INDIGO

#Dahyang Watu Parang



#Dahyang Watu Parang

"Kepanikan Membuyarkan Segalanya"     

.     

.     

.     

==========     

Dia berdiri, dia yang mengenangkan pakaian adat jawa berdiri didepan ku.     

Apakah aku saja yang melihatnya?.     

Atau ayahku juga melihatnya.???     

Dia bernyanyi dengan gumaman merdu, ayahku spontan melihat kearahnya.     

Hmmm.. ayahku bisa melihatnya. Jadi jenis apakah dia ini.     

"Yahhh"     

"Stttt"     

Ayah menyuruhku diam.     

Aku dan ayah hanya terdiam saat ini.     

Dia berjalan mondar mandir di depan kami.     

Aku jelaskan kepadamu apa yang aku lihat.     

Dia memiliki paras yang sangat cantik, rambut hitam panjang yang tergerai hingga kebawah pinggangnya, serta hiasan bunga melati di rambutnya, memakai baju adat jawa atasan putih dan bawahnya cokelat berbatik. Dia sungguh terlihat mempesona, dia tidak tua dan tidak juga terlalu muda.     

Passss.     

Kemudian...     

Tempat yang semula kosong didepan kami, sekarang sudah tersedia banyak makanan beralaskan daun pisang.     

Ayam bakar, ubi-ubian, ada lalapan, sambal, dan minuman yang disediakan di kendi. Barang yang digunakan     

Semuanya masih tradisional terbuat dari tanah liat.     

Tidak tahu dari mana asalnya...     

Aku hanya terdiam melihat itu terjadi dengan tiba-tiba di depan mataku.     

Kumelirik keayah, dia hanya tersenyum dan memberi kesan hormat kepada wanita berbatik itu.     

Dan tak lama kemudian wanita itu menghilang dari hadapan kami.     

Hmmm apa maksudnya.     

"Yah??, apa maksudnya?, siapa dia?"     

Ayah mengambil sepotong paha bakar, dan melahapnya.     

"Dia Dahyangnya sini nak. Dan sebelum pulang maka kita harus makan semua makanan ini baru kita bisa pulang"     

Dahyang ??     

Pulang???     

Belum juga sempat berburu.     

"Semuanya???, yah kita kan akan berburu, dan mengapa ayah brani memakan makanan itu yang belum tahu itu nyata atau hanya ilusi. Dan wanita itu, kalau Dahyang ayah tahu dari siapa?"     

Ayah hanya diam, kemudian mengambil satu potong paha ayam bakar dan memasukkan kemulutku. Spontan aku yang mau berbicara, terbungkam seketika.     

Hmm. Tapi enak juga rasanya.     

Aku dan ayah melahap semua makanan yang berada di depan kami.     

Dan..     

Habis..     

Karena kenyang, berdiri pun sampai tidak kuat rasanya.     

Ayah kemana? tadi disampingku.     

"Ayo nak kita pulang!"     

"Aaaa!!!! Ayah bikin kaget ajaaa,,kenapa pulang? Kan belum berburu!."     

Nadaku agak tinggi barusan, karena aku terkaget melihat ayah yang tiba-tiba muncul.     

Seketika itu ayah langsung menggandeng tanganku dan beranjak pergi.     

Apa yang sebenarnya terjadi, dan mengapa aku juga belum paham dengan kejadian ini.     

Malam ini aku lagi lola rasanya.     

Kami berjalan pulang, melalui jalan yang sama.     

Lama kelamaan aku menyadari, ada yang sedikit berbeda.     

Batu berbentuk bulat yang aku lihat sebelum masuk ke gua tadi, sudah hampir tiga kali aku melihatnya dan melewatinya.     

"Yahh.!"     

Ayah hanya diam dan tetap berjalan.     

Kulanjutkan perjalananku, dan aku melihat batu ini untuk yang ke 4 kalinya.     

Aku berhenti sebentar.     

"Yahhh!"     

"Yahhh, Ayahhhhh!"     

Dia hanya diam. Dan tidak menoleh ke arahku.     

"Ini sudah ke empat kalinya kita melalui jalan yang sama.... yahhh!!!"     

Dia masih diam dan membeku tidak menoleh kearahku.     

Kulepaskan tanganya dari tanganku. Dan kudekati dia.     

"Yahhhh!!!"     

Dia diam, dan diammm.     

Bikin aku geram... ini nih kalau tidak mendengarkan ucapanku.     

