INDIGO

#Hutan Terlarang



#Hutan Terlarang

0Mengikuti Namun Bukan Terikuti     

------------------     

Aku di bonceng Zahid Dan mereka berdua ada di depan, Kita membuntuti di belakang.     

Anehnya adalah jalan yang kita lewati tidak sama dengan waktu berangkat tadi.     

Jalan dan suasana nya lebih sepi.     

"Hid ini lewat mana?"     

Aku bertanya pada Zahid.     

"Ini lewat jalan tapak panjang kak, jadi lewat hutan panjang juga nantinya!"     

Nah kan sudah ku duga. Aku paling anti kalau lewat hutan-hutan.     

Karena pasti banyak dari 'Mereka' yang akan buntuti, ganggu dan minta tolong. Dan ini pasti...     

Disaat sudah mulai memasuki kawasan Hutan, aku melihat sebuah Gapura yang menandakan bahwa ini sudah mulai memasuki kawasan Hutan.     

Di sepanjang perjalanan aku hanya diam, karena sudah mulai 'Mereka' merasakan kehadiranku. Beberapa sudah ada yang hanya diam di tengah jalan. Ada yang di pinggir jalan melihatku dengan muka melasnya.     

Ada yang di pohon, dan masih banyak lagi. Kebanyakan 'Mereka' adalah roh dari manusia yang meninggal dan belum menemukan jalannya.     

Perumahan udah sepi, dan sekarang penuh dengan pohon tinggi, lampu hanya berbekal dari sepeda motor. Jalan yang hanya bisa di lalui oleh satu motor saja.     

Suasana semakin dingin dan berkabut, dingin bukan dari masalah dinginnya malam. Melainkan dingin karena hawa dari 'Mereka' semua.     

"Masih jauh Hid?"     

"Iya kak, kira-kira lima belas menitan baru keluar dari hutan ini!?"     

"Lima belas menitan!?"     

Jawabku kaget.     

Astaga masih lama sekali     

"Tenang kak, memang masku yang di depan itu suka sekali kalau kayak uji nyali!"     

Tenang gundulmu...     

Aku kesal dalam hati. Karena kalau memang ini mau uji nyali, ya gak tepat banget. Karena itu membutuhkan energi yang super duper banyak.     

Sedangkan aku udah lelah karena kejadian yang tadi itu. Kejadian yang masih gak jelas yang membuatku masih bertanya-tanya juga.     

Di satu tempat aku merasakan dingin yang sangat luar biasa. Dingin yang tidak biasa juga.     

Aku pejamkan mataku dan melihat jauh ke sekitarku.     

Dan aku terkejut di saat aku melihat semuanya berkumpul dan mengikuti kami berempat.     

Semuanya berkumpul. Semuanya...     

"Tolong aku!!"     

Aku langsung membuka mataku dan melihat sosok perempuan berada di tengah jalan dengan sebuah ikatan di lehernya.     

Aduh apalagi ini, aku gak bakalan tanggepin lagi.     

"Aku mohon!"     

Tak lama setelah dia bilang kalimat terakhir.     

Motor yang ku naiki dengan Zahid menembusnya, dia yang berada di tengah jalan.     

Dan anehnya saat aku dan Zahid menembusnya, lampu motor tiba-tiba mati sebentar dan nyala lagi.     

"Ihh kaget aku kak!!"     

Ujar Zahid     

Aku juga merasakan ada yang aneh waktu menembusnya.     

Dia Jin.     

Astaga, udah salah nih. Berurusan sama jin.     

Rasa dingin itu masih merasuk ke tubuhku.     

"Berhenti!"     

Aku menoleh ke sekeliling, karena suara sosok perempuan itu tadi memintaku untuk berhenti.     

Aku hanya diam, dan tidak mengambil tindakan apapun.     

"Ahhhhh"     

Aku mengerang dan menggeliat ke belakang, motor yang ku tumpangi juga ikut oleng sesaat.     

Kurasakan perih pada punggungku.     

"Kak Ada apa?"     

Zahid bertanya panik.     

"Hid, jalan terus ya jangan berhenti kalai belum sampai rumah!"     

"Iya kak!"     

Kami berempat belum keluar dari hutan, masih lima menitan lagi.     

Dingin yang merasuk tubuhku belum kunjung reda.     

Sosok perempuan yang lehernya terikat sesuatu itu muncul kembali di seberang jalan.     

Ku membuat kontak mata denganya.     

Dan wujud aslinya pun terlihat.     

