CEO DINGIN : ISTRI KESAYANGAN SANG CEO

774. Sempat terpesona



774. Sempat terpesona

0Tara melihat wajah Han Rui sambil menikmati makanannya. Jika saja ia bisa bertemu dengan laki-laki ini lebih awal, mungkin kehidupannya tidak akan sehancur ini. Ia juga tidak perlu berebut laki-laki dengan saudarinya dan merasa iri serta sakit hati, ketika laki-laki itu lebih memilih Tiara daripada dirinya. Meskipun di lihat dari sisi manapun Tara lebih unggul. Baik wajah, bentuk fisik, kecerdasan dan pergaulan. Wanita cantik ini jauh lebih handal dan mudah beradaptasi dibandingkan Tiara. Lalu mengapa laki-laki seperti Hayden Yu, Kim Yohan ataupun Jonatan juga lebih memilihnya di bandingkan Tara? Ini sungguh terasa tidak adil untuk Tara, sehingga membuat wanita cantik ini menjadikan saudarinya sendiri sebagai musuh dan selalu ingin menghancurkannya.     

Tara mulai menggerakkan hati dan bibirnya ingin menanyakan sesuatu yang sedikit serius kepada Han Rui. Meskipun laki-laki itu hanya akan menertawakan dirinya nanti. Tetapi tidak apa-apa. Setidaknya Tara memang sudah biasa di tertawakan orang lain, bahkan di caci maki sebagai wanita jalang, tidak tahu malu dan sebagainya. Jika cuma di tertawakan oleh Han Rui saja, itu bukan hal yang terlalu buruk.     

"Han... Bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu?" Tanya Tara dengan tatapan mata sendu dan serius. Tatapan matanya kepada Han Rui kali ini terlihat sangat berbeda, begitu lembut dan teduh. Tidak seperti biasanya penuh dengan amarah dan dendam yang ingin di balaskan.     

"Tentu saja. Memang apa yang ingin kau tanyakan kepadaku, nona Jiang?" Kata Han Rui yang masih saja sangat sopan kepada Tara. Laki-laki ini sama sekali tidak terlihat sedang terpancing emosinya atau terlihat sedang pura-pura baik kepada Tara. Semuanya terlihat natural, sehingga Tara sendiri tidak bisa melihat sebuah kepalsuan dalam sikap Han Rui.     

"Wanita seperti apa yang kau inginkan? Hmm.. maksudku, kau ingin memiliki pasangan seperti apa? Dan tolong jangan memanggilku nona Jiang, Panggil saja Tara." Kata wanita cantik ini yang seolah ingin menghilangkan jarak antara mereka berdua. Mungkin di dalam pikiran Tara saat ini selain ingin menaklukan Han Rui dengan bersikap manis seperti Tiara. Siapa tahu dengan sikapnya yang seperti itu, ia bisa mendapatkan laki-laki yang sama baiknya Seperti Yohan atau setidaknya Han. Tetapi jika tidak bisa, ia bisa melakukannya dengan caranya sendiri.     

Han Rui hanya tersenyum. Apa urusannya dengan Tara, wanita seperti apa yang ingin di nikahi oleh Han Rui. Yang jelas pasti bukan seperti wanita yang ada di hadapannya saat ini. Seorang wanita yang kejam dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya. Menipu, menyakiti orang lain, bahkan tidak terkecuali Keluarganya sendiri. Seorang bayi mungil tidak berdosa dan belum sempat melihat dunia saja tidak luput menjadi korban keegoisannya.     

"Mengapa kau menanyakan hal itu. Aku kira setiap laki-laki menginginkan wanita yang baik. Baik dalam merawat dirinya sendiri, suami, anak-anak dan keluarga."kata Han Rui yang menjawab pertanyaan Tara dwngan begitu santai dan tenang. Ia hanya memberikan gambaran Secara umum saja, jika laki-laki kebanyakan menginginkan wanita yang seperti Han Rui katakan untuk menjadi pendamping hidup. Tetapi jika lebih spesifik lagi, Tentu Han Rui memiliki kriterianya sendiri. Yang mungkin akan sedikit berbeda dengan kriteria laki-laki pada umumnya.     

