INDIGO

#Kartu Tarot



#Kartu Tarot

0Terkadang Kita Sakit, Hanya Untuk Membantu Orang Lain     

--------------------     

Aku terbangun tiba-tiba pada saat ada yang menepuk pundakku.     

"Kak Di tungguin lama kok malah tidur disini!"     

Seru Zahid sambil duduk di sebelah ku.     

Tunggu...     

Lah kok, aku duduk di kursi ini.     

Aku belum menjawab yang di tanyakan oleh Zahid. Aku masih diam dan memegang kepalaku dengan kedua tanganku.     

Bukannya aku tadi, berbaring di lantai sebelah pohon beringin ya. Kok tiba-tiba aku bisa disini.     

Hmmm ku pegangi kepalaku sambil mengingat-ingat kejadian apa yang sebelumnya terjadi kepadaku.     

"Kak? Kaka gak papa a?"     

Tanya Zahid Khawatir.     

"Hmm bentar ya kaka agak pusing!"     

Kumpulan memori acak berlarian di kepalaku. Dan satu yang ku ingat saat ini, aku mencoba untuk membukakan rantai.     

Rantai apa ya...     

Rantai yang terikat di pohon beringin dan kaki sosok perempuan.     

Detik itu juga aku langsung berdiri dan langsung mendekat ke arah pohon beringin itu.     

Kumelihat ada sesosok perempuan berdiri di di bawah pohon itu.     

Dia melihatku dan diam.     

"Tolong aku, aku mohon!"     

"BANGS*TTTT!!!"     

Tanpa pikir panjang aku langsung berbalik berjalan meninggalkan tempat itu.     

Kudengar langkah kaki mengejarku.     

"Kak tunggu aku, kok aku di tinggal sih!"     

Eh iya, aku baru sadar kalau ada Zahid tadi. Aku berhenti dan tersenyum kepadanya.     

"Kaka kenapa, kok tiba-tiba bilang gitu?"     

Berjalan di sebelahku sambil menatapku dalam-dalam     

"Hmmm, biasa ada yang gangguin tadi!"     

Jelasku singkat.     

"Owhh!"     

Bughhh     

"Hati-hati ya nak!"     

Aku terdiam saat ada bapak-bapak yang barusan gak sengaja aku tabrak pundaknya, bilang sesuatu padaku.     

Kuhentikan langkahku dan, aku berpikir sejenak.     

Kayaknya aku pernah ketemu deh sama bapak itu, tapi dimana ya.     

"Kenapa kak?"     

Ah iya, itu bapak-bapak yang nanyain aku waktu sebelum kejadian gak jelas tadi.     

Aku langsung berbalik dan memanggil bapak itu.     

"Pak.. Tuu.. Nggu..?"     

Tapi dimana orangnya?     

Padahal baru saja aku tabrakan pundak sama orangnya.     

Aneh.     

Dan dia juga mengatakan hal yang aneh pula.     

"Hati-hati ya nak!"     

Apa maksudnya coba.     

"Ayo Hid!"     

Ku ajak Zahid untuk lanjut berjalan menuju ke arah tempat nongkrong kita tadi.     

Di sepanjang jalan, tak henti-hentinya aku memikirkan tentang kejadian barusan.     

Apakah itu nyata?     

Tapi itu beneran nyata kurasakan.     

Atau itu tadi DEJAVU?     

Masa iya sih.     

Aku duduk sambil mengigit jari jempolku, kebiasaan saat aku lagi bingung dengan sebuah pertanyaan menggantung dalam kepalaku.     

"Kak, makan dulu bakso bakarnya!"     

"Hmmm okay"     

Zahid menyodorkan aku satu tusuk bakso bakar.     

"Kak, habis ini mas keponakanku datang. Tak kenalin ya!"     

"Okay siap"     

Jawabku singkat.     

Tak lama setelah aku dan Zahid makan bakso bakar, orang yang di sebutkan olehnya datang.     

