INDIGO

#Mengendalikan Hujan



#Mengendalikan Hujan

0Percaya Adalah sebuah Iman Yang kuat Di Dalam Diri.     

----------------------     

Aku terbangun saat mendengar bunyi alarm handphone ku berdering dengan keras di sebelah telingaku.     

Ku sipitkan mataku, saat seberkas cahaya silau mamaksa masuk ke mataku.     

"Kak Ejh, Zahid ayo turun makan. Bunda tunggu ya!"     

Teriak lembut bunda dari balik pintu.     

Aku bangun dan langsung mengambil handuk untuk mandi. Ku melihat Zahid dan anak itu masih tertidur pulas di ranjang. Anak itu yang kumaksud adalah masnya Zahid yang Kedua itu sebutanku.     

Karena sampai pagi ini aku juga belum tahu namanya siapa.     

Aku tidak ingat semalam aku ngapain aja, kok tiba-tiba aku bangun sudah berada di ranjang.     

Aku tinggalkan mereka berdua dan langsung turun untuk bergegas mandi terlebih dahulu.     

"Loh, kak gak makan dulu? Ayo makan dulu baru mandi!"     

Seru Bunda yang melihatku berjalan menuruni tangga.     

"Aduh bun, harus mandi dulu hehe, agar bersih semua. Baru makan heheh"     

Ku balas dengan sambil tertawa kepada bunda.     

"Ellen, Gerry dimana bun?"     

"Mereka udah berangkat sekolah kak. Oh iya nanti kak Ejh sama Zahid mau pergi mantai kan!"     

Tanya bunda antusias     

"Iya bun hehe"     

"Ya udah mandi dulu sana, habis ini makan bareng sama bunda ya"     

"Ok Bunda"     

Aku langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandi.     

"Ahhh"     

Aku terkejut dan memundurkan diri ke belakang saat ku buka pintu kamar mandi, tiba-tiba sosok anak kecil melompat menembus ke arahku.     

"Kenapa kak Ejh!!!"     

Tanya bunda kaget     

"Ahh gak papa bun, ada kecoa item lewat"     

Ngeles aku     

"Ohhh kak Ejh takut sama kecoa hehe"     

Hmmm gak takut sama hewanya bun, cuma memang kelakuan anak kecil gak tahu sopan santun jadinya kayak gitu hehe.     

Ya mau gimana lagi hidup berdampingan, salalu ada plus dan minusnya. Dan kabar buruknya adalah aku tipe orang yang kagetan dalam apapun.     

Mangkanya selalu antisipasi agar gak kena jantungan ini... Heheh     

Aku mandi gak usah ku tulis. Heheh canda.     

Habis mandi aku langsung naik kamar untuk ganti pakaian.     

Rasa perih di punggungku masih kurasakan setelah aku mandi.     

Zahid dimana?     

Kok gak ada di kamar.     

Aku berjalan menuju ke arah kaca, untuk melihat luka gores di punggung ku.     

Hmmm lumayan panjang dan ya cuma perih, untungnya gak terlalu dalam.     

Ku ambil handbody dan ku usapkan di punggungku, ya agar menghilangkan sedikit rasa perihny.     

Mantai pake baju apa ya?     

Aku membeku saat kurasa ada yang memperhatikan aku dari luar jendela.     

Kulirik sebentar, ada dua anak kecil yang sedang memperhatikan aku  ganti baju.     

Mereka berdua cuma melihatku diam. Ekspresi diamnya itu yang membuatku gak nyaman malahan. Diam melihat, dengan pandangan kosong.     

Aku tak pedulikan mereka dan fokus untuk berganti pakaian.     

Setelah aku selesai aku langsung bersiap untuk turun, menikmati sarapan pagi.     

Kututup pintu, dan gak sengaja waktu aku hendak menutup pintu aku melihat bayangan hitam besar di belakang dua anak kecil tadi.     

Ku coba buka lagi sebentar dan melihatnya, tetapi bayangan hitam besar itu sudah tidak ada.     

Hmmm aneh     

Aku langsung turun menuju dapur.     

"Loh kamu udah disini?"     

Kutanyakan itu pada Zahid     

"Haha iya kak, ayo sarapan!"     

"Yaya"     

Aku, bunda, Zahid dan Bapak sarapan bersama di dapur.     

Dana lagi-lagi aku tidak berani untuk menatap mata bapak. Orangnya serem bapaknya Zahid. Dan orangnya juga punya kelebihan dalam dirinya.     

Kalau memang udah kenal, ya gak takut sebenarnya karena orangnya baik. Dan aku rasa orangnya juga sangat bijaksana dalam bertutur kata dan dalam wejangan-wejangan yang di berikan pada Zahid.     

