CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

804. Kecewa dan penolakan



804. Kecewa dan penolakan

0"Puh" Yohan hanya menghela nafas lesu. Semangatnya yang tadinya berkobar seperti api yang siap melahap apa saja yang ada di hadapannya, kini padam dengan cepat. Bahkan siap membeku kembali seperti gunung es di kutub Utara.      

Yohan yang buru-buru pulang dari kota C dan mengabaikan urusannya soal jonathan yang menghilang secara tiba-tiba, hanya demi segera bertemu dengan anak istrinya. Kini seolah hampa. Semua rasa rindunya sama sekali tidak terbalaskan, hanya penolakan yang pedih sekali lagi dirasakan olehnya.      

Mengapa? Mengapa susah sekali mendapatkan perhatian Tiara yang sekarang ini? Apa yang harus ia lakukan, hanya untuk sekedar bisa berbaring menyandarkan tubuh lelahnya itu di pelukan istrinya. Tampa harus menghadapi rasa takut akan di tinggalkan kembali karena masalah ingatan Istrinya yang hilang. Haruskah ia selalu menjadi orang asing bagi Istrinya sendiri, yang seharusnya bisa ia peluk, kecup, dan berbagi kehangatan bersama. Kini hanya bisa ia hayalkan dalam angan-angan saja. "Oh, tuhan. Ini sangat menyakitkan. Lebih menyakitkan daripada sekedar patah hati." Ingin rasanya meneteskan air mata. Tetapi sekeras apapun batinnya menjerit terluka karena sikap Istrinya. Yohan juga tidak bisa melakukan apapun lagi, selain menunggu dengan sabar. Sampai Tiara sembuh dan mengingat dirinya sepenuhnya. Yohan yakin itu tidak akan lama lagi. Sebab Yohan tidak akan menyerah sedikitpun, meskipun Tiara menolaknya ribuan kali sekalipun.     

"Tentu, aku mengingatnya. Tetapi, maafkan aku. Aku selalu lepas kendali, jika berada di dekatmu. Aku yakin hatimu bisa merasakannya, meskipun ingatan mu melupakannya."      

Yohan melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuhnya membelakangi Tiara yang masih tegar berdiri menggendong putra mereka yang tersenyum manis, Tampa mengerti permasalahan kedua orang tuanya.     

Sudahlah, mungkin akan lebih baik. Jika ia pergi untuk beristirahat sejenak. Siapa tahu nanti Tiara akan berubah pikiran dan hatinya juga tergerak untuk mendekati Yohan dengan kesadarannya sendiri. Tidak perlu untuk dipaksa, karena segala sesuatu yang terpaksa tidak akan baik hasilnya.     

Yohan mengambil alih Kim Tan yang ada di pelukan istrinya. Yang membutuhkan perhatiannya Tidak hanya Istrinya. Tetapi juga buah hati mereka yang sekarang hanya bisa tersenyum dan menangis saja untuk menyampaikan emosi dan perasaan di dalam hatinya.     

"Sini sayang ikut papa." Yohan menggendong putranya dengan penuh kasih sayang dan hati-hati. Mengajak berbicara dan tersenyum kepada Kim Tan kecil. Meskipun baby Kim itu masih belum bisa berbicara dan belum mengerti sepenuhnya apa yang Yohan katakan. Namun melihat putranya tertawa bahagia, sudah membuat Yohan bahagia. Sebagai seorang ayah dari bayi yang mungil itu, ia juga tidak keberatan jika harus berbicara dan tertawa sendiri seperti orang gila ketika bermain bersama buah hatinya. Duduk bercanda tawa meletakkan semua beban di hati dan pikirannya sejenak. Baik masalah pekerjaan atau masalah lainnya, untuk meluangkan waktu untuk keluarga kecilnya.     

Tiara memandang keduanya dengan penuh rasa bersalah. Khususnya kepada suaminya. Tak seharusnya ia berkata demikian itu dan bersikap begitu dingin. Yang dialami Tiara saat ini bukan salah Yohan. Tetapi apalah daya, ia sendiri tak mengingatnya. Di kediaman itu, tidak ada satupun yang menyinggung atau mau menceritakan tentang penyebab kecelakaan yang dialaminya. Mungkin ada hal yang mereka penting yang sengaja mereka semua tutupi dari Tiara, dan hal itulah yang sangat ingin Tiara ketahui saat ini.     

