INDIGO

#Dia Mengambil Kemampuanku



#Dia Mengambil Kemampuanku

0Jangan Pernah Merasa Kamu Punya Segalanya, karena Itu akan Sia-Sia.     

------------------     

Sudah lama aku tidak menulis, karena tidak ada sebuah cerita yang aku bisa ceritakan saat ini.     

Bilang saja. Aku sudah kelas 11 di Sekolah gratis ini.     

Masa-masa yang sangat cepat berlalu aku rasakan. Meskipun tanpa dia. Ya, tanpa Awan.     

Memang aku punya teman baik dan sangat dekat denganku. Dia Andre. Tetapi sama saja, meskipun aku berbaur dan menjadi normal di dalam hidupku. Tapi aku malah merasa aneh.     

Banyak sekali yang terjadi dalam hidupku belakangan ini. Tetapi itu sesuatu yang sangat biasa dan sesuatu yang tidak ada artinya sama sekali.     

Ya memang aku melihat mereka, aku berkomunikasi dengan mereka. Tetapi rasanya sudah beda. Tidak sama seperti di saat aku benar-benar memiliki mereka yang menjadi sebuah teman dan selalu ada untukku dan menemaniku.     

Sudah setahun lebih tepatnya. Aku tidak tahu apakah dia sudah pergi dengan "Para Pencari"?     

Atau dia kemana. Pada intinya aku sudah tidak merasakan kehadirannya di dekatku.     

Ya sih, memang aku harus terus menjalani hidupku. Tetapi ya dia selalu ada untukku. Apakah aku salah membawanya kemari?     

Ataukah ini sudah jalannya?     

Banyak sekali teman-teman ku sudah mengetahui bahwa aku adalah seorang anak yang memeiliki kemampuan lebih. Okay akan ku ceritakan ini dari awalnya.     

***     

Kejadian ini terjadi di saat aku masih kelas 10, kita akan flashback 1 tahun yang lalu.     

Malam itu aku naik ke asrama sendirian. Dan saat aku usai menaiki tangga, dengan tidak sengaja aku menabrak seseorang.     

Ya yang aku tabrak adalah dia yang tidak bisa ku sebutkan namanya. Inisialnya R.     

"Kenapa keburu-buru?"     

Dia bertanya padaku sambil menatapku tajam.     

"Ah nggak kok kak!"     

Aku menunduk sambil berjalan melaluinya.     

"Tunggu!"     

Dia memanggilku.     

Aku berhenti tetapi tidak menoleh ke arahnya. Suara kaki berjalan mendekatiku.     

Dia mendekatiku.     

"Lihat aku!"     

Aku berbalik perlahan dan melihatnya.     

Dia menatapku tajam beberapa detik.     

Dan waktu seperti berhenti saat itu.     

Hanya ada aku dan dia di lorong lantai dua ini.     

"Kamu punya kan!"     

Dia menghentakkan pundakku.     

"Maksudnya?"     

Aku bertanya seolah-olah bingung dengan apa yang di ucapkan olehnya.     

"Kamu punya kemampuan seperti itu kan! Jujur saja padaku. Karena aku tahu itu. Sejak pertama kamu datang, aku sudah menyadarinya bahwa ada yang berbeda dari dirimu!"     

Dia berbicara dan berbisik di telingaku. Sambil mengitariku. Menusukku dengan tatapan tajam darinya.     

"Aku tidak bisa membaca pikiranmu dan aku tidak bisa melihat kilasan memorimu. Dan AKU TIDAK SUKA AKAN HAL ITU!!!"     

Dia berbicara dan membentak kepadaku.     

Aku hanya diam, tidak mengatakan sepatah kata pun padanya. Dan aku tidak berkutik. Bukan karena aku takut dengannya.     

Karena api di dalam hatiku sudah tersulut dan terbakar, tunggu beberapa detik akan meledak. Aku tidak kuat menahan kata-kata yang keluar dari mulutnya. Sangat menyayat hati. Seseorang yang tak memiliki sebuah perasaaan.     

Dan memang benar dugaan ku bahwa dia adalah yang di maksud oleh mereka dia yang tidak boleh di sebutkan namanya.     

"KATAKAN!!!"     

Dia berteriak di hadapanku.     

"Kenapa memangnya!?"     

Aku berbalik bertanya kepadanya.     

"AKU SUDAH KATAKAN PADAMU YA BAHWA AKU TIDAK SUKA!!! Dan kamu jangan sok-sok an disini. Aku bisa mengambil kemampuan mu kapanpun aku mau. Jangan macam-macam kamu!!!"     

Dia berbicara dengan nada tinggi dan mengancam kepadaku.     

"Ambil!!!"     

"Ambil Sekarang!!!"     

Aku mulai mengeraskan suaraku dan maju ke arahnya.     

"AMBIL SEKARANG. AKU JUGA SUDAH MUAK DENGAN HAL YANG SEMACAM INI. AMBIL... AMBIL SEKARANG..!!!"     

Aku maju sambil mendorong dadanya dan aku dorong hingga beberapa kali.     

karena aku sudah sangat emosi terhadapnya. Dan aku sekarang sudah benar-benar meledak.     

"LEPAS! Okay Akan aku ambil SEKARANG JUGA!"     

Dia berkata dengan tegas.     

Dia menarikku dan mengajakku menuju kamar 14. Di kamar itu tidak ada siapapun.     

