CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

753. Tubuh yang penuh dengan luka



753. Tubuh yang penuh dengan luka

0Asisten steve merasa malas menanggapi Telepon dari Sekertaris Tang yang usianya semuanya tidak penting dan hanya mengajak berdebat saja. Sungguh sangat sia-sia dan menghabiskan tenaga serta emosi.     

"Siapa yang berbicara denganmu, steve?" Tanya sang presdir yang sedari tadi di belakang mendengarkan obrolan asisten steve dengan seseorang dari perusahaan. Yohan tahu hal itu karena asisten steve tadi menyebutkan tentang pekerjaan di ruang presdir milik Yohan yang sekarang di pakai oleh papanya.     

"Sekertaris Tang, Presdir." Jawab asisten steve yang masih berkonsentrasi mengemudi.      

"Berikan handphone mu kepadaku. Biar aku yang berbicara kepadanya." Kata Yohan yang tidak ingin asisten steve di ganggu konsentrasinya oleh Tania saat mengemudi. Lagipula di dengarkan dari percakapan mereka, Sekertaris Tang terdengar sangat marah karena tidak memiliki pekerjaan untuk di kerjakan hari ini.      

Asisten steve memberikan handphonenya kepada sang presdir, tanpa banyak bertanya. Menurut asisten steve Sanga pres hanya ingin menolongnya saja yang terlepas dari perdebatan antara dirinya dan Sekertaris Tang. Jika sang presdir yang berbicara secara langsung, Sekertaris Tang pasti tidak akan berani bertingkah.     

"Hallo, Sekertaris Tang. Aku katakan kepadamu. Jika kau begitu tidak sabar untuk segera bekerja hari ini, kau bisa datang ke ruangan petugas kebersihan. Ambil kain lap dan pel. Aku yakin para pegawai kebersihan Perusahaan masih membutuhkan banyak tenaga untuk membantu mereka bersih-bersih." Kata sang presdir dengan jengkel karena sedari tadi tadi hanyaembuat asisten steve pusing saja dan hampir membuat mobil mereka menabrak seekor anak kucing di jalanan.     

Seketika Sekertaris Tang hanya bisa menelan ludah. Mulutnya yang begitu cerewet mencaci maki Asisten steve tadi, seolah terdiam membisu tanpa bisa menjawab apapun perkataan sang presdir. Siapa yang menyangka kalau asisten steve yang sedang dinas diluar itu sedang bersama sang presdir. Setahu Tania sang presdir masih sakit dan butuh banyak istirahat di kediamannya dan tidak ada satupun pegawai yang boleh mengganggunya. Sebab itulah tuan Kim berada di perusahaan Lianxi grup selama beberapa hari ini untuk mengawasi dan mengatur Perusahaan sementara waktu.     

"Sial! Mengapa asisten steve tidak mengatakan kalau di situ ada Yohan. Sial! Sial! Dia pasti sengaja, supaya aku terlihat semakin buruk di hadapan Yohan. Awas saja kau asisten steve! Aku akan membuat kau membayar rasa malu ini." Kata Tania dalam hati yang geram kepada asisten steve karena merasa di permalukan di hadapan Yohan lagi.     

"Hallo, apa kau masih mendengarku?" Tanya Yohan sambil menahan rasa pusing di kepalanya.     

"Iya, presdir. Saya masih mendengarkan Anda. Oh, bagaimana keadaan presdir sekarang?" Tanya Tania kepada Yohan untuk memanfaatkan momen Teleponnya kali ini untuk menunjukkan perhatian Tania kepada laki-laki tampan ini.     

"Kepalaku pusing. Kerjakan saja tugasmu. Jangan menggangu ku dan asisten steve lagi." Kat sang presdir yang tidak ingin memperpanjang pembicaraannya dengan Sekertaris Tang.     

"Baik, presdir. Selamat beristirahat dan jangan lupa minum obatnya." Kata Sekertaris tang sebelum mengakhiri panggilan Teleponnya.     

Yohan meletakkan handphone asisten di temapat duduk dan kembali memejamkan matanya lagi. Kepalanya terlalu pusing untuk mendengarkan sesuatu yang berisik dan tidak penting.     

