CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

618. kedatangannya Tiara



618. kedatangannya Tiara

0tara merampas handphone dari tangan sonya secara paksa, meskipun sonya tidak mengizinkannya karena handphone itu bagi sonya sangat penting.     

"Tara, kembalikan handphone mama." teriak sonya kepada tara dengan marah.     

"sudah mama duduk saja, dan lihat apa yang akan aku lakukan." kata tara yang mulai mencari nomor kontak dari handhope itu dan menelephone seseorang.     

"hallo, asisten mo. aku tara. bagaimana keadaaan papa sekarang? aku sudah hampir gila, melihat mama mondar-mandir dihadapanku." kata tara bertanya kabar papanya kepada asisten mo dengan kata-kata yang sedikit kasar.     

"tara, jaga sikapmu! jangan berkata sekasar itu kepada asisten mo." benta sonya yang langsung merebut kembali handphone miliknya dari tangan tara. meskipun mo zi hanya seorang asisten, tetapi dia lebih tua dari tara dan juga orang kepercayaan papanya.     

"hallo, asisten mo. maafkan sikap tara tadi. tara masih terlalu muda, jadi dia suka seenaknya saja dalam bicara." kata sonya meminta maaf mewakili putri sulungnya itu.     

"oh, tidak apa-apa nyonya jiang. saya bisa mengerti hal itu." kata asisten mo yang sudah terbiasa dengan sikap tara yang kasar itu, apalagi dahulu sebelum tara di pindahkan ke kota J. asisten mo dan tara hampir setiap hari berdebat soal pekerjaan. kata-kata dan caci maki tara sudah menjadi makanan sehari-hari bagi asisten mo.     

"cih! mama terlalu sopan berbicara dengan asisten tua dan menyebalkan itu. ingin aku berlaku sopan kepadanya? cih! jangan harap!!!" kata tara sambil mengomel sendiri dan berjalan menjauh dari mamanya, dari pada hatinya semakin jengkel gara-gara mendengar suara asisten mo.     

"Mo... bagaimana keadaan suamiku sekarang? aku bingung, mungkin malam nanti kami baru tiba di kota S." Kata sonya menjelaskan kesulitannya dalam perjalanan pulang ke kota S. Jika saja sonya tahu, kalau suaminya sakit. tentu sonya tadi padi tidak akan pergi ke kota J untuk mengunjungi tara.     

"Tenanglah nyonya jiang. saya sudah berhasil menemukan nona tiara. semoga nona tiara dan presdir kim akan segera tiba di rumah sakit, sehingga direktur jerry bisa mendapatkan penanganan lebih cepat." kata asisten mo mencoba menenangkan sonya dengan adanya tiara yang akan datang mewakilinya untuk sementara waktu, sampai sonya dan tara datang.     

mendengar kata-kata sisten mo, air mata sonya seketika menetes. putri yang mereka sis-siakan justru datang menjadi penolong disaat mereka benar-benar sangat membutuhkan. sonya tidak menyangka, jika tiara masih mau menemui papanya. meskipun jerry jiang memperlakukan tiara dengan semena-mena dan tidak adil.     

"tiara... kau yakin dia akan datang?" kata sonya memastikan sekali lagi.     

"presdir kim.. nona tiara.." teriak asisten mo yang segera berlari menjemput tiara dan yohan yang berjan menuju kearahnya.     

teriakan asisten mo didengar langsung oleh telinga sonya. hal itu membuat sonya tidak hanya meneteskan air mata, tetapi menangis tersedu-sedu. sonya tak kuasa menahan haru sekligus rasa bersalah kepada tiara. mengingat terakhir kali sonya bertemu dengan putrinya itu dalam acara makan malam di kediaman keluarga kim dan pada saat itu mereka bertiga masih menghina dan mengacuhkan tiara. pastinya hati tiara sangat sakit pada saat itu.     

tangisan sonya terdengar di telinga asisten mo. " nyonya jiang, nona tiara dan presdir kim sudah datang. maaf saya akan menelepon anda lagi nanti." kata asisten mo yang segera mengajak tiara dan yohan untuk mengurus administrasi perawatan untuk direktur jerry jiang.     

