INDIGO

#Penunggu Pohon beringin



#Penunggu Pohon beringin

0Aku berjalan menuju toilet.     

Di saat aku melihat dari depan pun Wow.     

Bukan main lagi, di toilet banyaknya minta ampun. Mulai dari yang sosoknya manusia, hewan, siluman, setan sampai yang sosoknya aneh-aneh.     

Aku masuk dan Langsung menuju ke bagian sisi paling dekat dengan pintu.     

Aku kencing dengan cepat, dan langsung bergegas kembali lagi menuju ke tempat ku nongkrong tadi.     

"Tolong aku!"     

Aku hanya diam waktu sesosok perempuan yang melihatku tadi, minta tolong kepadaku.     

"Tolong aku, aku mohon!"     

Ku tinggalkan dia, karena aku gak mau berurusan dengan hal beginian waktu liburan.     

"Tolong aku, aku mohon"     

Rintihan tangis keluar darinya.     

Ku hentikan langkahku, dan berbalik ke arahnya.     

Ku mendekatinya perlahan. Dia tidak bergerak sama sekali. Dia hanya berdiri di sebelah pohon beringin, dan terdiam melihatku.     

Tidak ada yang cacat darinya, lantas apa yang di keluhkan olehnya?     

"Ada apa?"     

Ku gunakan telepati untuk berkomunikasi dengannya.     

"Tolong aku, aku mohon"     

"Apa?"     

"Tolong lepaskan rantai yang melekat di kakiku!"     

Sambil menunduk melihat ke arah bawah.     

Ku berjalan lebih dekat ke arahnya.     

"Kenapa? Apa yang terjadi"     

Sambil ku melihat rantai yang terpasang di kakinya.     

"Seseorang telah menyegelku disini, sedangkan ada keluarga yang harus aku temui. Aku mohon tolong lah aku, aku sudah sangat lama meninggalkan mereka!"     

Jelasnya     

"Berapa lama?"     

"14 Tahun"     

"Hah!!!"     

Aku terkejut saat dia menjawab. Karena buat apa harus di segel selama 14 tahun di pohon ini. Dan yang pasti usia pohon beringin ini pun lebih dari 14 tahun.     

"Mas ngapain?"     

Aku menoleh saat sudah ada orang yang mulai curiga dengan ku.     

"Ah nggak Pak, cuma lagi nyari cincin yang jatuh disekitar sini!"     

Jelasku bohong pada, seorang bapak-bapak tua yang sekarang berada di sebelahku sambil mengamatiku.     

"Hmmm"     

Hanya hmmm yang keluar dari mulutnya, setelah itu dia pergi meninggalkanku.     

"Tolong...!"     

Ku berbalik lagi saat perempuan itu memintaku kembali.     

"Apa yang harus ku lakukan?"     

Ku bertanya padanya, mungkin dia tahu cara agar bisa melepas rantai itu.     

"Cukup dengan kamu memegang rantai itu dan menariknya dengan kedua tanganmu, maka rantai itu akan putus dengan sendirinya"     

Jelasnya.     

Aku masih berdiam memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Apakah aku akan baik-baik saja setelah aku melepaskan rantai ini?.     

Memang kalau tidak di coba ya tidak akan tahu.     

Ku mendekatinya dan berjongkok di sebelah rantai yang terikat di kakinya. Dan ku telusuri dari mana sumber rantai itu.     

Rantai itu menuju ke arah bagian dalam Batang pohon beringin ini.     

Ku putuskan untuk menyentuh rantai itu.     

Hmmm     

Tidak ada apa-apa. Saat ku sentuh.     

"Ejh, Jangan...!"     

Ku lepaskan tanganku saat suara itu muncul lagi.     

Aku melihat sekeliling untuk mencari dari mana asal muasal suara itu.     

Aku berdiam agak lama, dan berpikir siapakah dia? ku melihat sekeliling lagi...     

Tapi selalu nihil, tidak ada sama sekali.     

Apakah itu dia?     

Ingin sekali ku sebutkan namanya, tapi ragu untuk ku katakan.     

Bagaimana ini? apakah aku mengikutinya?     

atau!?     

Hmmm sudahlah tidak ada apa-apa. Ku putuskan untuk mengambil rantai itu.     

"Tolong aku!"     

"Iya sebentar"     

Ku ambil rantai yang ada di kakinya dan ku pegang dengan kedua tanganku.     

