INDIGO

#Berlibur Ke Pacitan



#Berlibur Ke Pacitan

0FOKUS PADA TUJUANMU     

-----------------     

.     

.     

.     

"Kak bangun kak! Mandi terus kita berangkat"     

Kurasakan hentakan halus di bahu kiriku.     

Dingin yang merasuk spontan membuatku menarik selimut yang berada di pinggang ku, menyelimuti seluruh badanku.     

"Kak buruan udah jam 6 pagi lo, nanti kita ketinggalan bis!"     

"Apaaaa!!!"     

"Kenapa gak bangunin dari tadi Hid!"     

Aku langsung berlari menyambar handuk dan alat mandi untuk segera menuju ke toilet.     

Aku baru teringat bahwa, pagi ini juga, kita akan berangkat ke Pacitan. Karena ke Pondoknya Zahid kan hanya mampir jemput dia aja,  setelah itu baru ke Pacitan.     

"Kak buruan, lama kali di kamar mandi!"     

"Iya bentar lagi ganti baju"     

Seruku pelan.     

***     

Aku dan Zahid berjalan di pasar besar di kota Jombang untuk mencari angkot, karena sebelum naik bis kita harus naik angkot terlebih dahulu.      

Ya kira-kira perjalanan dari angkot  menuju ke pemberhentian bis memakan 15 menitan.     

Di sepanjang perjalanan aku hanya diam. Zahid juga diam. Jadi kita sama-sama diam.  Mungkin lagi memikirkan sesuatu,  kalau aku ya kepikiran kejadian semalam itu.     

Masih terngiang-ngiang di pikiranku, tentang banyaknya pertanyaan yang timbul dari situ.     

Siapa yang menemuiku tadi malam?     

Apakah yang memiliki tempat ini?     

Atau siapa?     

Mengapa yang muncul bukannya kamu, kamu yang ku tunggu sudah lebih dari tahun. Tapi harapan ku tidak akan behenti untuk bisa berjumpa denganmu lagi. Sampai kapanpun aku akan menunggumu, karena banyak sekali perbincangan yang harus ku sampaikan padamu.     

Terlebih kata "MAAF" yang pertama kali akan keluar dari bibirku.     

Tak ku sangka air mataku menetes perlahan di pipi. Dengan cepat ku hapus sebelum Zahid atau orang lain disini tahu.     

Ya sebenarnya aku gak peduli sih, tapi ya cuma malu aja.     

"Aku aja yang bayar kak"     

Seru Zahid.     

Aku hanya menganggukkan kepala.     

Okay, sekarang kita berada di sebuah pertigaan yang aku gak tahu juga namanya. Intinya nungguin bis disini.     

"Tahu mamaku gak?"     

Aku menoleh saat ada anak kecil bertanya di sebelahku.     

"Hmmm adek dari mana ya?"     

Ku jawab halus, sambil jongkok di depannya.     

"Kak!"     

Aku langsung menoleh kr Zahid saat dia memanggilku.     

Dia memberiku kode mata, pada intinya adalah "Lihat Sekeliling!"     

Aku melihat sekeliling dan yang benar saja, banyak orang melihatku sambil bergumam dan berbisik.     

Aku melihat lagi ke anak kecil di depanku.     

Astaga yang benar saja, ternyata dia adalah salah satu dari Mereka.     

Aku langsung bangkit berdiri dan bertanya padanya menggunakan telepati.     

"Kamu dari mana?"     

Dia cuma menggelengkan kepalanya pelan.     

"Siapa kak?"     

Zahid bertanya.     

"Hmmm gak tahu juga, belum kenalan. Baru nyapa doang"     

Balasku dengan suara lirih.     

Ngomong-ngomong Zahid sudah tahu bahwa aku beda sama yang lainnya. Ya terkadang dia juga gak percaya dengan hal di luar akal manusia.     

Dan terkadang dia juga ingin kalau aku membukakan mata hatinya, agar dia juga bisa lihat.     

Tetapi aku yang gak mau, karena resikonya besar.     

Gak seperti yang di bayangkan.     

"Dimana mamaku?"     

Dia bertanya lagi.     

Aku hanya diam dan memandangnya dalam-dalam.     

Dia anak kecil, perempuan 7 tahun kira-kira usianya. Rambut panjang dan berpakaian sekolah. Aku rasa dia baru saja meninggal, karena semua badannya masih terlihat Bagus dan seperti manusia alsi pada umumnya.     

Hmmm dia meninggal karena apa?     

"Tunggu disini ya, mungkin bentar lagi dateng mamanya!"     

Dia hanya diam, dan duduk di bawah pohon beringin di tepi jalan.     

"Ayo kak!"     

Zahid menepuk pundakku saat bis sudah berhenti di depan kita.     

Aku dan Zahid bergegas naik dan mencari tempat duduk berdua.     

"Kak habis ini tidur aja kak, soalnya perjalanannya cukup panjang!"     

"Hmmm yaya"     

Setelah Zahid usul buat tidur di sepanjang perjalanan, aku langsung menyandarkan dahiku di kaca bis.     