"Yahhhh!!!"     

Kudekati ayah, dan berbalik ke depannya.     

Dan tiba-tiba saja ayah malah berbalik memunggungiku.     

Sumpah... Aneh.     

Ayah masih diam terpaku didepanku.     

"Yah..."     

Kemudian perlahan ayah membalikkan badan kearahku.     

"Yahhh, Kenapa sihh..AAAAAAAA!!!!!"     

Aku terjatuh kebelakang sesaat melihat ayahku tidak memiliki wajah, alias rata.     

Yang jelas berati dia buka ayahku.     

Aku mengesot mundur kebelakang dengan cepat.     

Kemudian dia menurun dengan posisi merangkak dia mengejarku.     

Aku belum sempat berdiri karena masih sulit untuk berbalik.     

Dia semakin dekat denganku     

"Jangan di lihat Wajahnya Nak!!!"     

Kumendengar teriakkan dari kejauhan, agar aku tidak melihat wajahnya.     

Itu pasti Ayah.     

Ada kesempatan saat aku bida berdiri sekarang, kubalikkan badanku dan     

"Aaaaaaaa"     

Kakiku di genggam olehnya, aku diseret dalam keadaan tengkurap. Tanganku panas karena tergesek dengan pasir, dan bebatuan kecil di jalan ini.     

Semakin cepat dia menggeretku, semakin sakit juga kurasakan pada tanganku.     

Aku dibawa di tempat amat gelap di semak-semak.     

"Ughhhh"     

Aku di jatuhkan dengan keras dibawah semak-semak ini.     

Kulihati tanganku berdarah karena goresan yang timbul pada waktu aku digeret olehnya.     

Panas, pedih rasanya. Ada berberapa batu kecil dan duri-duri yang masih tertinggal di telapak tanganku. Kuambili satu persatu, dan ya kamu tahu pasti rasanya sangatlah sakit.     

Aku harus bagaimana ini, kucoba untuk tetap tenang.     

Dia tidak ada di bawah sini, dia si wajah datar sudah pergi. Lantas mengapa dia menaruhku disini, dengan gampang pun aku bisa melarikan diri.     

Kumeringkukkan badanku dan bersandar pada sebuah pohon berukuran sedang yang berada di bawahku. Kuambil nafas dalam-dalam dan kukeluarkan perlahan.     

"Awan, awan dimana kamu?"     

Kuputuskan untuk memanggil awan.     

"Awan"     

Dia tidak kunjung datang kepadaku.     

Ayah dimana? Mengapa tadi bisa tertukar dengannya... apa gara-gara makanan itu.     

Aku tidak tahu jam berapakah ini.     

Mata yang berat membuatku kalah dengan niatku yang tidak mau untuk terlelap, perlahan aku menutupkan mata dan semuanya perlahan gelap... jauh kedalam menjadi gelap.     

***     

Kusipitkan mata, karena silauan cahaya terang mencoba menerobos masuk ke mataku.     

Penglihatanku masih kabur dan buram.     

Dimana aku..     

Kumencoba mengingat apa yang terjadi... hingga aku bisa disini.     

Diawah pohon beringin besar, bukan besar... tapi sangat besar.     

Tepi kanan, kiri, depanku semuanya tepi curam. Bisa dibilang jurang.     

Dimana aku...     

Kumenarik nafasku perlahan, dan kukeluarkan perlahan.     

Kumelihat sekliling, tempat ini berkabut. Aku tidak bisa melihat dengan jelas.     

Dimana ayah.     

Apakah dia baik-baik saja?.     

Kuteringat tentang semalam, makhluk yang membawaku menarikku kesemak-semak.     

Makhluk yang tidak berwajah, bermuka datar dan ughhh jangan sampai kamu membayangkannya.     

Aku rasa tempat ini berbeda dengan tempat dimana aku dibawa semalam oleh makhluk itu.     

Lalu dimanakah aku sekarang.     

Aku tahu dengan pasti semalam aku terjatuh ditempat yang seperti apa, disebuah semak-semak dan tanah yang sedikit basah. Tapi ini berbeda aku duduk bersandar di bawah pohon beringin yang sangat besar, dan tempat yang kududukki pun berupa sebuah bebatuan kasar.     

"Awan, awan dimana kamu..?"     

Kumencoba memanggil Awan, tetapi belum juga ada sebuah jawaban darinya.     

Tidak lama kemudian aku mendengar sebuah gumaman merdu dari sekitarku.     

