CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

580. seperti anak kecil



580. seperti anak kecil

0VILLA PRIBADI SANG PRESDIR     

nyonya kim membawa ember berisi air dingin itu masuk kedalam kamar. nyonya kim meletakkannya di meja dekat tempat tidur. kemudian ia merendam handuk kecil itu kedalam air dan memeras airnya. nyonya kim memberikan handuk kecil itu kepada tiara untuk digunakan mengompres kening yohan.     

" sayang... kompres dulu suamimu dengan ini. sambil menunggu asisten steve datang. setelah itu, kita bawa yohan ke rumah sakit." kata nyonya kim sambil mengulurkan handuk kecil di tangannya kepada tiara.     

tiara meletakkan handuk kecil itu di kening suaminya. " baik, mama" jawab tiara.     

tiba-tiba tangan tiara di genggam erat oleh yohan. " aku tidak mau ke rumah sakit. ambilkan saja obat penurun panas di dalam kotak obat. nanti juga sembuh sendiri." kata yohan yang sedari tadi, ternyata hanya pura-pura tidur. badannya memang demam tinggi, tetapi yohan hanya memejamkan mata, namun tidak tertidur lelap.     

"tidak bisa! kamu sakit dan harus dirawat di rumah sakit. aku tidak mau terjadi apa-apa denganmu." kata tiara yang tetap kukuh ingin membawa suaminya ke rumah sakit, supaya mendapakan penanganan yang tepat.     

"aku tidak mau. monyet kecil sedang keluar negeri. aku tidak suka di sentuk oleh dokterlain, apalagi perawat wanita atau dokter wanita. sudahlah, aku ini sedang sakit. kau masih saja mengajakku berdebat. sekarang aku ingin nyonya kim yohan yang merawatku." kata yohan yang mulai bangun dari tempat tidurnya. laki-laki ini berjalan menuju ke tempat ia menyimpan kotak obat-obatan. kemudian kembali menuju tempat tidur dan memberikan kotak obat itu kepada istrinya dan merebahkan badan kembali sambil menutup mata dengan acuh.     

"darimana kamu tahu dokter glen pergi?" tanya tiara.     

"tentu saja aku tahu soal itu. dia mengatakan kepadaku sebelum berangkat tadi melalui telepon. jadi, jangan coba-coba memaksaku untuk ke rumah sakit. hal itu tidak akan terjadi." jawab yohan.     

tiara hanya bengong melihat tingkah laku suaminya yang secara drastis berubah seperti anak kecil saja. suka ngambek, susah di bujuk, dan keras kepala. apa yang diinginkannya harus berjalan sesuai yang ia katakan. sekali yohan berkata tidak!, maka ia tidak akan mau melakukannya apapun yang terjadi.     

"puh.. baiklah."     

tiara membuka kota obat-obatan yang di dalamnya terdapat banyak sekali nama dan jenis obat-obatan. tiara hanyalah seorang sekertaris atau wanita karir yang sepanjag hidupnya lebih sering bergelut dengan dokumen-dokumen penting perusahaan, dibandingkan menghafal atau belajar tentang jenis obat-obatan. hanya sebagian kecil dari obat-obatan yang tiara mengerti atau pahami tentang jenis dan khasiat obat itu.     

" sayang... obat mana yang sering kamu minum untuk meredakan demam?" tanya tiara kepada yohan. sebab ada beberapa jenis obat penurun panas yang ada di kotak obat tersebut.     

yohan hanya diam saja. mungkin di dalam hatinya sedang berkata "obat mana saja yang kamu berikan, itu yang akan aku minum."     

nyonya kim yang sedari tadi hanya mengamati tingkah keduanya, hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku yohan yang kekanak-kanakan itu. bukannya membuat istrinya menjadi lebih tenang, malah membuat tiara semakin bingung dan panik saja. padahal yohan hanya tinggal menjawab pertanyaan tiara dengan mudah. "ya, sayang. obat ini yang sering aku minum." kata nyonya kim dalam hati. padahal yohan tinggal jawab begitu saja susah sekali. sepertinya yohan memang sengaja ingin bermanja-manja dengan istrinya saja, ketika sakit.     

mama yohan ini akhirnya memutuskan untuk membantu menantunya. bagaimanapun pengalaman menjadi mama yohan selama bertahun-tahun, sudah pasti nyonya kim sangat hafal dengan obat-obatan dan sakit yang pernah yohan derita dari kecil hingga sekarang. nyonya kim berjalan mendekat dan mengambilkan obat di kotak yang di pegang tiara. kemudian meminta tiara untuk membujuk suaminya meminum obat itu.     

 "obat ini yang sering diminum yohan. mama akan meminta bibi alaen untuk mengambilkan bubur untuk yohan makan. setelah itu, baru meminum obatnya." kata nyonya kim.     

nyonya kim kemudian memutuskan untuk turun dan berjalan menuju dapur untuk menemui bibi alaen. disaat nyonya kim menuruni anak tangga, ternyata ia melihat asisten steve yang baru saja datang dan berbicara dengan bibi alaen.     