Hanya aku dan dia.     

Blakkk     

Hantaman pintu sangat keras di tutup olehnya. Dan dia juga mengunci pintu tersebut.     

Dia memegang kedua pundakku dan mendorongku di tembok. Tapi tidak keras.     

Kemudian di memintaku untuk berdiri tegap bersandar dan melihat ke arah matanya.     

Tangan yang sebelumnya ada di pundakkku, beralih ke tembok di sebelah kepalaku. Hanya tangan kirinya saja.     

Sedangkan tangan kanannya dia arahkan lurus ke belakangnya. Dia seperti menggenggam sesuatu.     

Dia meremas-remas tangannya. Dan saat itu juga aku melihat sesosok bayangan hitam besar, mata yang besar juga melotot ke arahku. Makhluk itu berada di belakang dia, dan tangan yang di arahkan kebelakang tadi adalah dia menarik rantai panjang yang di ikatkan ke leher dari makhluk tersebut.     

Dan makhluk itu adalah makhluk yang sama aku temui di belakang bambu kuning dan di depan pure.     

Mengapa dia di rantai?     

Apa jangan-jangan makhluk itu adalah punya nya R???     

Tak lama setelah aku hanya terpaku menatapnya.     

Dia mendekatkan makhluk itu ke arahku.     

"Kamu Melihatnya kan!"     

Sambil tersenyum ejek kepadaku.     

Sekali lagi aku hanya diam.     

Tanpa banyak bicara dia kemudian mengarahkan tangannya ke kepalaku.     

Dan makhluk itu melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan.     

Jari telunjuknya menyentuh pas di tengah dahiku. Bersamaan juga dengan makhluk hitam itu.     

Aku hanya diam dan mencoba tenang di hadapanya.     

Tetapi telunjuk yang menempel di dahiku menjadi semakin dingin ku rasakan. Dingin itu menusuk hingga membuat pandangan ku menjadi tidak jelas.     

Tingkatan yang aku gunakan adalah tiga. Tiba-tiba bisa berubah sendiri menjadi ke tingkatan enam.     

Dengan sekejap aku melihat banyak sekali makhluk asing yang sebelumnya belum aku kenali berada di dalam kamar ini.     

Dan mataku bukan hanya melihat ke kamar ini saja. Tetapi aku melihat dengan sangat luas, 360° tepatnya. Tidak ada pembatas dinding dan segalam macamnya. Semuanya tembus dan yang aku lihat hanyalah sebuah tempat hamparan yang sangat luas dan banyak sekali Bintang yang bisa aku lihat.     

Dan di lain itu aku melihat banyakknya tumpukkan-tumpukkan antara hantu, jin, dan setan menjadi satu. Tidak ada tempat lain, mereka sangat banyak.     

Bahkan yang melahirkan, mereka keluar dari kepala induknya yang membelah dan sekali melahirkan bisa langsung sangat banyak bahkan ribuan. Setelah mereka lahir, mereka langsung menjadi besar dan dengan bentuk yang berbeda-beda.     

Aku melihat sangat luas, aku melihat segalanya. Aku melihat kilasan sebuah masa depan yang sangat jelas sekali. Bahwa yang kulihat seluruh bumi menggunakan sebuah alat canggih dan sesuatu yang sangat tidak aku mengerti mereka bepergian hanya tinggal menyebutkan namanya saja kemudian mereka sampai.     

Aku masih bingung terlalu banyak sekali sebuah berita yang aku serap dan banyak sekali sebuah penglihatan yang aku dapatkan.     

Anak ini bukan menutup mata batinku. Melainkan menggunakannya untuk dia bisa melihat semuanya.     

Aku berteriak karena aku mulai mendengarkan bisikan-bisikan yang sangat riuh di kepalaku.     

Aku tidak kuat. Ku rasakan hidungku basah.     

Astaga aku mimisan.     

Badanku menjadi lemas.     

R tidak menutup mata batinku melainkan memanfaatkan sebuah kesempatan untuk bisa melihat lebih jauh menggunakan mata batinku.     

Tak lama setelah aku hampir tak sadar. Telunjuk itu lepas dari dahiku.     

Aku terduduk bersandar di tembok, penglihatanku menjadi normal kembali ke tingakatn tiga dan aku melihat mereka berdua terjatuh kebelakang.     

Aku melihatnya samar-samar.     

Dan lagi-lagi aku melihat banyak sekali akar di seklilingku.     

Dan sudah pasti sangat jelas. Makhluk akat itu datang kembali.     

Bukan untuk mengambilku.     

Melainkan mengambil makhluk hitam besar itu. Dia menyedotnya dan membawanya masuk ke dalam sebuah lubang besar yang ada di lantai.     

R hanya terdiam dan bingung melihat makhluk hitam itu tersedot ke dalam lantai.     

Dia tidak bisa melihat makhluk akar itu. Dia hanya melihat makhluk hitam punyanya hilang tersedot lantai.     

Meskipun aku samar-samar melihatnya tapi aku tahu kejadian itu.     

Dia memegangi kepalanya dan menutup telinganya. Aku gak tahu apa yang sedang terjadi terhadapnya.     

Karena yang jelas aku sudah tidak bisa menahan berat mataku yang memaksa untuk menutup dan aku tidak sadarkan diri.     

--------------------     

Apa Yang Terjadi?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.