INDIGO

#Orang Misterius



#Orang Misterius

0Tidak Selau Orang Yang Baik Itu Baik.     

--------------------     

Aku langsung bergegas berlari menuju ke arah Zahid.     

Asih yang berada di sampingnya kemudian memegang pundaknya.     

Detik itu juga, dia menghilang dari dimana dia berdiri.     

"Kenapa kak?"     

Aku langsung terdiam saat Asih sudah tidak ada di sebelahnya. Apakah dia masuk ke tubuhnya Zahid? Atau dia pergi? Atau tadi dia hanya ingin memegangnya sebentar?.     

"Kenapa kak? Lari-lari?"     

"Gak papa, aku kiranya tadi kamu udah duluan he he he!?"     

Aku mengelak dari omongannya, ya meskipun itu alasan yang gak masuk akal. Ya gak mungkin juga dia ninggalin aku disini.     

"Kak, langsung berangkat ya!"     

"Ok"     

Aku naik ke motor dan kita langsung berangkat menuju ke Pantai yang ku tunjuk tadi.     

Dimana Asih tadi? Kumelihat sekeliling untuk memastikan.     

Aku menyentuh punggung Zahid, kucoba merasakan apakah ada sebuah energi yang berbeda di dalam tubuhnya.     

Aku diam dalam waktu yang agak lama.     

Namun, tidak ada energi lain yang berada di dalam tubuhnya. Lantas kemanakah Asih pergi?     

Semoga saja dia tidak mengikuti Zahid ataupun masuk dalam tubuhnya Zahid.     

Perjalanan berlangsung dengan normal. Normal berati tidak ada sesuatu yang berhubungan dengan 'Mereka'.     

Tetapi perasaanku masih tidak tenang sampai saat ini.     

Aku takut kalau perasaanku tidak tenang begini, takut akan sesuatu hal akan terjadi nantinya. Tapi aku mencoba untuk menetralkan semuanya agar aku tidak terlalu berpikiran yang negatif.     

Waktu perjalanan di sebuah tempat yang jalannya belak-belok dan tidak ada sama sekali perumahan atau pemukiman penduduk.     

Perasaan tidak tenangku meningkat tidak tahu entah kenapa. Tidak enak.     

Dan ternyata benar, tiba-tiba motor yang kami naiki mendadak mati.     

"Aduh kenapa ini?"     

"Coba Hid di cek bensinnya!"     

Aku dan Zahid menepi di sebuah belokan yang memang sepinya minta ampun.     

Jarang sekali ada motor atau mobil yang melintas di daerah sini.     

"Kok bisa kehabisan bensin ya, padahal tadi udah di isi lo kak!"     

Seru Zahid.     

"Lah masa e?"     

"Iya, wong tadi sama Bunda juga og ngisinya!"     

Zahid kelihatan kebingungan, karena biasanya motor ini kalau di isi dua liter sangat cukup banget untuk berangkat dan pulang dari tempat yang tadi kita tuju. Malahan biasanya malah lebih.     

Lah kok ini malah belum sampai pulang malah udah habis.     

Jalanan yang aku lalui bersama Zahid ini adalah jalanan rata alias datar, naik turunnya cuma sedikit. Yang dimana kalau seumpama mau nyari tempat untuk beli eceran bensin, ya harus di dorong terlebih dahulu.     

"Kak kita sekarang ada di tengah-tengah jalan, seumpama kita mau balik ke tempat yang tadi itu membutuhkan waktu yang lama dan eceran bensin aku gak tahu apakah ada atau nggak. Terus kalau kita ks arah pulang itu juga belum tahu eceran bensin ada atau nggak, dan jalannya juga belum pasti ada turunan gak. Soalnya kalau datar terus kita dorong dong kak!?"     

"Hmmm bentar kaka mikir dulu"     

Aku diam sambil menggigit jari jempolku untuk berpikir.     

"Oh iya mbak, kira-kira kalau mau cari eceran bensin enaknya lewat mana ya mbak?"     

Aku langsung menoleh ke arah Zahid saat dia bertanya sama seseorang.     

"Eceran bensin?"     

Aku langsung memegang pundak Zahid saat itu juga dan berbisik padanya.     

"Hei, siapa itu! Jangan ngawur ajak ngomong orang!?"     

