INDIGO

#Siapa?



#Siapa?

0Kamu tidak pernah tahu, siapa yang mengikuti kamu, sampai kamu benar-benar tahu     

--------------------     

Berhubung ini sekarang sudah mulai mendekati hari liburan. Aku memutuskan untuk menghabiskan liburanku di Pacitan.     

Sebenarnya aku ingin juga menghabiskan liburanku di rumah, di Kediri. Tetapi Ibu angkatku memintaku untuk, ya setidak nya sesekali main lah Ke Pacitan. Toh aku juga belum pernah bepergian jauh dari dulu. Jadi aku rasa Pacitan ini adalah kota kedua yang aku kunjungi setelah rumahku yang di Kediri.     

Aku sudah meminta izin keluargaku untuk pergi ke Pacitan. Dan mereka juga mengizinkan. Karena mereka tahu aku juga tidak berangkat sendirian nantinya, jadi keluargaku setidaknya bisa tenang.     

Aku bersama Zahid, adek angkatku yang sudah aku anggap seperti adek kandungku sendiri.     

Tapi sebelum pergi ke Pacitan, aku harus pergi ke Jombang dulu untuk mengunjungi sekaligus menjemput nya. Karena dia yang tahu arah tujuan ke Pacitan. Hehehe. Maklum belum pernah main jauh jadi ya agak gimana gitu.     

Zahid bersekolah di Jombang, dia anak Pondokan dan pastinya dia Muslim. Kakak perempuannya juga ada di Jombang, namanya Nabila. Jadi Nabila juga adek aku yang jarak umurnya gak jauh beda dariku. Cuma beda setahun.     

Dari Kandangan menuju Jombang membutuhkan waktu, kurang lebih satu setengah jam.     

***     

Setelah sampai di Jombang, aku naik angkot untuk bisa menuju ke pondok nya Zahid.     

Baru aku WA Zahid mau kasih info kalau rasanya aku udah sampai. Ternyata Zahid sudah menungguku di depan Alfamart.     

Aku keluar Dari angkot dan menenteng tas bawaanku dan menghampirinya.     

"Halo kak, gimana kabarnya?"     

Sapa Zahid sambil Salim mencium tanganku.     

"Baik hehe, gimana kamu?"     

"Allhamdulillah baik kak"     

"Kak ayo makan, pasti kaka laper!"     

Sambil mengajakku menepi di depan Alfamart.     

"Ok ok"     

Kami berdua berjalan menyeberangi jalan Raya, untuk mengunjungi rumah makan dekat jalan.     

Katanya sih itu tempat favorit nya dia. Jadi aku juga mau nyoba makanan kesukaannya.     

Lalapan Ayam.     

Pas banget, ini juga makanan favorit aku.     

Aku duduk manis menunggu pesanan, Zahid yang malah sibuk memesan makanan.     

Banyak anak berhijab dan berpakaian tertutup mengantri juga di sini. Rame juga tempat ini.     

Tidak menunggu terlalu lama, pesanan kami sudah datang.     

Lalapan ayam.     

Makan dulu ya.     

***     

Usai dengan semuanya, aku dan Zahid bergegas menuju pondok tempatnya Zahid. Jadi aku akan bermalam di pondoknya Zahid malam ini. Besok pagi baru berangkat menuju Pacitan.     

Tempatnya sangatlah tenang, orangnya ramah-ramah. Aku berjalan bersama Zahid, di sebuah gang yang jika melihat lurus ke depan di ujung sudah terlihat dengan jelas gerbang dari pondok pesantren ini.     

Ku melihat tulisan Arab di mana-mana. Di atas gerbang besar yang akan ku lewati pun juga sudah terpampang.     

Aku dan Zahid terus berjalan, hingga pada akhirnya kami berdua melewati gerbang yang kumaksud barusan.     

Pada waktu setelah melewati gerbang itu, suasana, hawa, atau aura nya sudah berbeda. Sangat berbeda.     

Tidak pernah aku rasakan aura atau suasana ini sebelumnya.     

"Wow"     

Aku menarik nafas dalam-dalam dan kemudian mengeluarkannya.     

"Kenapa kak?"     

Zahid langsung bertanya kepadaku.     

"Hmmm, gak papa. Kakak cuma merasa ada sesuatu hal yang berbeda disini. Hmmm berbeda nya kakak masih belum tahu. Apakah positif atau negatif"     

Aku jelaskan padanya apa yang kurasa.     

Dia hanya menganggukkan kepalanya seolah mengerti apa yang ku maksud.     

Kumelihat lapangan luas dan kami berjalan di tepi lapangan ini.     

Agak sepi, atau mungkin mereka mau pada sholat. Karena sebentar lagi juga maghrib.     

"Lewat sini kak"     

Zahid mengajakku melewati jalan setapak kecil. Jalan ini mengarahkan kami menuju tempat dimana Zahid tidur.     

Banyak sekali anak laki-laki dari berbagai usia yang sedang berkumpul di teras rumah.     

Aku rasa di setiap ruangan yang ada disini adalah kamar mereka.     

Mereka melihat ke arahku dengan tatapan.     

Siapakah dia?     

Ada juga yang beberapa hanya cuek dan melanjutkan ngaji nya.     

"Kakak maaf ya tempatnya berantakan"     

Sambil membuka pintu dan mempersilahkan untuk aku masuk ke kamar, menaruh barang bawaanku.     