Setelah selesai sarapan, aku dan Zahid pun bersiap untuk berangkat ke Pantai Teleng Ria. Salah satu pantai Indah yang ada di Pacitan. Ini masih satu, belum ke 22 lainnya.     

Sudah sangat lama, aku tidak mendapatkan Vitamin Sea. Hehe jadi ya gak sabar gitu untuk segera sampai ke Pantai ini.     

Semua persiapan udah ku bawa Helm, tas, tongkat selfie, uang saku dan udah itu cukup aku rasa.     

Aku dan Zahid pun berangkat.     

Di tengah-tengah perjalanan, tiba-tiba gerimis hmmm ini nih yang bikin gak mood.     

Semoga saja gak hujan deras, karena kalau bujan deras aku dan Zahid akan basah semua dan tidak menikmati momen ini dong.     

Kondisi masih gerimis, tapi kalau gerimis konsisten gini ya sama aja bisa basah semua.     

Aku sebenarnya ada sebuah kelebihan lagi yang belum aku ceritakan. Percaya gak percaya, aku bisa mengendalikan hujan dan angin.     

Memang pemikiran akal sehat pasti gak mungkin, nah itu adalah hal pertama yang di katakan banyak temanku juga. Tapi aku cuma mau sekedar membagi cerita.     

Hmmm ceritanya panjang. Percaya nggaknya kamu aku tidak peduli, karena gak ada bukti kalau aku ingin menunjukkannya. Tapi itu semua aku rasakan dengan nyata.     

Di saat aku masih SMP aku dulu pernah membuat main hujan. Dalam artian hujan datang deras dan dengan nalarku aku minta hujan untuk berhenti kemudian aku menghentakkan kakiku ke tanah tiga kali, alhasil hujan itu berhenti dalam hitungan menit. Karena aku gak percaya, aku mencobanya kembali dengan meminta hujan turun lagi dengan nalar dan menghentakkan kaki ku ke tanah tiga kali. Dan sumpah aku beneran gak percaya bahwa hujan itu turun dalam waktu beberapa menit. Aku ulangi itu banyak kali hingga akhirnya aku kena batunya.     

Aku hampir tersambar petir waktu itu, cuma menghitung dua langkah kaki saja aku sudah terkena petir itu. Karena aku merasa bahwa itu sebuah tanda bahwa aku harus berhenti bermain, akhirnya aku akhiri itu dan besoknya aku sakit parah dirumah.     

Sembuhnya pun agak lama, dengan penyakit yang aneh. Yaitu aku muntah air terus.     

Dan sejak dari itu tidak pernah aku  ulangi sampai aku di SMA.     

Pada waktu aku di SMA, aku ulangi itu karena modal iseng. Aku pengen aja buktiin ke temen aku bahwa aku bisa menghentikan hujan Turun. Waktu itu aku gak berpikir panjang, karena aku udah lama gak mencobanya dan mencobanya waktu pas temenku nantang aku.     

Pada akhirnya aku melakukan hal yang sama, aku berada di tempat yang agak luas. Temanku berteduh di depan ku.     

Kemudian aku melakukan hal yang sama. Ku rentangkan tanganmu ke samping kanan dan kiri, kemudian aku nalar bahwa aku ingin hujan ini berhenti. Setelah itu aku hentakkan kakiku tiga kali dan ku menunggu beberapa menit hujan itu benar-benar reda. Temanku yang melihat masih belum percaya. Dia memintaku untuk mendatangkannya kembali.     

Tahu kan kalau orang udah tertantang ya pasti akan kuturuti.     

Akhirnya aku melakukan hal yang sama, dan hujan pun datang.     

Di situlah dia benar-benar percaya bahwa itu karenaku.     

Itu kisahku waktu dulu, untuk hujan. Belum angin. Aku nanti akan buatkan sendiri bab khusus penjelasan itu.     

Bantu ingatkan aku untuk membuat bab khusus untuk itu.     

Karena sampai saat ini aku juga bingung, kenapa aku bisa melalukan hal tersebut. Benar-benar bingung, mengapa aku bisa melakukan hal tersebut. Jauh dalam lubuk hatiku, aku sangat takut akan hal yang berlebihan seperti ini.     

Dan yang benar saja, yang tadinya gerimis, sekarang berubah menjadi deras. Karena aku kental sekali dengan adat Jawa jadi aku percayai aja apa yang akan ku lakukan setelah ini...     

"Kak ujan deres, neduh dulu atau terus!?"     

"Terus aja Hid!"     

.     

.     

.     

Ku rentangkan Tanganku dan...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.