INDIGO

#Kemampuan Yang Menghilang



#Kemampuan Yang Menghilang

0Disaat Kita Termakan Oleh Kesombongan, Maka Semuanya akan jadi Percuma.     

------------------     

Aku terbangun saat merasakan tepukkan halus di pipiku.     

Kepalaku berat sekali, dan pusing.     

Ku buka mataku perlahan, dan silauan cahaya masuk ke dalam mataku.     

"Ejh, kamu gak papa?"     

Aku langsung menoleh kepada suara yang terdengar lirih di telingaku.     

Aku mengenalinya saat ini.     

"Andre, kenapa?"     

Aku benar-benar sudah membuka mataku saat ini.     

Ku melihat Andre duduk di sebelahku, sambil membawakan makanan.     

"Kamu gak papa, tadi malam pingsan di depan kamar 14. Aku yang nemuin kamu, makanya aku minta bantuan beberapa anak untuk bantu angkat kamu ke UKS!"     

"Hmmm pingsan!"     

"Iya, kamu gak inget tah?"     

Aku diam sejenak mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi semalam kepadaku.     

"Ejh?"     

"Bentar aku lagi mikir!?"     

"Oh, bengong sih!"     

Anehnya aku tidak ingat dengan apa yang terjadi semalam. Aku mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi semalam tapi masih tidak ingat juga dan nihil kosong pada intinya.     

"Makan dulu wes!"     

Dia menyodorkan makanan yang sudah dia bawakan kepadaku.     

Aku hanya memintanya untuk menaruh di tepi ranjang.     

"Aku nanti makan kok! Jam berapa Ndre?"     

"Hmmm, jam 12 siang. Kenapa?"     

"Ahh, masa e. Siang banget udahan!"     

"Udah kamu rehat ae, nanti kalo udah enakkan baru aktivitas!"     

"Yaaaaa"     

"Aku mau sholat dulu ya, bye. Nanti aku kesini lagi ok!"     

Aku hanya menganggukkan kepala saat Andre bergegas pergi meninggalkan ruangan ini.     

Ku pegangi kepalaku karena kurasakan sakit yang aneh. Pusing tapi beda dari pusing biasanya.     

Aku putuskan untuk bangkit dari tidurku dan mencoba dengan posisi duduk.     

Aku duduk dan ku sandarkan kepalaku ke dinding di belakangku.     

Sambil merenung apa yang sebenarnya terjadi tadi malam.     

Dan kenapa aku bisa pingsan di depan kamar 14.     

Aku hanya diam dan memejamkan mata sambil menaruh jari telunjukku di depan dahiku. Ku ketuk perlahan mungkin aku bisa ingat gitu.     

Di saat aku lagi bingung atau kepikiran sesuatu. Pasti aku melakukan hal barusan.     

Dan tiba-tiba jari telunjukku berubah menjadi dingin sekali saat aku sentuhkan pas di dahi tengahku.     

Dan detik itu pula, tiba-tiba kilasan memori seperti mimpi muncul di kepalaku. Terputar dengan sangat cepat.     

"Aaaaaaaaa"     

Aku berteriak saat aku melihat sebuah memori yang pada saat itu pandanganku menjadi sangat luas sekali dan aku bisa melihat segalanya.     

Dan akhirnya semua memori yang ku alami tadi malam sudah ku tahui semuanya. Semuanya dengan sangat jelas.     

Aku merinding saat ini. Mengingat kejadian semalam yang terjadi antara aku dan dia.     

Kejadian yang tidak ingin aku ulangi seumur hidupku.     

Dimana dia sekarang? Apakah dia sakit juga? Karena terakhir aku melihatnya, dia sedang terkapar menutup telinganya di lantai kamar 14.     

Apakah dia masih berada disitu?     

Aku langsung bangkit dan keluar dari UKS, memutuskan untuk pergi ke kamar 14.     

Berhubung UKS di lantai satu dan kamar 14 di lantai dua. Maka aku akan menaiki tangga, yang membuat tubuhku sekian lemas.     

Setelah sampai di lantai dua, tanpa pikir panjang aku langsung menuju ke lorong kanan untuk menemuinya di kamar 14.     

Tidak ada perasaanku sakit hati padanya ataupun mau marah dengannya. Karena kurasakan tidak ada gunanya juga menyimpan dendam padanya.     

Ku buka kamar 14 dan ku melihat ada salah satu anak tidur di ranjang dengan memakai selimut sekujur tubuh.     

