CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

149. Masuk Rumah dengan mengendap-endap



149. Masuk Rumah dengan mengendap-endap

0Jerry Jiang hanya bisa menghela nafas panjang, ingin rasanya ia menampar mulut lancang Tara. Tetapi ia masih memerlukan bantuan dari putrinya itu, jika Tara sampai merajuk itu akan lebih merepotkan lagi. Putrinya yang satu ini memang suka melakukan hal di luar kendalinya dan cenderung semaunya sendiri.     

"Sepertinya aku harus memberikan sedikit pelajaran kepada Tara supaya dia bisa lebih sedikit bertanggungjawab dengan semua pekerjaannya." Pikiran Jerry Jiang.     

"Baiklah jika kau berpikir seperti itu. Besok pagi aku harus terbang ke London bersama mamamu untuk beberapa hari. jadi, kau yang harus pergi ke kota J untuk menyerahkan dokumen itu kepada tuan muda Han Rui secara langsung." kata Jerry memberikan perintah karena ia tidak bisa melakukan pekerjaan itu sendiri kali ini.     

Tara mengernyitkan dahinya dan hatinya jengkel. Kenapa seolah-olah papanya sengaja mengejarnya untuk menemui tuan muda Han yang menyebalkan itu. ,"Kenapa harus aku? kau bisa mengirimkan Paman Mo Zi, jika hanya untuk sekedar menyerahkan sebuah dokumen saja. Tidak harus aku yang berangkat, bukan? Atau pakai saja kurir?kenapa selalu harus merepotkan aku untuk hal kecil seperti ini." jawab Tara menyanggah dan menolak perintah Papanya sekali lagi.     

Sebenarnya Jerry Jiang hanya ingin Tara meminta maaf kepada tuan muda Han secara langsung atas sikapnya yang kurang sopan kemarin waktu di perusahaan. Bagaimanapun sekarang tuan muda Han adalah rekan kerja perusahaan Jiang grup. Jerry Jiang tidak mau hanya karena kelakuan Tara hubungan baik kedua perusahaan ini menjadi renggang.     

"Tidak bisa! Kau yang membuat masalah ini, Jadi kau juga yang harus menyelesaikannya. tidak ada alasan! besok kau akan berangkat ke kota J, bersamaan dengan papa yang berangkat ke London" kata Jerry Jiang yang menolak dengan tegas pendapat Tara dan tetap memaksa putrinya ini yang harus berangkat sendiri besok ke kota J untuk menyerahkan dokumen itu.     

"Puh... Itu terserah papa saja. Malas malam-malam berdebat denganmu. Baiklah! Besok aku sendiri yang akan menyerahkan dokumen itu. Emm... dipikir-pikir Lumayan juga aku bisa sekalian untuk berlibur ke kota J. Bukankah pantai di sana lumayan indah dan juga tuan Han adalah seorang pengusaha restoran yang terkenal di kota itu. Aku rasa dia tidak akan begitu pelit kepada wanita secantik aku, bukan? tidak seperti papaku sendiri yang selalu perhitungan." Jawab Tara dengan santai. Ia tahu jika berdebat dengan papanya hanyalah hal yang sia-sia saja. Ia tidak akan pernah menang, dan ujung-ujungnya ia tetap harus melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan papanya. Jika tidak! Paling ia harus angkat kaki lagi dari rumah besar dan mewah itu seperti dahulu dan Tara jelas tidak ingin merasakan menggelandang di apartemen Jonatan untuk kedua kalinya.     

Wanita cantik ini memang tidak pernah serius dalam hal pekerjaan. Yang ada di dalam pikirannya hanyalah bersenang-senang, jalan-jalan, berbelanja, liburan dan segala sesuatu yang memberikan kepuasan untuknya. Bekerja dan menghasilkan uang adalah tugas papanya dan dia sebagai anak hanya bersenang-senang saja.     

"Dasar kau, memang tidak pernah serius dalam bekerja. jika, terus seperti ini mungkin lebih baik aku Aku mencari Tiara lagi dan memintanya untuk bekerja kembali di perusahaan. Aku rasa ia jauh lebih baik dari pada seseorang yang otaknya isinya cuma bersenang-senang dan menghabiskan uang." Kata Jerry sedikit menyindir terhadap kelakuan Tara selama ini.     