Dua orang tepatnya.     

Kulihat mereka berdua datang menghampiri.     

"Mas iki masku seng tau tak critake mbek pyan!"     

Ucap Zahid kepada dua orang yang barusan datang sambil menunjuk ke arahku.     

"Ahh ini to, salam kenal mas!"     

Sambil tersenyum dan menjabat tanganku.     

"Heheh iya!"     

"Mas!"     

Senyum sambil menjabat tanganku.     

Hmmm     

Ada dua orang yang barusan bersalaman denganku, dan dua orang juga dengan kepribadian yang berbeda. Sangat berbeda.     

Aku tidak tahu namanya, karena dia tidak mengenalkan namanya.     

Pokoknya yang pertama kenalan, dia adalah orang yang jujur dan optimis  dan tentunya PD alias percaya diri.     

Beda lagi dengan yang kedua, dia kurang PD, ada sesuatu yang di sembunyikan darinya dan dia sedang ada sebuah masalah dengan keluarganya.     

Hmmm. Ok.     

Jadi disini aku tidak akan sebutkan nama, melainkan aku sebut yang Pertama dan Kedua. Sesuai waktu aku berjabat tangan dengan mereka berdua.     

"Kak ayo main kartu tarot!?"     

Zahid langsung nyeletuk, saat kami berempat sudah duduk dan menikmati bakso bakar kami.     

"Apa itu kartu tarot?"     

Timpal yang pertama bertanya pada Zahid.     

"Ah itu kartu ramalan mas, iki kakaku iso kalau ramal orang pake kartu tarot itu!"     

Sambil menyenggolku     

"Masa e!"     

Sahut kedua sambil memberikan ekspresi yang gak percaya.     

"Mangkane, ayo main kak biar mas masku tahu ramalannya!"     

"Okay"     

Jadi sebenarnya aku tidak usah menggunakan kartu tarot pun bisa untuk meramal seseorang. Tapi traumanya aku adalah di saat aku sudah baca mereka menggunakan indraku, maka yang akan ku sebutkan terkadang tidak bisa aku kontrol.     

Karena yang keluar dari mulutku tidak jelas entah itu masa lalu, masa sekarang bahkan masa depan.     

Yang membuat aku trauma adalah, karena dulu pernah terjadi sebuah kejadian.     

Pada saat ada salah satu anak minta diramal, aku ramal dia menggunakan indraku. Dan alhasil aku ngomong banyak sekali, dan aku ngomong tentang masa depannya. Semua ku ucapkan.     

Dan al hasil juga apa yang aku ramalkan juga benar-benar terjadi sesuai gambaran yang sudah aku jelaskan pula padanya.     

Buruknya adalah di saat aku meramal orang menggunakan indraku, aku tidak bisa tahu dan ingat apa yang telah aku ucapkan kepada mereka. Karena di saat aku meramal seseorang itu yang kurasakan bukan diriku yang sedang mengontrol, melainkan ada yang lainnya di dalam diriku yang mengontrol itu.     

Maka dari sejak kejadian itu, aku sangat berhati-hati untuk meramal. Dan aku sekarang sudah menemukan solusi dari masalahku, yaitu kartu tarot.     

Di saat aku meramal menggunakan kartu tarot, semua yang aku bicarakan terkontrol dan tertata rapi. Sejak dari situlah aku selalu membawa kartu tarotku dimana-mana.     

(Aku akan Buatkan Part Khusus yang menjelaskan tentang Ramalanku dan Kartu Tarot)     

Aku keluarkan dompet merah yang berisi kartu tarot di dalamnya. Kartu ini selalu ada kemanapun aku pergi dan selalu berada di dalam tasku.     

"Ok, mau ikutan semua?"     

Aku tawarkan sambil mengocok kartunya.     

Kartu tarot sangatlah berbeda dengan kartu lainnya, kartu ini lebih besar dan panjang. Jadi kalau memang bukan ahlinya, mengocok kartu tarot akan jadi sulit.     