Han Rui menyukai wanita yang imut, manis dan sedikit manja, tentu dalam arti kata manja itu hanya kepada dirinya yang merupakan pasangan dari wanita itu. Bukan seorang wanita yang manja kepada setiap laki-laki. Tegas dan berani melawan kepada laki-laki lain yang tidak sopan kepadanya, demi menjadi harga dirinya. Tentu saja laki-laki tampan ini sekarang sedang membayangkan sosok Tiara di dalam pikirannya. Ia sangat menyukai saudari Tara itu. Tetapi sayangnya, Tiara sepertinya sudah memiliki kekasih, atau bahkan suami. Hal itu Han Rui ketahui dari pertemuan mereka terakhir kali di rumah sakit, saat menjenguk direktur Jerry Jiang. Han Rui melihat dengan mata kepalanya sendiri, perut Tiara tengah buncit karena hamil dan di belakangnya ada presdir Kim yang sedang mendorong kursi roda yang di duduki oleh Tiara.     

Pada saat itu, sebenarnya Han Rui ingin sekali bertanya langsung kepada Tiara. Apakah wanita cantik itu sudah menikah? Jika sudah, siapakah suaminnya? Apakah Han mengenalnya? Sungguh rasa penasaran itu masih tersimpan rapi di dalam ingatan Han Rui Sampai saat ini.     

"Tidak apa-apa. Ternyata kau sama saja dengan laki-laki pada umumnya yang menganggap wanita hanya pembantu bagi mereka. Wanita harus pandai ini, pandai itu. Khususnya melayani dan mengurus anak. Memasak, membersihkan rumah dan sebagainya. Sungguh sial sekali wanita yang menikah denganmu nanti. Kebebasannya akan terenggut begitu saja." Kata Tara yang memprotes kata-kata Han Rui. Tara menganggap bahwa kata-kata Han Rui itu merupakan bentuk pembatasan kepada wanita.     

"Ha... Ha..." Han Rui hanya tertawa terbahak-bahak mendengarkan ocehan Tara. Siapa juga yang akan membatasi dunia wanitanya. Han Rui sama sekali tidak membatasi istrinya nanti, asalkan istrinya tahu batasan dan bagaimana cara menjaga diri, serta kehormatan keluarga saja. Itulah wanita cerdas yang diinginkan oleh Han. Bukan pembantu, tetapi Istri.      

Tara merasa heran melihat laki-laki di hadapannya justru hanya tertawa mendengarkan ucapannya yang sedikit pedas menyindir para laki-laki yang menganggap Istrinya itu bagaikan seorang pelayan yang harus melakukan segala hal tanpa ada cela atau kesalahan. Padahal seorang istri seharusnya di perlakukan dengan baik.     

"Apa ada yang lucu? Mengapa kau menertawakan ku?" Tanya Tara kepada Han Rui.     

" Nona Jiang, kau sangat lucu. Apakah kau melihat aku sedang butuh tambahan seorang pelayan saat ini? Tidak! Bagaimana bisa kau berfikir aku akan menjadikan istriku pelayan. Ia memang akan menjadi pelayan pribadiku ketika kami ada di kamar pengantin ha... Ha..." Kata Han Rui yang tidak henti-hentinya tertawa.     

Han Rui tidak menyangka, jika seorang Tara Jiang bisa memiliki pemikiran seperti itu. Mungkinkah hal ini yang menjadi alasan, mengapa wanita cantik itu enggak untuk menikah dan lebih memilih menikmati keindahan dunia dengan caranya sendiri? Ternyata Tara selama ini takut, jika menikah akan merenggut kebebasannya.     

"Dasar kau laki-laki kolot." Kata Tara yang jengkel kepada Han Rui karena laki-laki itu sedari tadi hanya menertawakan Tara saja dan tidak bisa diajak berbicara serius sama sekali. Hal ini membuat Tara menjadi seperti orang konyol saja.     