"Ealah ndak papa, biasa aja. Kaka orangnya santai kok"     

Sambil ku menaruh barang bawaanku.     

Zahid bercerita bahwa kamar yang aku tempati sekarang adalah kamar khusus untuk para pembina di Pondok ini. Jadi yang lainnya ya bisa satu kamar di isi dengan 10-15 an anak. Nah kalau di kamar ini cuma, ada empat orang saja. Termasuk aku.     

Yang pertama ada kaka paling tua, yang kedua kaka yang lebih agak muda, dan yang ketiga adalah Zahid sendiri. Yang ke empat ya pasti aku.     

Di sini, mereka memilik peliharaan yaitu kucing. Kucing aja spesial karena bisa di ajak untuk tidur bareng.     

Sambil aku duduk, aku melihat seisi dari kamar ini.     

Banyak barang antik disini. Seperti kaligrafi tulisan arab yang di buat dari kayu dan dijadikan menjadi jam dinding.     

"Hid, kaka mau mandi rasanya"     

Aku ngobrol sambil mencari alat mandiku di dalam tas.     

"Oh, mandi aja kak gak papa. Aku tungguin kaka di luar ya pintu ya"     

"Kamu mau nemani kaka?"     

"Ya gak papa kak"     

Dari pada debat jadi aku iyakan aja permintaannya.     

Setelah siap, aku berangkat bersama Zahid menuju ke toilet umum di Pondok ini.     

Banyak toiletnya tapi Zahid bilang yang layak di gunakan adalah toilet yang nomor 7.     

"Aku tunggu sini ya ka!"     

Sambil duduk di depan pintu toilet. Nggak depan nya pas, ya ada jaraknya heheh.     

Saat aku mandi, ada yang aneh.     

Yang pertama lampunya nggak bisa nyala. Dan cahaya yang masuk hanya dari sinar sang rembulan, melalui celah-celah. Jadi aku menggunakan Flash handphone aku untuk penerangan saat mandi.     

Hmmmmm     

Aku menoleh ke lubang tempat keluar masuknya angin dari toilet ini. Nama lainnya ya ventilasi udara lah.     

Aku menoleh karena mendengar gumamam sesaat di luar toilet.     

Tapi aku tidak pedulikan hal itu. Mungkin teman-teman pondoknya Zahid, Jadi ku lanjutkan untuk mandi.     

Tapi rasa penasaran itu selalu membuatku gemas, jikalau hanya diam itu bukan aku.     

Jadi ku putuskan untuk mengintip ke sela-sela ventilasi udara yang berada di samping kiriku.     

Ku dekatkan mataku ke salah satu lubang dan mengintip keluar.     

Di sebelah toilet ini ternyata langsung sungai lebar yang tenang.     

Gak ada apa-apa.     

Srekkk     

Yang tadinya aku udah mau mandi, tapi langsung kembali menuju lubang yang tadi aku gunakan untuk melihat.     

Sekilas aku melihat bayangan hitam besar lewat.     

Aku mundurkan kepalaku dengan cepat.     

Dan kemudian aku mencoba mendekat untuk melihat lagi di lubang itu.     

Sreeeekkk     

Aku mundur lagi, karena bayangan yang sebelumnya aku lihat tadi. Dia lewat lagi dengan arah yang berbeda, cuma agak lebih cepat.     

Aku hanya bergumam dalam hati, apakah itu?.     

Aku mencoba melihat lagi ke lubang yang sama.     

"AAAAAAAAHHHHH!!!"     

Aku langsung berteriak dan terjatuh ke dalam bak mandi, karena aku terkejut dengan sepasang mata besar berwarna merah yang menangis darah melotot di lubang yang sama.     

Aku terjebur di dalam bak mandi yang berada di belakangku.     

Kucoba untuk bangkit dan berdiri. Tetapi ada sesuatu yang menahanku, menekan kepalaku hingga aku tidak bisa keluar dari bak mandi ini. Aku mencoba teriak tapi percuma... Karena aku di dalam airpun aku bisa apa?     

Nafas ku semakin menipis, aku tidak bisa menahan terlalu lama berada di dalam bak mandi ini dengan air penuh dan kran yang menyala. Aku mencoba bangkit tapi, usahaku sia-sia.     

Aku meminum banyak air, kepalaku sudah sangat pusing...tenagaku pun sudah tidak ada lagi, seluruh tubuhku lemas.     

Tangan,     

Ada tangan yang memegang leherku.     

Dia bukan mencekik ku.     

Melainkan menarikku dari dalam air.     

Dia menarikku dengan paksa, hingga akhirnya aku keluar dari bak mandi dengan nafas yang tersenggal-senggal.     

Aku berlutut di sebelah bak mandi, sambil batuk-batuk.     

Mengatur nafas dan mencoba untuk tenang.     

Aku masih belum bisa berdiri. Badanku masih terkulai lemas.     

Aku melihat sekeliling, loh kok gak ada orang sama sekali?     

Terus yang narik aku siapa, narik aku keluar dari bak mandi?     

Dengan sekuat tenaga, aku bangkit dan keluar dari kamar mandi.     

"Loh, kak kok bajunya basah?"     

Zahid bertanya padaku sambil bingung.     

"Ayo balik dulu ke kamar, kaka Mau ganti"     

Aku hanya membalasnya singkat dan berjalan dengan cepat.     

--------------------     

Aku rasa aku ceritakan ini dulu, karena kejadian yang selanjutnya lebih panjang dan melelahkan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.