Rasanya aku kenal dengan gumaman ini.     

Sudah kuduga, ini gumaman yang sama pada saat malam aku bersama ayah bertemu dengan dia. Dia penjaga tempat itu.     

Kumelihat sekeliling, dan melihatnya pula perlahan keluar dari belakang pohon beringin ini.     

Tampilannya berbeda kali ini, dia menggelung rambutnya dan memakai pakaian serba hijau.     

Dia hanya tersenyum kepadaku, dan tidak mengucapkan satu patah kata pun.     

"Kamu aman disini, jangan takut"     

suara itu mendengung di pikiranku.     

Agak sakit kurasa mendengarkan suara itu.     

Kupandangi dia, tak lama kemudian dia hilang.     

Dan tiba-tiba sudah berada di hadapanku.     

Hadapanku pas..     

Dia memberi sebuah kode agar aku mengulurkan tanganku kepadanya.     

Kuulurkan kedua tanganku padanya, tangan yang masih bersimbah darah karena goresan tadi malam.     

Dia memegang tanganku dan menggenggamnya menjadikan satu dengan tangannya.     

Dingin kurasakan tanganku bersatu dengannya, dan anehnya lagi ada sebuah kilauan cahaya keluar dari celah genggaman kita berdua.     

Tak lama kemudian dia melepaskan tanganku, matakuasih terpaku dengan wajahnya. Tak sadar air mataku menetes dengan sendirinya, kualihkan pandanganku dan melihat tanganku.     

Tidak mungkin...     

Percaya atau tidak itu terserah kamu.     

Tetapi yang kulihat saat ini adalah, tanganku kembali seperti semula. Tidak ada bekas luka goresan kecil sama sekali, semuanya halus dan bersih.     

Dia memegang daguku dan mengangkatnya. Hingga akhirnya aku melihat wajahnya kembali.     

Jari tangan kanannya berjalan menuju ke arah dahiku, kemudian setelah itu dia mengetukkan jari tengahnya ke kepalaku sebanyak tiga kali.     

Kupejamkan mataku sejenak, aku tidak tahu mengapa dia melakukan hal itu kepadaku.     

Entah mengapa aku hanya ingin memejamkan mataku.     

Setelah itu suara gemericik air terdengar olehku, kicauan burung pun menyusul setelah itu.     

"H, Hei, buka matamu!"     

Aku rasa ada yang memanggilku barusan.     

"Hei,,, H buka matamu"     

Benar ada yang memanggilku, kubuka mataku perlahan dan lagi lagi aku terkaget dengan kedatangan Awan yang tiba-tiba sudah berada di depan wajahku dan memelototiku.     

"Apaan sihhh Wann!"     

Aku jengkel lagi dengannya.     

"Hei, sadar.. dari mana saja kamu... dan tiba-tiba muncul di sini!"     

Kumelihat sekiling dan ini memang tempat yang berbeda dengan sebelumnya.     

Ini tempat dimana aku dan ayah makan malam itu.     

"Bagaimana kamu bisa kesini?"     

Kutanyakan hal itu kepada Awan.     

"Karena Ayahmu bingung nyariin kamu sejak 2 hari lalu!. Dan itu lihat orangnya sedang di pojokkan di sebelah batu besar, sedang mencuci mukanya. Aku sengaja mengikutinya dari kemarin mangkanya aku bisa tahu, aku mencarimu pun tidak ada hasilnya. Dan tiba-tiba saja kamu muncul disini barusan"     

Sekarang aku gak kaget kalau memang udah 2 hari aku hilang, sudah menjadi hal yang biasa sekarang kalau hal itu terjadi.     

Kuberdiri dan berjalan mendekati ayah, dia terlihat capek dari gerak gerik tubuhnya.     

"Yah,, "     

Dengan cepat ayah berbalik dan melihat ke arahku.     

Tanpa patah kata keluar dari bibirnya, ayah berlari kearahku dan memeluk erat tubuhku.     

***     

==========     

Keluarga adalah segalanya, tapi apa hubunganya Makhluk tak Berwajah dengan Dahyang Watu Parang?.     

======     

____________________     

Comment Guys Kalau ada sesuatu yang mau Ditanyakan.:beaming_face_with_smiling_eyes::beaming_face_with_smiling_eyes::beaming_face_with_smiling_eyes:     

Thank For stay at My Story..     

.     

.     

.     

"Percayai Dirimu Terlebih Dahulu"     

H     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.