Sekujur badannya basah dari atas sampai bawah. Kulitnya pucat dan mengelupas dari badannya. Air terus mengucur dari tubuhnya.     

"Berhentilah, tolong aku!"     

Aku hanya diam waktu melewatinya lagi.     

Terlihat di depan sudah ada sebuah gapura, yang menandakan kita sudah hampir keluar dari hutan ini.     

"Ahhh"     

Kurasakan hal yang sama pada punggungku lagi, dan rasanya hampir sama pada saat 'Makhluk Akar' itu melukai ku.     

Apakah dia ada disini?...     

Atau ini ulah sosok perempuan itu.     

Aku sedikit lega, waktu melewati gapura. Karena sudah mulai banyak lagi perkampungan.     

Tapi rasa sakit di punggungku tidak bisa di bohongin.     

Aku menegakkan tubuhku untuk mengurangi rasa sakit pada saat tergesek oleh kaos ku.     

Sudah pasti punggungku terluka.     

Saat melewati persawahan panjang, kurasakan dingin lagi tubuhku menjalar dari kaki ke seluruh badan.     

Tak lama kemudian, sosok perempuan terikat lehernya itu muncul kembali di seberang persawahan sambil melihatku tajam.     

Dia tidak mengungkapkan kalimat apapun.     

Melainkan hanya menatapku dengan tajam.     

Di setiap jalan dia selalu ada, dan menampakkan wujudnya di setiap perjalanan ku.     

Apakah dia benar-benar mengikutiku sampai di rumah?     

"Hid masih lama?"     

"Bentar lagi kak, bentar ya!"     

Zahid menjawab dengan agak panik, karena dia juga pasti sudah tahu bahwa ada yang tidak beres.     

Dia mengegas motor dengan agak kencang.     

"Masss ayoo balekkk!!cepetannn!!"     

Zahid berteriak sambil menyalip kedua masnya.     

Aku hanya diam dan semakin lemas.     

Aku sekarang menyandarkan diri ke punggung Zahid. Karena badanku seperti kehilangan tenaga alias energi ku terkuras habis.     

"Kak sudah sampai!"     

Zahid mematikan motornya.     

Aku turun dari motor, dan meminta untuk Zahid mengecek punggungku.     

"Kak ayo wes masuk ke dalam!"     

Aku hanya menganggukkan kepala menurutinya.     

Dan tak sengaja aku melihat sosok perempuan itu juga sudah ada di balkon lantai dua di depan pintu.     

Aduhhh, sumpah ngapain sih dia ini.     

"Hid tunggu di bawah ya, kaka mau ke atas dulu!"     

Zahid mengerti kode yang ku berikan.     

Tanpa pikir panjang aku naik ke atas dan menemuinya.     

Ku buka pintu perlahan dan dia sudah berada tepat di depanku.     

"Ada apa?"     

"Tolong lepaskan ikatan ini!"     

Jawabnya pelan     

Aku sebenarnya jijik sekali dengan pemandangan yang ku lihat di depanku saat ini.     

Wajah yang basah dan kulit yang mengelupas di wajahnya, dengan bentuk abstrak yang membuatku mual...     

Kulihat lilitan sebuah tanaman air yang sudah mengering yang terikat di lehernya dengan erat.     

Tidak salah lagi, dia meninggal karena di santet.     

Karena ini adalah tumbuhan enceng gondok yang sudah kering.     

Ku ambil gunting yang berada di tasku. Dan mendekati nya perlahan.     

Ku mencoba melepaskan ikatan itu dengan gunting.     

Karena saat ku coba dengan tanganku   ku tak kuat untuk membukanya.     

Ihhhh suara germercit yang membuat ku mual lagi, dan dari mulutnya keluar onggokan air cokelat kental yang membasahi tanganku.     

Ewww aku membuat ekspresi muntah beberapa kali. Karena aku benar-benar mau muntah.     

Wajah dan badanya mirip dengan Zombie.     

Huhhhh setelah dengan susah payah aku mencoba melepaskan, akhirnya ikatan itu lepas dari lehernya.     

Tak lama setelah itu, dia tersenyum kepadaku dan memudar di hadapanku.     

Memudar dan hilang.     

Dia sudah damai di tempatnya.     

Aku berdoa sejenak untuknya.     

Aku langsung terduduk di tempat ku berdiri, badanku lemas sekali.     

"Ejh, bertahan lah!"     

Suara itu muncul lagi di kepalaku. Bersama terpejamnya mataku.     

.     

Siapa dia sebenarnya.     

.     

.     

.     

--------------------     

Ramalan Akan datang Untukmu     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.