Ketika jarak ke Kediaman Keluarga Kim hanya tinggal beberapa meter saja. Tiba-tiba sang presdir berubah pikiran untuk pulang ke villa pribadinya. Yohan tidak ingin membuat Tiara khawatir dengan keadaannya sekarang ini. Disatu sisi Yohan ingin di rawat dan di manjakan oleh Tiara ketika sedang sakit. Tetapi di sisi lain ia juga tidak mau Istrinya menjadi khawatir.     

"Steve, berhenti. Kita putar arah sekarang. Aku mau pulang ke villa saja." Kata sang presdir yang berbicara tanpa melihat kearah asisten steve sedikitpun. Yohan sedari tadi hanya memejamkan matanya. Sepertinya pukulan Jonatan yang mengenai kepalanya tadi cukup keras dan menyebabkan sang presdir pusing kepala akut.     

Asisten steve hanya bengong mendengar perintah dari sang presdir yang berubah pikiran secara tiba-tiba, ketika mobil mereka  sudah berbelok ke pintu masuk Kediaman Keluarga Kim, bahkan sudah masuk ke halaman Kediaman yang besar dan mewah itu.     

"Tetapi, presdir. Sekarang kita sudah sampai di depan kediaman keluarga Kim. Apa presdir yakin ingin saya antarkan ke villa sekarang?" Kata asisten steve yang merasa bingung harus melakukan apa sekarang ini, karena mobil mereka telah berhenti tepat di depan pintu Kediaman itu dan juga Nyonya Kim dan Emelly sedang berdiri tidak jauh dari mobil mereka saat ini.     

"Aku katakan ke villa sekarang!" Kata sang presdir yang hanya membentak dan marah tanpa melihat kondisi di sekelilingnya saat ini.      

"Tetapi presdir. Saya tidak bisa melakukannya." Kata asisten steve yang tidak bisa melajukan mobilnya baik mundur ataupun maju saat ini karena Nyonya Kim sudah berdiri tepat di samping mobil mereka.     

 Nyonya Kim berjalan mendekati mobil Yohan karena curiga. Mengapa putranya itu tidak kunjung turun dari dalam mobilnya. Padahal baby Kim Tan sudah menunggunya bersama Emelly di dekat pintu.     

Tok... Tok... Tok...     

Nyonya Kim mengetuk kaca pintu mobil untuk melihat dan berbicara kepada Yohan.     

"Steve, siapa yang berada di luar?" Tanya sang presdir yang masih saja  malas membuka matanya.     

"Itu Nyonya besar, presdir." Jawab asisten steve yang segera membuka kaca mobil, supaya nyonya Kim ataupun sang presdir bisa saling berbicara. Kemudian asisten tampan ini turun dari mobil.      

"Sudahlah, pasrah saja. Aku pasti akan habis kali ini, ketika Nyonya besar melihat keadaan presdir sekarang." Kata asisten steve dalam hati sambil membuka pintu belakang mobil untukbatu sang presdir keluar dari mobil.     

"Sayang... Apa terjadi denganmu?!" Kata nyonya Kim yang terkejut, ketika melihat keadaan Yohan yang babak belur dan di penuhi luka di sekujur tubuhnya.     

Asisten steve membantu memapah sang presdir berjalan masuk ke dalam rumah. Kemudian membaringkan sang presdir di kursi di ruang tamu.     

"Kakak steve, mengapa kakak Yohan bisa seperti ini?" Tanya Emelly yang khawatir melihat keadaan kakak laki-lakinya itu. Bahkan baby Kim Tan yang ada di gendongan gadis cantik ini juga menangis, seolah merasakan kedatangan papanya.     

"Ceritanya panjang. Nanti saya akan menjelaskan semuanya kepada nyonya besar dan juga Nona muda. Tetapi sebaiknya sekarang kita cepat menghubungi dokter Glen, supaya luka presdir tidak semakin parah." Jelas asisten steve kepada nyonya Kim dan Emelly yang terlihat khawatir dan panik melihat keadaan Yohan.     