Kali ini bukan bapak-bapak yang melihatku, melainkan 'Mereka' yang berada di dekat ku dan di sekitar pohon beringin semua menatapku. Anehnya tapi mereka bukan mendekat ke arahku, melainkan malah menjauh dari pohon beringin dan area sekitarku.     

Hmmm tanpa pikir panjang aku langsung menarik rantai itu dengan kedua tanganku.     

Krakkk...     

Rantainya terputus, aku hanya diam mematung melihatnya...     

Menunggu apa yang harusnya terjadi setelah rantai ini putus.     

kini sosok perempuan itu tidak lagi menangis.     

Sekarang dia hanya diam.     

Dan Diam...     

Hmm mungkin sudah selesai, aku putuskan untuk berbalik dan kembali ke tempat aku nongkrong tadi.     

Hi hi hi hi hi hi hi     

Spontan aku langsung berbalik ke arah dimana sosok perempuan tadi itu berdiri.     

Dia ketawa dengan sangat  keras dan tidak berhenti. Tertawa terus menerus tidak berhenti.     

Tiba-tiba angin kencang datang menerpa pohon beringin di hadapanku.     

Kemudian sosok perempuan itu mendongakkan wajahnya dan melihatku.     

Matanya merah menyala, dia perlahan terbang dan meninggi dari tanah.     

Aku hanya melihatnya diam.     

Anehnya, 'Mereka' tidak ada sama sekali berada di dekat pohon beringin dan sekitarnya.     

Orang-orang pun memilih meninggalkan area tersebut, karena merasa ada yang tidak beres.     

Mati aku.     

Ada apa ini.     

"Iya, aku denger suara cewek ketaw terus dari tadi di pohon itu!"     

"Iya ayo buruan pergi, kok jadi aneh sih"     

"Ayo...cepetan suaranya gak berhenti dari tadi"     

Aku diam membeku saat ada beberapa anak lewat di hadapanku dengan terburu-buru dengan mengucapkan kalimat tersebut.     

Ku melihat sosok perempuan yang sudah mulai gak jelas di hadapan ku.     

Dia masih tertawa dengan lantang, rambut panjangnya terurai dan tergerai terkibas angin yang menerpa.     

"AKU BEBAS!!!"     

"AKU BEBAS!!!"     

"AKU BEBAS!!!"     

Dia berteriak dengan kencang dan berputar di udara. Putaran itu mengeluarkan semacam asap, atau bisa di bilang semacam aura berwarna merah dan hitam pekat.     

Dan tak lama setelah itu, banyak sekali dari berbagai macam Setan, hantu dan jin berdatangan menuju ke bawah pohon beringin.     

Mereka berkumpul seperti robot alias seperti terhipnotis dengan sesuatu.     

Dan dengan cepat pula, sebuah gumpalan asap merah hitam pekat terbang melesat ke arahku. Aku tidak bisa menghindar, dan asap itu mengenai dadaku.     

Aku mundur ke belakang beberapa langkah, karena kurasakan seperti ada yang mendorongku dari depan.     

Dadaku sesak. Aku jatuh duduk di lantai.     

Dadaku sesak, tidak bisa aku bernafas.     

Sumpah rasanya beneran hampa gak ada udara.     

Aku melihat ke arah sosok perempuan itu, dia tertawa lantang.     

Apakah tidak ada orang yang melihatku?...     

Tolong aku, ini nyata bukan mimpi.     

Aku seperti merasakan sekarat menjalar di tubuhku, semuanya panas. Telingaku berdenging dan mataku panas, mengeluarkan air mata.     

Badanku kaku, dan kejang-kejang.     

Pandanganku buram.     

Aku melihat ada orang menghampiriku, tetapi aku tidak tahu dia berbicara apa padaku.     

Aku tidak bisa mendengarnya.     

Dia menepuk-nepuk pundakku dan mengguncangkan badanku. Mencoba membangunkanku dengan paksa, tetapi aku masih tidak bisa merespon dia.     

Tanganku bergetar, tambah ini epilepsi ku kumat.     

Bukan hanya tangan yang bergetar kejang, melainkan sudah hampir seluruh tubuhku bergetar kejang.     

Aku terkapar di lantai saat ini...     

Aku butuh oxygen Tuhan...     

Aku gak kuat     

Siapapun tolong aku, siapapun...     

.     

.     

.     

-------------------     

Hanya itu yang aku ingat saat kejadian itu berlangsung. Semuanya gelap kurasakan, dan aku memang salah karena tidak mendengarkan ucapan dia yang melarangku untuk membuka rantai itu.     

Aku Bersalah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.