Tara sudsh selesai dengan sarapan paginya. Han Rui ingin membantunya untuk bangun dan membawanya menemui direktur Jerry Jiang, Terapi Tara menolaknya. Untuk apa Tara menemui papanya saat ini? Melihat Han Rui yang begitu percaya diri seperti itu. Membuat Tara sedikit curiga, jika semuanya hanya jebakan belaka. Mungkin tadi ia sempat terbawa perasaan kepada kebaikan Han Rui. tetapi dalam sekejap saja, Tara sudah berubah pikiran.     

Han Rui meletakkan tempat makanan tadi kembali keatas meja dan berjalan menuju pintu. Ada seseorang di luar sana yang sedang menunggu untuk masuk ke dalam ruangan ini sejak tadi.     

"Hei, kau mau kemana?" Teriak Tara memanggil. Tetapi Han Rui hanya mengabaikan panggilan wanita cantik itu begitu saja.      

Setelah pintu terbuka, maka masuklah direktur Jerry Jiang dan juga Sonya Jiang dengan wajah merah padam. Seolah keduanya tengah memendam amarah sejak tadi dan siap untuk di ledakan saat ini.     

"Papa... Mama... ? Mengapa kalian berdua bisa ada di sini?" Tanya Tara terkejut, ketika melihat kedua orangtuanya berjalan mendekat kearahnya.      

Tara memang tahu, kalau papanya sedang di rawat di rumah sakit yang sama dengannya. Tujuannya menolak ajakan Han Rui untuk menemui Papanya adalah untuk menghindari banyak pertanyaan yang menyebabkan Tara di rawat di rumah sakit ini. Tara tahu, jika saat ini posisinya sedang dalam bahaya. Semuanya terlihat dari ekspresi wajah kedua orang tuanya yang terlihat tidak bersahabat sama sekali.     

Han Rui segera menutup kembali pintu itu dengan rapat, sudah keduanya tua  anaknya itu bisa berbicara dengan Tanpa di ketahui oleh orang luar.     

"Jelaskan kepadaku tentang ini?" Kata direktur Jerry Jiang yang melemparkan selembar cek yang di berikan Tara kepada dokter dan perawat yang melakukan operasi kepada wanita cantik ini untuk menghilangkan bayinya.     

Mata Tara terbelalak, ketika melihat cek itu tiba-tiba berada di tangan Papanya. Hal  ini kejahatan dan kecurangannya kepada Han Rui telah di ketahui. Tara merasa bingung dan ketakutan, sedangkan Han Rui hanya berdiri dengan begitu tenang dan santai di belakang direktur Jerry Jiang dan Sonya Sambil tersenyum menyeringai.     

"Pa... Papa. Aku bisa menjelaskannya. Ini tidak seperti yang papa dan mama bayangkan." Kata Tara yang segera turun dari tempat tidurnya dan bersimpuh di depan kaki Papanya yang tengah duduk diatas kursi roda.     

------------------------------     

Hai readers.....     

kita bertemu lagi dengan cerita terbaruku ...semoga suka dengan chapter kali ini. Jangan lupa kirimkan sebagai bentuk dukungan kepada ya, maaf jika mungkin masih banyak salah penulisan dan ejaan ;     

1. Kado (Gift) yang     

L. power stone (PS)     

3. review/ Ulasan 5 bintangⁿ     

4. jejak cantik dengan komentar positif.     

Terimakasih kepada reader yang sudah setia dan mengirimkan 4 poin diatas untuk novel ini, semangat dan terimakasih ataqs dukungannya!      

Jangan lupa baca karya novel saya yang lain ya, yang gak kalah seru dan membuat penasaran dan dag dig dug he....he... terimakasih.     

1. CALON ISTRIKU YANG MANIS     

2. PERFECT HUSBAND : THE CEO'S SWEET WIFE     

See you next day, I LOVE YOU ALL....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.