"Maafkan aku." Ucap Tiara lirih.      

Tiara memilih untuk meninggalkan tempat itu dan membiarkan Yohan dan Kim Tan bermain sendiri tanpa dirinya. Mungkin ini yang terbaik bagi mereka berdua untuk saat ini. Sampai ingatan Tiara yang seperti percahan kaca yang berserakan itu, bisa tersusun kembali seperti susunan gambar pazzle yang utuh.     

Yohan hanya bisa memandang punggung Tiara yang semakin lama berjalan menjauh dan menghilang terhalang oleh dinding yang menutupi pandangannya.     

Perhatian papa muda ini kembali tertuju kepada mulut kecil dan mungil yang seolah berusaha berbicara kepadanya. Putranya dengan bola mata yang masih begitu jernih memandang dengan polos kepadanya.     

"Sayang, apakah sedang merasa kalau papa ini begitu menyedihkan?" Balas Yohan dengan tatapan mata penuh kasih sayang kepada putranya. Mengecup kening Kim Tan dan memeluknya. Ia tahu kalau seorang bayi juga bisa merasakan kesedihan dan kebahagiaan kedua orangtuanya, meskipun ia tidak bisa bicara untuk menyampaikan perasaannya.     

"Tenanglah. Papa tidak akan menyerahkan semudah itu. Papa pasti bisa membuat mamamu mengingat dan mencintai papa kembali dan itu tidak akan lama lagi." Kata Yohan dengan penuh percaya diri dan semangat kembali. Semua itu akan ia lakukan tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk seluruh keluarganya. Khususnya putranya yang memerlukan keutuhan kasih sayang keduanya.     

***     

Tiara yang sudah berada di kamarnya, sedang duduk termenung. Pandangannya tertuju kepada sebuah alamari pakaian yang berdiri kokoh tak jauh dari tempatnya duduk saat ini. Di dekat almari itu sedang tergeletak tas kerja milik suaminya dan jas yang Yohan pakai pulang dari kota C hari ini.     

Drett... Drett...     

Terdengar suara lirih getar handphone milik suaminya yang terletak di dekat tas kerja milik Yohan. Entah mengapa rasa penasaran menyeruak begitu kuat dari dalam diri Tiara. Ada suatu dorongan yang kuat dalam hati wanita cantik ini untuk berjalan mendekat kerah handphone milik suaminya itu.     

Layar handphone masih menyala. Terlihat ada pesan singkat yang baru saja masuk dan beberapa pemberitahuan panggilan masuk yang tidak terjawab. "Sekertaris Tang" tertulis jelas di layar handphone itu.      

"Sekertaris Tang? Siapa dia? Apakah aku mengenalnya dahulu, tetapi mengapa perasaan ku tidak enak tentang wanita ini?" Pikir Tiara. Ia pernah mendengar asisten Steve membicarakan soal sekertaris tang dengan suaminya Secara tidak sengaja dan kelihatannya wanita itu cukup dekat dengan keduanya.     

Tiara perlahan mengulurkan tangan kanannya mengambil handphone itu. Rasa penasaran muncul tiba-tiba, sehingga membuat Tiara ingin mengetahui dan membaca isi pesan dari sekertaris tang yang dikirim kepada suaminya. Tetapi bagaimana jika Yohan tahu kalau Tiara dengan lancang membuka dan mengotak-atik handphone miliknya. Apakah Yohan akan marah? Hal inilah yang membuat Tiara masih ragu.     

------------------------------     

Hai, readers.....     

kita bertemu lagi dengan cerita terbaruku ...semoga suka dengan chapter kali ini. Jangan lupa kirimkan sebagai bentuk dukungan kepada ya, maaf jika mungkin masih banyak salah penulisan dan ejaan ;     

1. Kado (Gift) yang     

L. power stone (PS)     

3. review/ Ulasan 5 bintangⁿ     

4. jejak cantik dengan komentar positif.     

Terimakasih kepada reader yang sudah setia dan mengirimkan 4 poin diatas untuk novel ini, semangat dan terimakasih ataqs dukungannya!      

Jangan lupa baca karya novel saya yang lain ya, yang gak kalah seru dan membuat penasaran dan dag dig dug he....he... terimakasih.     

1. CALON ISTRIKU YANG MANIS     

2. PERFECT HUSBAND : THE CEO'S SWEET WIFE     

See you next day, I LOVE YOU ALL....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.