INDIGO

Selasa, 10 September 2019 (Rambut)



Selasa, 10 September 2019 (Rambut)

0Selasa, 10 September 2019     

16.35     

--------------------     

Hari ini adalah hari dimana aku melatih anak-anak SD dari seluruh kota Batu. Memang semua tidak ikut serta melainkan hanya beberapa anak saja pilihan yang ikut untuk lomba POCIL POLRES kota Batu. Yang akan di lombakan pada Tanggal 17 September 2019 mendatang.     

Latihan seperti biasa ada di lapangan Tenis di area bawah dari polres ini.     

Latihan ini sudah berjalan hampir dua mingguan.     

Aku tidak sendirian waktu melatih mereka. Melainkan aku bersama dengan Joe adik kelas ku di sekolah  gratis ini. Joe adalah anak yang jago banget untuk Dance dan buat Choreo. Ya dia anak didikku dari pertama kali masuk sampai sekarang.     

Kita melatih di bagian tariannya saja. Kalau untuk koreo baris berbaris di isi oleh mantan PASKIBRAKA TH 2016 kota Batu. Yaitu ada cewek dan cowok. Yang cewek namanya Denada dan yang cowok namanya Alfi. Mereka berdua sangatlah ramah dan baik kepadaku dan Joe.     

Tapi sangat lah berbeda pada waktu sudah melatih anak-anak yang tidak bisa di atur ya bakalan singa yang keluar. Hahaha.     

Pada waktu kita asyik sedang latihan. Ternyata salah satu pimpinan dari Polres ini meminta untuk kita pindah di lapangan sebelah Musholla.     

"Ejh sama Joe, setelah ini latihannya pindah di lapangan yamg sebelahnya Musholla ya. Karena lapangan yang ini mau di pakai untuk olahraga"     

Aku dan Joe hanya mengiyakan apa yang Pak T sampaikan (Maaf Inisial Saja)     

Ya alasanya karena beliau ingin berolahraga di lapangan yang kami pakai untuk latihan. Ya mau olahraga tenis.     

Pada akhirnya aku meninggalkan Joe di lapangan tenis dan berjalan untuk mengecek lapangan yang di maksud oleh Pak T.     

Pada waktu aku berjalan di depan Musholla aku terkejut dan langung membalikkan badan saat ada sesuatu yang jatuh di atap Musholla dengan sangat keras.     

Aku tidak tahu apa itu, aku tidak hiraukan dan lanjut berjalan masuk ke lapangan.     

Saat aku masuk lapangan yang beralaskan tatanan batako ini, kurasakan hawa yang sangat berbeda.     

Dan ku melihat juga di sisi kiri pojok lapangan ini sudah tertata deretan truk dan mobil yang sudah tidak karuan bentuknya. Aku rasa karena tabrakan atau sebuah kejadian kecelakaan mungkin.     

Di ujung sisi kanan, sudah tertata juga deretan motor dengan berbagai merk. Dan ada yang masih Bagus dan rusak karena kecelakaan juga.     

Aku berhenti saat melihat deretan truk dan mobil yang hancur di sisi kiriku.     

Aku berjalan perlahan dan mendekati truk yang sangat penyok dan hancur dengan banyak sekali tumpahan cat di truk tersebut.     

Aku melihat sebuah kilasan bahwa, tidak ada korban jiwa di truk ini. Memang ada luka-luka dan kaki patah yaitu sopir dari truk ini. Karena sangat parah sekali.     

Aku berjalan lagi menuju ke sebelah truk ini, dan baru terlihat ada sebuah mobil hitam yang penyok sisi depannya.     

Dan di sebelahnya lagi ada sebuah mobil hitam juga kayaknya mobil Xenia, aku melihat sosok perempuan duduk di dalam mobil itu dengan tatapan kosong melihat ke depan.     

Aku mencoba mendekati dan menyentuh mobil yang penyok dan hancur di bagian depannya ini. Ku intip dari kaca luar dan kondisi di dalam mobil ini sangat parah sekali.     

Terlebih aku melihat banyak helai rambut yang masih tertempel di bagian dalam retakan kaca depan mobil.     

Sosok perempuan itu hanya terdiam dengan tatapan kosong ke depan.     

Apakah itu rambutnya?     

