INDIGO

#Sosok Asih



#Sosok Asih

0Hidup adalah Pengabdian Semata     

--------------------     

Tapi sekarang keadaannya berbeda, aku berada di motor dan gak mungkin aku minta berhenti terlebih dahulu atau aku juga melompat. No.     

Jadi aku lakukan ini di saat aku sedang naik motor.     

Ku pejamkan mataku, dan kurentangkan tanganku ke samping kanan dan kiri. Semoga sepi jalanan, kalau rame bisa beda ceritanya.     

Aku berfokus pada tetesan hujan yang membasahi tanganku.     

Dan dalam hati aku meminta     

"Udan Mandekko!"     

Ku ungkapkan dengan bahasa Jawa.     

Dan ku ulangi sebanyak tujuh belas kali.     

Dengan penekanan di setiap perkataannya.     

Tak lama kemudian hanya senggang tiga menitan, hujan tidak lagi turun. Dan yang tadinya cuaca mendung sekali, tiba-tiba matahari muncul.     

Sumpah aku gak tahu bagaimana menjelaskannya.     

Sampai saat ini aku juga belum tahu apakah itu karena ulahku atau itu memang sebuah kebetulan. Aku benar-benar belum tahu itu...     

Tetapi percaya gak percaya aku percaya dengan apa yang aku lakukan. Intinya memang mustahil tapi dari diri pribadi aku mempercayainya.     

Aku berterimakasih kepada Tuhan, bahwa ya setidaknya aku memiliki yang tidak banyak orang miliki dan percayai.     

"Terang kak, kok bisa haha!"     

"Wes lanjut bae!"     

Selama perjalanan yang kita lewati pasti basah. Karena hujan baru saja membasahinya.     

Perjalanan yang aku tempuh dan Zahid lumayan lama hampir satu jam an. Tapi gak sampe satu jam.     

Mungkin empat puluh lima menitan.     

Akhirnya aku dan Zahid sampai di tempatnya.     

"Wow Gila sumpah!!!"     

Aku berjalan menuju ke ujung bukit untuk melihat pemandangan Pantai dari atas bukit atau gunung aku gak tahu. Yang jelas ini sangat sangat Indah banget. Luar biasa.     

Memang kita gak di pantai nya langsung, tadi Zahid menawarkan sebelum ke pantainya kita akan melihat dari atasnya dulu.     

Sumpah keren banget gak pake bohong.     

Dan yang paling kerennya lagi. Aku melihat sebuah gerbang tinggi yang menjulang ke langit berwarna emas di tengah-tengah pantai itu.     

Apakah itu sebuah istana? Atau kerajaan dari pantai Selatan?     

Atau itu lainnya.     

Aku tidak tahu pasti, karena ini terlihat dari jauh. Gerbang itu sangatlah tinggi dan seperti istana di atas awan. Karena itu beneran sampai menjulang ke atas awan.     

Aku berselfie, niat ingin bahwa gerbang itu kelihatan. Tapi ya gak mungkin. Karena yang bisa lihat ya hanya orang-orang tertentu saja. Kok aneh gue.     

Ini saja dari jauh bener-bener indahnya minta ampun. Gimana kalau aku mendekat ke arah pantai nya.     

Karena dari dulu aku ingin sekali pergi ke pantai yang konon orang bilang bahwa kita tidak boleh memakai baju warna hijau. Karena nanti bisa hanyut di bawa oleh Ratu  Pantai Selatan. Aku gak tahu apakah  itu benar adanya atau hanya sebuah cerita.     

Tetapi aku percaya akan hal itu, karena sekarang aku melihat sendiri tempat yang sangat megah dan luar biasa ini. Apakah itu benar-benar bisa di kunjungi?     

Aku berpikir terlalu jauh akan hal itu.     

Tapi ya gak papa, namanya refreshing.     

"Kak, kenapa e senyum-senyum sendiri!?"     

"Gak papa Hid, lagi seneng aja"     

Ngomong-ngomong karcisnya cuma yaitu tiga ribu rupiah.     

Karena ini belum benar-benar di aplikasikan, masih banyak tempat yang masih dalam proyek pembangunan.     

Aku dan Zahid duduk di sebuah gubuk di tepi jurang. Tapi aman kok.     

Memang di depan, samping area sini adalah jurang. Disini gak ada tempat wisata lainnya, ataupun tempat yang bisa di kunjungi. Karena disini tempat khusus untuk kalau ingin melihat pemandangan yang sangat super duper bagusnya.     