Dan saat ku tawarkan semuanya untuk ikut, gak ada yang menolak. Heheh     

Apalagi Zahid, kalau Zahid udah pasti ikut. Dia anak satu-satunya yang aku ajarin bagaimana untuk meramal menggunakan kartu tarot.     

Jadi pertama-tama aku meminta kepada mereka semua untuk meletakan tangannya di atas kartu yang aku pegang, jadi saling tumpang tindih gitu.     

Yang kedua mereka tak minta untuk memejamkan matanya masing-masing.     

Dan di saat yang bersamaan pula, aku sebutkan kata kuncinya.     

"Ini adalah Kartu Tarot, ingat ini hanyalah sebuah kartu. Jadi apapun yang keluar nantinya dari kartu ini. Percaya atau tidak itu terserah kamu, karna itu tergantung kepercayaan masing-masing. Dan tidak boleh ada yang berbohong di saat kita bermain kartu tarot. Ingat ini hanyalah sebuah kartu."     

Setelah aku bacakan kuncinya.     

Ku meminta mereka untuk melepaskan tangannya satu persatu.     

Dan ku mulai dari Zahid.     

Untuk setiap orang akan mendapatkan tiga kartu yang akan di pilih mereka sendiri dan di buka oleh ku.  Karena disini peranku hanyalah sebagai pembaca kartu, alias penerjemah dari apa kartu dan gambar yang akan keluar nanti.     

Karena tidak semua orang bisa mengartikan dan membaca maksud dari kartu tarot ini.     

Sudah terbagi semua, dan semua sudah mendapatkan kartunya masing-masing.     

Di mulai dari Zahid, Pertama dan Kedua.     

Arti kartu dari Zahid dan Pertama Bagus semua, pad intinya tetap semangat untuk kerja keras mendapatkan apa yang di inginkan.     

Berbeda dengan yang Kedua. Dia mendapatkan kartu yang aneh, pada intinya artinya adalah.     

Dia harus bisa kontrol dirinya sendiri, karena sebuah ancaman besar bisa datang kalau dia tidak prepare kan mulai dari detik ini. Dan sebuah dendam yang di pendam akan terkuak sesaat lagi.     

Hmmm cukup membuat agak ngeri kalau bacanya. Tapi aku jelaskan kepadanya versi yang biasa saja. Tidak dengan bahasa yang tinggi dan sulit di mengerti.     

Setelah ku bacakan, mereka kebanyakan diam dan berpikir.     

"Kok bisa tahu ya, anak ini padahal cuma kartu. Apakah dia punya ilmu hitam?"     

Ku dengar itu ungkapan isi hati Kedua. Aku hanya berpura-pura terlihat normal agar dia juga ngerasa gak aneh sama aku.     

"Bagaiman bisa ya, kok betul semua. Padahal hanya pakai kartu tapi semuanya ketahuan deh, lucu-lucu"     

Dan ini isi hati yang Pertama. Dia lebih santai dan tidak terlalu memikirkan yang aneh-aneh.     

Aku hanya diam mendengar isi hati mereka, ya aku bertingkah laku normal lebih mending dari pada bertingkah laku gak jelas.     

Terjadi keheningan sesaat diantara kami berempat.     

"Mas belajar berapa lama kayak gitu?"     

Tanya Kedua.     

"Ah, gak lam cuma empat harian."     

Aku menjawab dengan santai     

"Itu kartunya beda arti semua?"     

Sahut si pertama.     

"Iya ini ada 78 kartu dengan arti berbeda semuanya!"     

"Wih, gile banget mas nya! Ajarin ya kapan-kapan"     

Tambah si Kedua.     

Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.     

"Kak ayo pulang, udah jam 00.15 am"     

Ungkap Zahid.     

Tanpa banyak cakap, kami berempat pulang.     

Dalam perjalanan aku merasakan ada yang aneh...     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.