Ku lihat lebih dalam lagi...     

Dan kumelihat kilasan memori pada waktu kecelakaan mobil ini.     

Kumelihat mereka hanya berdua di dalam mobil ini.     

Seorang laki-laki yang menyupir masih agak muda kira-kira 30 th an. Dan seorang perempuan berambut coklat yang duduk di sebelahnya.     

Pasti sosok perempuan ini adalah istri dari laki-laki yang menyupir.     

Mereka hanya berdua saja.     

Malam itu hujan, dan rintik hujan yang jatuh membuat kaca mobil menjadi buram.     

Sempat sang istri memperingatkan untuk menyalakan lap otomatis bagian kaca depan. Tapi sang suami hanya mengiyakan saja tapi tidak menyalakannya.     

Tak lama setelah itu, tiba-tiba mobil yang di tumpanginya membentur sesuatu yang sangat keras. Tidak lain tidak bukan adalah, bagian belakang mobil tronton.     

Tak berhenti di situ setelah membentur bagian belakang tronton, karena panik kendali setirpun tidak terkendali.     

Mobil oleng san kembali lagi menabrak sebuah pembatas jalan dan lurus mengenai sebuah pohon besar di pimggir jalan.     

Mobil itu hancur di bagian depannya.     

Dan yang berada di dalam pun demikian.     

Padahal sudah ada balon udara yang secara otomatis menggembung keluar di saat ada kecelakaan untuk bisa menyelamatkan si penumpang.     

Namun tidak demikian. Sang Istri kepalanya dengan sangat keras membentur kaca bagian depan hingga meretakkan kacanya. Ikat pinggang yang ia pakai tidak berfungsi dengan baik.     

Kepalanya penyok dan sudah tidak jelas lagi.     

Sang suami mengalami luka juga yang parah di bagian dahi dan kakinya.     

Tapi beruntungnya sang suami selamat dari kecelakaan itu.     

Beda cerita dengan sang istri yang langsung meninggal di tempat kejadian. Karena telatnya pertolongan yang datang, membuat sang istri kehabisan darah dan darah juga sudah memenuhi otaknya.     

Aku langsung melepaskan tanganku dari kaca mobil ini dan detik itu juga sosok perempuan itu menunjukkan sosok aslinya di saat kecelakaan.     

Aku langsung mundur dan menjauh dari mobil. Karena tidak kuat melihat darah yang bercucuran di kepalanya.     

Kepalaku langsung pusing detik itu juga.     

Tak lama setelah aku menjauh dari mobil, anak-anak dan Joe juga datang ke lapangan dimana kita akan latihan.     

"Okay semuanya baris yang pada posis masing-masing!"     

Aku langsung berjalan menuju ke area dari deretan motor yang berjajar di bagian sisi kana lapangan.     

"Den, gak jelas tempat nya! Gak ada colokannya juga"     

"Iyo kak, udah minta ganti tapi gak ada solusinya juga. Hmm pokoke latihan wes"     

Aku hanya tertawa kecil saat dia juga menyadarinya.     

Aku melihat motor yang berderet di sisi kanan lapangan. Dan banyak juga yang hancur karena kecelakaan. Aku melihat 'Mereka' juga banyak di area sana.     

Aku putuskan untuk tidak menghampiri 'Mereka'.     

Aku kembali lagi fokus untuk latihan.     

Rasa pusing yang ada di kepalaku tidak reda sampai saat ini.     

"Kak kepalaku pusing tahu!"     

Ternyata Joe juga merasakan hal yang sama.     

Saat luput dari pengawasan kita ternyata sudah banyak anak-anak yang pada kepo dengan mobil rusak itu. Terlebih dengan mobil yang masih ada rambut yang menempel di kacanya. Namanya anak-anak pasti penasaran dan juga ingin tahu.     

Tapi dengan cepat aku meminta sama Alfi untuk melarang anak-anak mendekati mobil itu. Takutnya ada yang nanti sakit karena sawan dan lainnya.     

Karena anak-anak seumuran SD gitu masih enak sekali kalau di ikutin atau terkena sawan dari makhluk tak kasat mata.     

.     

.     

.     

-------------------     

Tunggu Next On The Spot Bab nya, Thank You udah stay dan mampir di kisahku.     

-Ejh-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.