"Terserah kau saja, memang papa pikir dia masih mau kembali ke tempat orang-orang yang jelas-jelas telah membuangnya? Hah...jika ia? Tiara pasti orang paling bodoh sedunia." Jawab Tara membalas sindiran dari Papanya tanpa rasa khawatir sama sekali. Sepertinya ia lupa jika papanya sampai sekarang belum memilih ahli waris untuk melanjutkan dan memimpin perusahaan setelah beliau turun jabatan nanti.     

"Entahlah.... segala kemungkinan masih bisa saja terjadi. Dan....jika itu terjadi aku harap tidak ada seseorang yang menangis dipojokan karena menyesal!" jawab Jerry sembari meninggalkan Tara begitu saja di ruang tamu. Ia harap putrinya ini akan memikirkan perkataannya barusan, supaya ia bisa lebih semangat lagi untuk bekerja dan tidak hanya hidup dengan foya-foya saja.     

Mendengar perkataan papanya Tara mengepalkan tangannya sambil menggertakkan gigi. "Dasar papa! Bisanya cuma mengancam dan menyindirku. apa papa pikir aku sebodoh itu? kita lihat saja nanti, tidak ada seorangpun yang bisa mengambil sesuatu dari tangan Tara Jiang begitu saja. Papa...papa... Sayang sekali, sepertinya kau benlum mengenalku dengan baik." Gumamnya sambil melihat papanya berjalan menjauh dan berlalu begitu saja meninggalkannya.     

Setelah Jerry Jiang pergi meninggalkan ruang tamu. Tara juga meninggalkan ruang tamu itu dan berjalan menuju ke kamar tidurnya. Hari ini harus bersiap-siap dan mengemas barang-barang yang akan ia bawa ke kota J. Ia akan tetap berlibur setelah menyerahkan dokumen perusahaan cabang itu kepada tuan muda Han. Masa bodoh! Papanya mengizinkan atau tidak. Itu semua juga tidak penting baginya, Ia hanya akan melakukan apa yang diinginkannya. Hal yang sama juga harus dilakukan oleh Jerry Jiang karena besok pagi, ia juga harus terbang yang ke negara Inggris tepatnya kota London untuk melakukan kerjasama bisnis.     

.....     

Waktu terus berjalan, mentari pagi sudah tersenyum dengan riang. Bahkan cahayanya menerobos masuk dan mengintip lewat pintu dan jendela jendela kaca di setiap rumah udara pagi yang segar membuat suasana menjadi lebih hangat dan nyaman. Udara segar telah berhembus memenuhi ruangan pagi ini.     

Setiap pagi para pelayan sudah sangat sibuk dengan pekerjaannya, jika tuan besar dsn nyonya besar dari keluarga Jiang sudah berdandan rapi serta siap untuk pergi ke bandara kota S kemudian terbang ke kota London negara Inggris. Berbeda dengan Nona muda dari keluarga Jiang yang masih tertidur nyenyak di dalam kamarnya dengan selimut dan ranjangnya yang empuk dan nyaman. Ia sama sekali tidak perduli dengan urusan kedua orang tuanya. Mau mereka di rumah atau pergi keluar negeri, itu sudah biasa baginya dan bukan hal yang istimewa lagi.     

Tok...tok...     

Seorang pelayan dari keluarga Jiang mengetuk pintu kamar sang Nona besar dengan pelan. Pelayan bernama Xin er ini begitu takut jika ia akan mengganggu tidur dari nona mudanya yang memiliki sifat pemarah dan suka melakukan hal seenaknya sendiri dalam menghukum pelayannya, jika tidurnya terganggu.     

"Nona.... nona muda, tuan dan nyonya sudah menunggu nona di bawah" kata pelayan itu dari luar pintu kamar Tara. Pelayan muda dan cantik ini menunggu dengan jantung yang deg degan.     

"Emm... Siapa pelayan itu? beraninya ia mengganggu istirahatku. berisik! Berisik! Aaahh..." Gumamnya jengkel. Ia masih sangat ngantuk, lagipula sekarang juga masih jam 8 pagi.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.