Hmmm mungkin itu dia....     

Aku berjalan masuk ke kamar dan mendekati seseorang yang memakai selimut berwarna hijau polkadot.     

"Eh, kak bangun, aku mau ngomong penting!"     

Aku mencoba membangunkan dia dengan halus. Tapi dia tidak berkutik sedikitpun.     

Ku coba yang kedua dengan agak tidak halus.     

Tapi dia juga tidak bangun, karena menurutku ini terlalu lama.     

Akhirnya aku langsung membuka selimut yang menutupi wajahnya dengan paksa.     

"Erggghhhh"     

Dia mengerang saat aku tarik selimutnya.     

Dan saat aku sudah berhasil membuka selimut itu.     

Ternyata yang berada di balik selimut itu bukanlah dia, bukanlah yang aku cari saat ini.     

Melainkan, teman sekelasku sendiri yaitu Abi.     

Aku langsung beranjak untuk keluar kamar dan menuju ke ruang makan.     

Dengan jalan yang masih belum stabil dan masih sempoyongan, aku sekarang sudah sampai dapur. Tetapi tidak ada juga disini.     

Lalu dimanakah dia.     

"Yudi, kamu tahu kak R gak dimana?"     

"Ah, tadi pagi dia lagi ngobrol gitu sama pembina disini. Tapi tadi pagi terakhir kali lihatnya!"     

Seru Yudi.     

"Ok thank u Yud!"     

Aku langsung bergegas menuju ke arah tempat ibadah.     

"Eh Ejh mau kemana?"     

"Mau ke tempat ibadah Ndre"     

Aku berjalan lurus terus tanpa melihat ke arahnya.     

Tapi kemudian aku mendengar suara tapak kaki lari dari belakang.     

Pasti Andre.     

"Aku temani ya"     

"Sudah ku duga!"     

Aku melihat Andre tertawa terbahak-bahak waktu aku bilang seperti itu.     

Aku berjalan di gandeng oleh Andre menuju ke tempat di ibadah. Berhubung dari dapur menuju ke tempat ibadah lumayan lama, ya sekitar tujuh menitan lah. Bagi ku itu lama karena aku sedang kurang Fit aja.     

"HEI!"     

Spontan aku langsung menoleh ke arah sumber suara itu di saat ada yang manggil dengan sebutan  "Hei".     

Aku melihatnya di seberang jalan dari jalan menuju ke tempat ibadah. Ya, dia yang kumaksud adalah R.     

"Ndre tunggu aku disini ya!"     

"Eh mau kemana e?"     

"Bentar nemuin kaka itu dulu!"     

Sambil ku tunjuk ke arah R.     

Andre hanya menganggukkan kepala mengiyakan balasanku.     

Perasaanku campur aduk rasanya, saat aku mendekatinya.     

Dia menatapku tajam dan tanpa senyum keluar dari simpul bibirnya...     

"Dengarkan Aku Baik-Baik!!!!"     

Aku hanya menganggukkan kepala mengiyakan apa yang dia maksud.     

"JANGAN SEBUTKAN NAMAKU PADA SIAPAPUN! KALAU KAMU MELAKUKANNYA MAKA AKU AKAN MENCARIMU DETIK ITU JUGA!!"     

Tak lama setelah itu, dia pergi meninggalkanku yang sedang terpaku di hadapannya.     

Buuughhhh     

Dia menabrak pundakku dengan keras.  Dan saat itu juga, aku bisa merasakan perasaannya dan memorinya.     

Loh kok aneh, bukannya harusnya aku gak bisa ya. Lihat ke orang yang sama seperti ku.     

Tapi kok barusan dia nabrak aku dengan langsung aku bisa melihatnya dan membacanya.     

Apakah tadi malam dia kehilangan kemampuan nya?     

Atau apa?     

Aku langsung berbalik dan melihat ke arah Andre yang menemaniku dan melihat kejadian itu juga barusan. Dia hanya mengangkat bahunya sambil memberikan ekspresi yang gak jelas.     

Apakah aku harus datang kepadanya lagi? Atau gimana?     

Pada siang itu kuputuskan untuk aku ibadah terlebih dahulu. Setelah ibadah aku mengecek seluruh asrama,  dia sudah tidak ada juga di asrama dan seluruh tempat yang ada di area sekolah ini.     

Dia menghilang.     

Menghilang tanpa jejak yang tidak bisa ku baca.     

Dimanakah dia?...     

--------------------     

Dia Mengambil keputusan yang tepat baginya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.