"Presdir kim dan nona tiara, mari ikut saya." kata asisten mo sambil melirik kearah perut buncit nona bungsu keluarga jiang itu. sebenarnya asisten mo sangat terkejut dengan perubahan fisik tiara yang sekarang terlihat hamil itu, sedangkan asisten mo sendiri belum pernah mendengar kalu tiara menikah. lalu anak siapakah yang ada di dalam kandungan tiara? apa mungkin tiara menikah secara diam-diam tanpa sepengetahuan keluarga jiang, atau ada masalah lain yang sedang menimpa tiara. tetapi tiara tidak berani meminta bantuan keluarganya dan memilih untuk hidup sendiri.     

asisten mo memandang kearah presdir kim yang terlihat begitu tenang mendampingi tiara. bahkan tangan laki-kali tanpan ini sejak tadi terlihat tidak melepaskan tangan tiara sama sekali. hal ini membuat asisten mo sedikit curiga, jika bayi yang ada di dalam kandungan tiara itu adalah anak dari presdir perusahaan lianxi grup itu.     

yohan yang menyadari, jika ia dan istrinya sejak tadi diperhatikan dan diamati oleh asisten mo hanya tersenyum di sudut bibirnya. orang normal manpun juga akan merasakan hal yang sama seperti asisten mo saat ini. jadi hal itu sama sekali tidak membuat yohan terganggu. laki-laki ini justru memperlakukan tiara semkin hangat dan lembut. anggap saja dengan cara iru, secara tidak langsung yohan telah mengatakan kepada asisten mo, bahwa tiara adalah wanitanya.     

"ada apa asisten mo? apakah wajahku begitu tampan, sehingga kau memandangku tanpa berkedip sedikitpun?" kata yohan sedikit menyindir kepada asisten mo.     

"Oh, maaf. sudah lama saya tidak bertemu dengan anda presdir. anda memang semakin tampan." kata sisten mo sambil tersenyum malu. asisten mo sadar, jika tingkah lakunya tadi sudah di ketahui oleh presdir tampan itu.     

"Sudahlah, aku memang sejak dahulu sudah tampan." jawab yohan dengan penuh percaya diri. lagi pula yohan juga tahu, jika ucapan asisten mo itu hanya sebagai penutup rasa malunya saja karena ketahuan oleh yohan.     

Tiara sudah selesai dengan urusannya dan kembali bergabung dengan asisten Mo juga suaminya, sedang direktur Jerry jiang segera di bawa ke ruang operasi untuk segera mendapatkan penanganan.     

Tiara menghampiri papanya yang tergeletak tidak berdaya diatas ranjang dan di dorong oleh perawat menuju ke ruang operasi.     

"Papa... Aku yakin papa akan segera sembuh. Tiara akan menunggu papa di luar." Kata tiara sambil menggenggam tangan direktur Jerry jiang sebelum memasuki ruang operasi.     

"Sayang, kamu tenang saja dsn serahkan semuanya pada dokter. Mereka akan berusaha semaksimal mungkin. Sekarang sebaiknya kita menunggu di luar sambil berdoa kepada tuhan. Supaya semoga operasinya berjalan lancar dan papami segera sembuh." Kata yohan sambil menepuk bahu istrinya dan merangkul tiara untuk berjalan menuju kursi tunggu.     

Asisten Mo terkejut mendengar panggilan sayang yang di ucapkan oleh presdir Kim kepada putri bungsu direktur Jerry Jiang itu.     

"Sayang? Apa aku tifak salah dengar, atau memang telingaku mulai bermasalah karena sudah mulai tua." Kata asisten Mo dalam hati. Dalam benaknya asisten Mo mendengar kata-kata itu dari mulut presdir kim adalah hal yang langka, ia bahkan sampai mengorek telinganya beberapa kali dengan jari kelingkingnya untuk memastikan pendengarannya baik-baik saja dan tidak bermasalah.     

Setelah itu, batulah asisten mo menyusul yohan dan tiara yang sudah duduk di kursi tunggu. Menunggu direktur Jerry selesai di operasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.