INDIGO

#Dia Kembali



#Dia Kembali

0Masa lalu memang patut di lupakan, tapi di saat mereka mengejarmu apa yang bisa kamu lakukan.     

----------     

Masalah tadi sore masih teringat di benakku sampai saat ini. Meskipun dia tidak mengejarku, tetapi itu cukup membuatku resah di saat aku hendak pergi ke mana-mana.     

Sekarang aku sedang menikmati makan malamku bersama dengan Andre, Karena dia sudah berjanji akan menemaniku untuk berkeliling malam ini. Sekedar mengenalkan beberapa tempat yang ada disini.     

Setidaknya ada yang menemaniku saat aku berkeliling.     

"Woi...! Jangan ngelamun mulu, makan itu. Keburu gak enak! Hahaha"     

Bentak canda Andre, saat menyadari aku melamun.     

"Haha, iya iya"     

Aku hanya mengiyakan apa yang di katakannya. Karena aku sebenarnya tidak sedang melamun, melainkan kepikiran akan makhluk itu dan aku memikirkannya dengan sadar. Bukan dengan melamun.     

Tapi, aduh terserahlah.     

"Iya yang itu tuh, dia adalah anak Indigo disini!"     

Perhatianku langsung terfokus dengan anak yang berada di sebelahku pas.     

Kudengar perbincangan anak ini sedang membicarakan seseorang yang dia sebut sebagai Indigo, sambil menunjuk salah satu dari anak yang sedang mengantri untuk mengambil makan malamnya.     

Huft, aku kira mereka membicarakan tentangku. Ternyata bukan aku, melainkan mereka sedang membicarakan salah satu anak disini juga yang memiliki kemampuan yang sama sepertiku. Mungkin.     

Ku melihat barisan yang mengantri untuk mengambil makan malam, ku lihat satu persatu dari mereka yang berbaris untuk memastikan siapa yang di maksud oleh anak sebelahku.     

"Yang mana sih?"     

Tiba-tiba salah satu temannya bertanya.     

"Itu yang pakai kaos warna putih polos"     

Dan anak yang berada di sebelahku pun memberi tahu sambil menunjuk kembali anak yang di maksud.     

Ku arahkan pandanganku kepada anak yang di maksud.     

Dan aku melihatnya sekarang.     

Dia memakai baju putih, dan rasanya dia menyadari bahwa aku melihat sangat lama ke arahnya.     

Dengan secara tidak sengaja, dia juga melihat ke arahku. Dan pandangan kita pun terkunci sesaat untuk beberapa detik.     

Hmmm. Pandangannya khas sekali, dengan mata tajamnya yang mencoba menusuk ke arahku.     

Dia laki-laki, dan aku belum mengetahui namanya. Aku rasa bahwa dia kaka kelas disini. Karena dengan gayanya yang sudah akrab dengan siapapun, itu sudah menunjukkan bahwa dia lebih senior disini.     

Untuk masalah dia Indigo aku tak pedulikan sekarang. Dari pada aku di sangka sok-sok an, mendingan diam itu lebih baik.     

"Ejh, ayo!"     

Andre sudah siap untuk mengangtarku jalan-jalan di area lingkungan sekolah ini.     

Aku bergegas untuk mencuci piring dan segera membuntutinya.     

"Jadi kita akan mulai dari depan asrama ya"     

Berbalik ke arahku sambil berjalan kembali dan berhenti di depan asrama.     

"Okay"     

Aku menjawabnya singkat.     

Jadi kalau kamu belum tahu, sekolah ku ini adalah juga tempat wisata yang ada di kota Batu.     

Salah satu tempat wisata baru di kota Batu, karena ya kamu tahulah di kota Batu banyak sekali tempat wisatanya. Meskipun tanpa aku sebutkan pasti kamu sudah tahu. Jadi tempatku ini lebih tepatnya tempat untuk Edukasi pembelajaran anak-anak kecil gitu yang tarafnya untuk Tk sampai dengan SMA juga ada untuk programnya.     