Karena aku melihat bahwa ini jalan panjang dan kita berada di tengah-tengah hutan juga. Gak mungkin ada orang tiba-tiba nongol gak jelas gitu.     

"Loh kak dia lo habis dari hutan, mau pulang rasanya. Itu juga bawa ranting kayu, mungkin buat bakar-bakar kak!"     

"Diem dulu ya"     

Orang itu hanya diam berdiri sambil membelakangi aku dan Zahid.     

Memang sih bener yang dibilang Zahid bahwa dia mungkin dari hutan. Karena membawa banyak ranting kayu yang di pikul di punggungnya.     

"Keburu-buru tah mbak?"     

Zahid bertanya     

"Nggak kok ini juga mau pulang!"     

Aku lagi sibuk saat ini dengan Hp ku karena mau ngecek di Google Maps lebih enakan mana pilih rute nya...     

"Mbaknya sendirian tah nyari kayunya?"     

"Iya"     

"Oh iya mbak saya sama kaka saya mau nyari eceran bensin kira-kira lebih dekatan mana ya jaraknya dari sini ke sana atau yang arah sini kesana"     

Sambil menujuk arah dimana jalur jalan yang di tuju.     

"Yang lewat sana"     

Meskipun aku lagi fokus dengan Hp ku aku juga melirik ke mbak-mbak itu dia memberikan jalur yang mana, dia menyarankan untuk kita harus balik ke arah sebelumnya tadi.     

Sambil menujuk juga arah jalannya, tapi kok aneh sih...     

Kenapa dia balik badan terus waktu ngomong sama kita.     

Gak lihat kita atau balik badan untuk ngobrol langsung sama kita.     

Hmm tapi kalau aku rasa lebih cepat kalau kita langsung ke arah pulang, alias menuju ke Pantai yang selanjutnya kita tuju kalau dilihat dari Google Maps.     

Kok mbak itu ngomongnya beda.     

"Mbak namanya siapa?"     

Ku lihat Zahid kok udah beda nanyanya, malah ke arah mau kenalan. Nih anak kok jadi gak tahu malu gini, yang biasanya dia malu-malu banget kalau suruh kenalan sama orang.     

Aneh.     

Ku lihat dia mendekati mbak itu karena mbak itu tidak menjawab pertanyaan Zahid.     

Hmm tunggu dari tadi mbak ini gak menoleh sama sekali di saat di ajak ngobrol. Hmmm     

Dia balik badan terus loh, setiap di ajak ngobrol. Aduh kok aku jadi curiga.     

Zahid mendekati mbak itu, dan sebelum Zahid memegang pundaknya dengan cepat aku langsung menarik tangan Zahid dan langsung menggeretnya.     

"HID, SADAR WOE!!"     

Tanpa pikiran panjang aku langsung menyalakan motor dan menaikinya sekarang gantian aku yang menyetir dan Zahid sudah pada posisi duduk.     

Langsung aku gas motor dan meninggal kan tempat.     

Dan ini yang bikin aneh, bukannya bensin habis lah terus ini kenapa bisa tak nyalain dan malahan udah jalan jauh dari tempat tadi.     

"Ada apa e kak kok tiba-tiba teriak dan nggeret aku!"     

"Udah nanti kaka jelasin!"     

"Loh kok nanti, sekarang aja sambil jalan kaka jelasin!"     

"Loh iya, bukannya bensin tadi habis ya kak!"     

"Mangkanya itu!"     

"Aduh kak kok aku bingung e, kaka cerita aja wes gak papa!"     

Aku hanya diam tidak menjawab pertanyaan nya Zahid, dan hanya meneruskan perjalanan.     

"Kak, ayolah jangan bikin penasaran"     

Hmmm maksa terus nih anak, kalau nggak di ceritain malah lebih riuh.     

Ku memastikan kembali bahwa tidak ada yang mengikuti atau menempel ngikut sama kita.     

Karena bisa sangat fatal sekali kalau tidak di sadari.     

"Hmm ya ya, pokoke diem! Tak ceritai"     

Sambil di perjalanan aku menceritakan kepada Zahid tentang apa yang baru saja terjadi, dan sangat fatal kalau tidak di sadari.     

"Namanya Tiang Saleh!"...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.