan dan ejaan ;     

1. Kado (Gift) yang     

L. power stone (PS)     

3. review/ Ulasan 5 bintangⁿ     

4. jejak cantik dengan komentar positif.     

Terimakasih kepada reader yang sudah setia dan mengirimkan 4 poin diatas untuk novel ini, semangat dan terimakasih ataqs dukungannya!      

Jangan lupa baca karya novel saya yang lain ya, yang gak kalah seru dan membuat penasaran dan dag dig dug he....he... terimakasih.     

1. CALON ISTRIKU YANG MANIS     

2. PERFECT HUSBAND : THE CEO'S SWEET WIFE     

See you next day, I LOVE YOU ALL....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.