Jadi lahan yang berada di sini pun sangat luas, sudah menyerupai satu desa ku sendiri.     

Ya masih banyak lahan yang kosong, yang belum terpakai.     

Tempat ini kalau malam semakin ramai. Mulai dari murid-muridnya sendiri sampai mereka pun juga banyak sekali. Setiap sudut dan tempat.     

"Kamu berani gak aku ajak jalan-jalan ke area belakang dari tempat ini. Ada danau buatannya loh!"     

Seru Andre mengatakan sambil membuat ekspresi yang mungkin dia kira akan menakutiku. Tapi nggak sama sekali.     

"Okay, ayo"     

Aku membalasnya dengan antusias.     

Aku dan Andre berjalan melalui lapangan terbuka dan biasanya lapangan ini juga tempat untuk anak-anak yang di divisi show tampil tarian mereka di depan para pengunjung. Jelas Andre padaku.     

Jadi di sekolah ini juga banyak sekali divisi-divisi penjurusan bisnis. Ya memang namanya SMA tapi ini lebih dari SMK.     

Dan murid-murid yang berada di sini akan di bekali dengan pengalaman di bidang usaha. Jadi meskipun kita masih SMA tapi kemampuan anak-anak yang berada di sekolah ini sangatlah "WOW" di dibidang tersebut.     

"Ini adalah Loket, dimana biasanya anak-anak yang berkunjung kesini sebelum mereka masuk ke setiap wahana pembelajaran akan menuju ke loket ini terlebih dahulu untuk membeli tiketnya."     

Jelas Andre.     

Aku hanya menganggukkan kepala dengan pelan.     

"Nah kalau ini toilet wanita sebelahnya toilet pria"     

Andre menjelaskan sambil tertawa.     

"Hahah iya tahu"     

Aku berhenti sebentar saat aku melihat pintu yang sebelumnya terbuka perlahan menutup, di bagian tengah dari tiga toilet wanita ini.     

Andre juga terdiam karena melihat hal yang sama denganku.     

"Udah ayo itu hanya angin!"     

Andre memegang tanganku sambil merengek mengajakku pergi dari depan toilet ini.     

Aku masih terdiam dan belum mengiyakan yang Andre ajakkan.     

Dan pintu yang tertutup tadi perlahan terbuka.     

Brakkk!!!     

"Anjinggg bangsattt, manusia, tuyul, busuk merpati terbang!!!!"     

Kaget Andre kemudian berlari sambil meneriakkan kata-kata yang abstrak keluar dari mulutnya.     

Aku pun juga ikut berlari karena dia menarik tanganku. Aku juga kaget tapi tidak sampai berteriak yang riuh. Hanya kaget saja.     

Karena pintu yang tadinya perlahan terbuka, kemudian tertutup dengan sangat keras.     

Aneh.     

Ini apakah benar perbuatan makhluk tak kasat mata...     

Atau ulah anak-anak sini aja yang ingin iseng kepada aku dan Andre.     

Males mikirin hal itu.     

Ya tapi tadi setelah pintu tertutup dengan sangat keras, angin yang sangat dinginnya berbeda menebas ke arahku dan Andre.     

"Biasa pasti tadi anak-anak yang iseng"     

Seru Andre menyampaikan sambil mengatur nafasnya.     

"Hmm, mungkin"     

Jawabku singkat.     

Karena aku mulai merasakan pusing yang datang tiba-tiba.     

"Ndre, kita duduk bentar yuk. Rasanya aku kecapean! Lari-lari barusan"     

Sambil kurangkulkan tanganku ke pundaknya.     

"Owhh iya iya, disini ya kita duduk di joglo ini"     

Sambil memegang badanku Andre membantuku untuk duduk.     