Nyonya Kim segera menelepon dokter Glen, seperti saran asisten steve dan meminta dokter glen untuk segera datang.     

"Aku tidak apa-apa. Jangan terlalu membesar-besarkan masalah ini. Cuma luka lecet saja dan sedikit pusing kepala." Kata Yohan yang sudah mulai membuka mata karena mendengar suara tangisan baby Kim Tan yang keras.     

"Cup.. cup... Sayang. Jangan menangis, papa tidak apa-apa." Kata Yohan yang berusaha bangun, kemudian duduk.      

Emelly mendekatkan baby Kim Tan kepada Yohan dengan duduk di sampingnya. Tetapi tidak mengizinkan Kakaknya itu untuk menggendong putranya dengan pakaian yang kotor dan penuh dengan bercak darah itu.     

"Steve, bawa Yohan ke kamarnya. Sebentar lagi Glen akan datang." Perintah Nyonya Kim kepada asisten steve.     

"Sayang... Ganti dulu pakaianmu dan bersihkan tubuh dan luka-luka mu itu terlebih dahulu. Putramu akan takut melihat keadaanmu yang seperti itu." Kata Nyonya Kim menasehati Yohan. supaya putranya itu beristirahat saja dengan baik, Sampai dokter Glen datang untuk memeriksanya.     

Asisten steve di bantu dengan pelayan laki-laki di keluarga itu membawa sang presdir ke kamarnya.     

 Sesampainya di dalam kamar. Mereka berdua meletakkan tubuh sang presdir diatas tempat tidur, tepat disampingnya Tiara.     

"Apa yang terjadi dengannya?" Tanya Tiara yang terkejut melihat keadaan Yohan yang penuh luka. Padahal saat berangkat tadi, suaminnya itu masih dalam keadaan baik-baik saja. Tetapi sekarang seperti orang yang baru saja selesai berkelahi dan babak belur wajahnya.     

"Aku baik-baik saja, sayang. Kau tidak perlu khawatir." Kata Yohan yang menjawab sendiri pertanyaan Tiara.     

"Presdir, apakah perlu saya membantu anda berganti pakaian." Kata asisten steve menawarkan bantuan. asisten steve tidak yakin jika Nyonya Tiara akan dapat membantu suaminya itu mengganti pakaiannya.      

"Tidak perlu. Aku bisa melakukannya sendiri. Kau bisa kembali lagi ke perusahaan. Papa lebih membutuhkan mu sekarang." Kata sang presdir kepada asisten steve.      

Yohan tahu, maksud dari asisten steve itu baik. Tetapi Yohan ingin sekali istrinya sendiri yang merawatnya. Tetapi Yohan juga mengerti keadaan Tiara saat ini masih lemah. jadi, Yohan juga tidak terlalu berharap. jika Tiara akan merawatnya hari ini.     

"Baik, presdir. Jika Seperti itu, saya mohon izin terlebih dahulu." Kata asisten steve yang segera meninggalkan kamar sang presdir bersama dengan pelayan yang membantunya tadi.     

*Akankah hati Tiara tergerak untuk merawat Yohan kali ini?     

------------------------------     

Hai readers.....     

kita bertemu lagi dengan cerita terbaruku ...semoga suka dengan chapter kali ini. Jangan lupa kirimkan sebagai bentuk dukungan kepada ya, maaf jika mungkin masih banyak salah penulisan dan ejaan ;     

1. Kado (Gift) yang     

L. power stone (PS)     

3. review/ Ulasan 5 bintangⁿ     

4. jejak cantik dengan komentar positif.     

Terimakasih kepada reader yang sudah setia dan mengirimkan 4 poin diatas untuk novel ini, semangat dan terimakasih ataqs dukungannya!      

Jangan lupa baca karya novel saya yang lain ya, yang gak kalah seru dan membuat penasaran dan dag dig dug he....he... terimakasih.     

1. CALON ISTRIKU YANG MANIS     

2. PERFECT HUSBAND : THE CEO'S SWEET WIFE     

See you next day, I LOVE YOU ALL....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.