"nyonya besar." sapa asisten steve, ketika nyonya kim berjalan mendekat.     

"kau baru datang? duduklah! aku ingin berbicara denganmu." kata nyonya kim mempersilakhan asisten steve untuk duduk, sebelum mereka berdua berbicara kearah yang lebih serius lagi.     

perasaan asisten steve sudah merasa kurang enak. nyonya besar pasti akan bertanya tentang masalah kehidupan pribadi sang presdir yang asisten steve ketahui.     

"bibi..., tolong buatkan bubur untuk tuan muda dan antarkan ke kamar tidurnya." kata nyonya kim memberikan perintah kepada pelayan putranya itu, sebelum memulai pembicaraannya dengan asisten steve.     

"apa yang terjadi sebenarnya? mengapa nyonya besar terlihat begitu serius sekali kepada asisten steve?" kata bibi alaen dalam hati. tetapi pelayan ini hanya bisa membatin saja, tanpa berani bertanya. sepertinya hal itu bersifat sangat pribadi, hingga ia saja sebagai seorang pelayan yang sudah lama mengikuti mereka saja harus pergi dari ruangan itu dan tidak boleh menguping. bibi alaen yang sudah sampai di dapur segera membuat bubur seperti perintah nyonya besarnya.     

"steve, kau mau mengatakannya langsung kepadaku, atau menungguku bertanya terlebih dahulu." kata nyonya kim memberikan pilijan kepada asisten pribadi putranya itu.     

asisten steve menjadi bingun hal apa yang ingin nyonya kim ketahui darinya, terlalu banya hal yang asisten teve ketahui dan ia harus memilah mana yang boleh di ceritakan dan mana yang tidak boleh. jika nyonya kim tidak bertanya, bagaimana mungkin asisten steve tahu masalah apa yang nyonya besar, tidak mungkin asisten steve mengatakan semuanya. bisa-bisa satu hari satu malam saja tidak akan cukup untuk bercerita kepada nyonya kim.     

"maaf, saya kurang paham dengan maksud nyonya besar. bisakah nyonya besar menjelaskannya terlebih dahulu." kata asisten bertanya.     

"mengapa kau membohongi menantuku soal suaminya hari ini?" tanya nyonya kim yang langsung pada akar masalahnya.     

asisten steve mau tidak mau hanya bisa berkata," maaf, nyonya besar. saya hanya melaksanakan perintah presdir. untul alasannya,mumgkin nyonya besar bisa bertanya secara langsung kepada presdir." jawab asisten steve yang tidak berani membocorkan rahasia atasannya, sebab itu adalah masalah pribadi sang presdir dan istrinya yang harus mereka selesaikan secara pribadi juga. apalagi di dalamnya terlibat mantan kekasih ibu tiara (jonatan lee). asisten steve takut, jika nyonya kim akan menjadi salah paham soal hal itu. hal yang begitu sentif dan rentan salah paham.     

"Kau! Kau berani menolakku!" Kata Nyonya kim marah. Walaupun Nyonya kim tahu maksud asisten steve. Tetapi rasa khawatirnya terhadap keluarga anaknya jauh lebih besar, di bandingkan rasa toleransinya kepada asisten Steve dan Yohan.     

"Nyonya besar, saya mohon jangan dalah paham. Semuanya akan di selesaikan oleh presdir segera. Presdir hanya tidak ingin ibu tiara khawatir. Keadaan ibu tiara yang sedang hamil, membuat presdir memutuskan untuk mengambil tanggungjawab ini sendiri dan menyembunyikan dari ibu tiara sementara waktu. Jadi, saya mohon kepada nyonya besar untuk sedikit bersabar dan percaya kepada presdir. Saya yakin semuanya akan baik-baik saja." Jelas asisten steve yang memilih untuk menutup rapat mulutnya, meskipun dengan resiko menerima kemarahan besar dari Nyonya Kim.     

"Oke, jika kau lebih memilih untuk tutup mulut dan merahasiakan Semuanya dariku. Tetapi ingatlah! Aku pasti akan mengetahuinya dengan caraku sendiri." Kata nyonya kim kepada asisten steve dengan jengkel dan marah. Setelah itu nyonya kim berdiri dari tempat duduknya dan pergi begitu saja meninggalkan asisten steve sendiri duduk termenung di ruang tamu.     

 tiara yang berada di dalam kamar sedang berusaha keras membujuk suaminya.     

"Haist...  Nasib bawahan. Maju salah, mundur juga salah. Jujur salah, berbohong juga salah." Kata asisten steve dengan suara pelan sambil menggelengkan kepalanya yang mulai pusing dan perasaan yang tertekan. Tetapi apalah daya, ini sudah menjadi resiko dari pekerjaan yang ia miliki. Mau tidak mau Steve harus tetap menerimanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.