"Astaga, Ejh!!! kamu kenapa? Wajahmu pucat sekali!"     

Seru Andre, kurasakan dia Khawatir dengan keadaanku sekarang.     

Jujur aku juga tidak tahu mengapa tiba-tiba kepalaku pusing dan badanku lemas.     

Tak lama kemudian kumerasakan hidungku basah dan amis tercium dari hidungku.     

Ku usapkan tanganku ke hidungku dan kulihat kembali.     

Aku mimisan.     

"Hei, kamu mimisan. Tunggu sini ya aku ambil Tissue!"     

Dengan cepat Andre berlari untuk mengambil tissue.     

Sekarang tinggal aku sendiri disini.     

Bulu kudukku tiba-tiba berdiri dengan sendirinya. Angin dingin bertiup ke arahku.     

Dan tempat ini jadi semakin aneh rasanya. Aku duduk di joglo dan di depanku terpampang luas sebuah lapangan ke dua yang berada di area belakang.     

Darah yang keluar dari hidungku tidak bisa berhenti.     

Aku menunduk dan membiarkan darah itu menetes dengan deras ke tanah.     

"Ahhhhh!!!"     

Aku berteriak seketika di saat ku rasakan sakit pada punggungku.     

Ku menoleh kebelakang tapi tidak ada siapa-siapa.     

Kumasukkan tanganku ke dalam kaos belakangku dan mencoba meraba punggungku.     

Dan di titik tertentu aku merasakan perih di saat aku menyentuhnya.     

Menyentuh luka.     

Punggungku terluka.     

Ku raba lagi, dan ini adalah luka tipis dan panjang dan ini adalah goresan.     

Ada tiga goresan kalau tidak salah saat ku raba.     

"Ahhh Tuhan!"     

Dan aku berteriak lagi di saat sakit yang sama berada di kaki kananku.     

Ku angkat kakiku dan melihatnya.     

Dan ini benar ada tiga goresan panjang di kaki bagian bawah.     

Astaga.     

Dia.     

Aku baru menyadari bahwa hari ini hari Jum'at dan belum berpindah hari. Dan aku mengeluarkan darah.     

Pantas saja...     

Dia mendatangiku.     

Padahal sudah lama sekali ini tidak terjadi. Mengapa harus terjadi disini astaga. Andre kemana lagi, dia belum kembali juga.     

Aku memaksakan diri untuk beranjak dari tempat ini. Dan mencari tempat yang ramai anak murid sini.     

Aku berdiri dengan kesulitan dan keseimbangan bandanku pun belum stabil. Kupaksakan untuk berjalan melewati lapangan, sebelum dia datang kembali.     

Aku terjatuh dan tersungkur di samping lapangan.     

Ku coba bangkit lagi...     

Dan saat ku coba untuk berdiri lagi, ku melihat ada sesuatu yang aneh berada di tengah lapangan.     

Sesuatu muncul dengan perlahan dari dalam tanah.     

Dia datang padaku.     

Makhluk berakar itu datang menghampiriku.     

Ku paksakan diriku untuk duduk dan menggerakkan badanku ke belakang dengan secepat aku bisa.     

Dia semakin muncul dan keluar dengan nyata di depan mataku. Dia semakin besar dengan juntaian akar yang bergerak menggeliat ke arahku.     

Dia hanya diam di tempat, tetapi ada akar-akar yang berjalan melata ke arahku dengan pelan.     

Apa yang harus kulakukan.     

Ku sandarkan badanku ke pohon palem.     

Dan dia semakin lama semakin mendekat ke arahku...     

Akar itu sudah melilit bagian pergelangan kakiku...     

Aku mau berteriak tetapi suaraku hilang.     

Dan tidak ada orang satupun disini.     

.     

.     

.     

Tolong aku siapapun     

Tolong aku...     

----------     

Aku pasrah...     

Berharap ada orang yang bisa membantuku     

Saat ini     

Siapapun...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.