Dan di gubuk ini aku dan Zahid gak sendirian. Karena ada juga disini dari 'Mereka' yang sekarang duduk bersandingan di sebelah Zahid.     

"Hid, di sebelahmu ada cewek!"     

"Hahh yang bener kak? Siapa namanya?"     

"Asih!"     

Aku sudah biasa kalau ngobrol sama Zahid mengenai 'Mereka' karena Zahid juga sudah mengetahui bahwa aku bisa melihat yang tak kasat mata.     

Jadi salah satu orang yang enak aku ajak ngobrol untuk kelebihanku ya salah satunya Zahid.     

Karena orang pertama adalah dia.     

"Awan"     

Yang sampai sekarang tidak tahu entah kemana...     

"Hid, dia suka sama kamu!"     

"Ahh apaan sih kak! Serem namanya Asih kayak yang di film horror gitu!?"     

"Hahaha, dia baik kok gak ganggu!"     

"Ya tapi kan sama aja, ngeri!"     

Aku hanya tertawa pada saat Zahid mengungkapkan hal tersebut. Tapi memang benar apa adanya bahwa si Asih ini memang suka sama Zahid.     

"Kalau boleh tahu kamu meninggal karena apa?"     

Kuberanikan diri untuk bertanya pada Asih.     

Dia hanya diam, dia memang cantik, masih mudah dan kalau aku melihat bentuk aslinya mungkin aku juga akan takut, karena hampir semua tubuhnya hancur. Kepalanya hancur juga.     

Maka dari itu aku hanya melihat sosoknya sebagai dia manusia saja.     

"Aku lompat dari sini!"     

Sambil menunjuk jurang di bawah gubuk ini.     

"Hmmm kenapa?"     

"Karena aku, di paksa untuk melakukan hubungan badan dengan pacarku!"     

"Hmmm apakah tubuhmu sudah di temukan?"     

"Tidak ada seorangpun yang menemukan tubuh ku!"     

Dia menunduk dan melihat jauh ke bawah.     

"Setelah tubuhku hancur, Tubuhku di makan oleh hewan liar di sana!"     

Dia berdiri dan mematung melihat ke arah jurang dimana dia memutuskan mengakhiri hidupnya.     

Aduh, ngeri banget sih. Udah jatuh hancur, dimakan lagi...     

Aku hanya diam, karena aku mengerti seperti apa rasanya jadi dia. Yang ku pikirkan adalah bagaimana keluarganya? Apakah tidak mencarinya?     

Itu sudah pasti.     

Memang kalau di gali, pasti masih banyak lagi cerita tentang 'Mereka' yang tidak di ketahui oleh banyak orang.     

Aku bangkit berdiri dan mengajak Zahid untuk pergi...     

"Hid ayo kita turun, ke pantai itu!"     

Sambil ku menunjuk ke arah pantai yang terlihat dari atas sini.     

"Okay kak!"     

"JANGAN PERGI!!!"     

Aku langsung menoleh kebelakang saat Asih dengan keras membentak.     

"Kenapa kak?"     

"Kamu duluan aja Hid kaka ada urusan sebentar"     

Zahid langsung pergi menuju parkiran motor.     

"Ada apa?"     

"TINGGALKAN DIA DISINI, DIA HARUS BERSAMA DENGANKU!"     

Sambil menunjuk ke arah Zahid.     

"Gak bisa Asih, kami harus pulang!"     

"TINGGALKAN DIA DISINI ATAU AKU AKAN PAKSA!"     

Aduh yang ku kira gak bakalan ribet, malah jadi riuh begini.     

Aku mencoba untuk menenangkan diriku sendiri, karena kalau aku juga malah panik maka malah riuh keadaannya. Aku mencoba membujuknya secara halus agar tidak melakukan hal yang aneh-aneh. Tapi dari Asihnya sendiri juga sulit di ajak komunikasi dan kompromi. Aku melirik ke Zahid dia sudah siap di motor. Hmmm setelah ini aku akan langsung saja menuju ke Zahid dan meninggalkan Asih disini.     

Dengan waktu yang sama aku kembali menoleh ke arah Asih.     

"Asih?"     

Dia menghilang...     

Kemana dia,??     

Aku dengan cepat langsung berbalik melihat ke arah Zahid.     

Dan Asih sudah ada di sebelahnya.     

Aku langsung berlari dengan sekuat tenaga...     

Jangan sampai dia masuk ke dalam tubuh Zahid...     

"ZAHID!!!"     

.     

.     

.     

---------------------     

Aku harus lebih cepat, sebelum dia mengisi tubuh, dan menggantikan nya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.