Tak sengaja ku melihat anak tadi melihatku melas.     

Pandangannya tak lepas dariku dari bis berhenti sampai berjalan, dia masih melihaku terus.     

Kalau memang dunia ini gak adil aku memilih diam saja. Karena semua itu pasti sudah tersusun rapi oleh yang di atas.     

Mau gimana lagi kalau memang besok waktunya kita di panggil Tuhan, ya kita tidak bisa berbuat apa-apa.     

Karena semua kehidupan sudah di atur dan setiap orang di dunia memiliki jalan kehidupan nya masing-masing.     

Dan kita juga tidak pernah tahu, apa yang akan terjadi esok hari.     

Selagi masih bisa memberikan yang terbaik hari ini dan seterusnya, mengapa enggak!.     

Karena Karma Kehidupan itu berlaku, tinggal menunggu tanggal mainnya saja.     

Lajunya bis berjalan yang ku pandangi adalah hamparan luas sawah yang di tanami oleh padi yang sudah mulai menguning.     

Semakin lama, membuatku semakin ingin memejamkan mata untuk pergi sebentar dari dunia nyata. Melanjutkan cerita pada Dunia Khayalan yang tidak memberatkan.     

***     

"Dek ayo bangun, sudah sampai Pacitan. Ayo mau turun dimana?"     

"Oh, iya iya pak makasih"     

Sahut Zahid.     

"Kak Ayo kita maju kedepan, karena bentar lagi nyampe"     

"Ok"     

Jawab ku singkat.     

Aku dan Zahid turun dari bis, tepatnya di stopan lampu merah.     

"Arah mana Hid?'     

"Sebelah kanan kak, lurus Mentok itu rumah Bunda. Ya itu yang buka toko itu!"     

Sambil menunjuk toko berwarna biru di perempatan jalan.     

Aku dan Zahid bergegas menuju ke tujuan kita, Ya rumah Bunda.     

Ku melihat ada dua anak bermain di depan toko, laki-laki dan perempuan. Aku rasa mereka seumuran SD gitu.     

Tapi mereka manusia kok hehe.     

"Siapa itu?"     

"Oh itu, itu adeknya Tirza. Adeknya kaka juga dong hehehe, yang cowok namanya Gerry yang cewek namanya Ellen"     

Jelas Zahid.     

Satu anak yang cewek langsung berlari masuk ke dalam saat melihat  Zahid dari kejauhan.     

Ku coba dengarkan dari jauh apakah bisa?     

Dan apa yang mau dia bicarakan kepada salah satu orang yang berada di toko itu.     

Aneh.     

Aku tidak bisa mendengar kan apapun.     

Anak itu awam, dalam artian dia sama dengan cewek seusianya. Tapi mengapa aku gak bisa baca dia?     

Kayak ada sesuatu yang ngeblok aku.     

Ku baca yang anak cowok bisa...     

Dia senang sekali karena Zahid datang.     

Dan dia berada di luar toko, kemudian dia berlari juga masuk ke dalam toko.     

Dan nihil, yang sebelumnya aku bisa baca dia, sekarang kosong. Alias ada sesuatu yang ngeblok penglihatan ku.     

Apakah toko ini?...     

Hmmm jangan mikir yang aneh- aneh dulu.     

Aku dan Zahid sudah berada di depan toko.     

Dan Bunda keluar dari salah satu ruangan.     

"Astaga anakku beneran dateng!"     

Bunda datang langsung memeluk dan mencium pipiku.     

"Datang to bund, udah janji kok!"     

Seruku sambil melihat sekeliling.     

"Ayo makan malam dulu ya"     

Bunda mengajakku sama Zahid.     

Ku melihat jam di dinding menunjukkan pukul 05.45 Sore. P     

"Bunda aku sama Kak Ejh naruh Tas dulu ya di atas!"     

Potong Zahid.     

"Ahh ok ok, udah di siapin kamar di atas!"     

Aku tersenyum tiada henti karena melihat ekskresi bunda yang sangat-sangat senang. Karena melihat aku dan Zahid berlibur ke Pacitan.     

Ku naiki tangga perlahan, karena kamar aku dan Zahid ada di lantai 2.     

Ku mengelus tangga sambil aku naik, hawa nya sudah berbeda lagi.     

Saat sampai di atas, ada aula kosong yang memperlihatkan dua pintu tertutup.     

Satu kamar aku sama Zahid pastinya, yang satunya aku gak tahu. Mungkin kamar Bunda.     

Aku berjalan perlahan di belakang Zahid, dia membuka pintu kamar.     

Setelah di buka, aku kaget saat ada dua anak berlari menembus Zahid dan aku.     

Dia berlari menuju keluar dan naik di pohon depan rumah ini.     

Hmmm ada penunggunya.     

Saat ku perhatikan mereka berdua, salah satu dari mereka melihat ke arahku dan diam.     

Ku berpaling dan masuk kamar, saat kusadari baru saja aku membuat kontak mata dengannya.     

Semoga malam ini sampai seterusnya tidak ada apa-apa.     

.     

.     

.     

--------------------     

Tunggu Aku...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.