Ciuman Pertama Aruna

IV-129. Rasa Terkejut, Sopir Taksi



IV-129. Rasa Terkejut, Sopir Taksi

0"benarkah?" Aruna mengekspresikan diri sebagai seorang yang terkejut sekaligus prihatin, "nanti kamu juga bisa foto sama aku," anak itu tersenyum senang.     

"aku juga tahu sesuatu," yang lain berseru. Ketika Aruna tengah berbisik pada Desi, "foto apa sebenarnya?" detik berikutnya Aruna menimpali suara yang di tunjukan padanya. Pertanyaan salah satu penghuni kelas, "Tahu apa?"     

"kalau kakak datang artinya hari ini kita belajar di kelas kerajinan tangan," seketika yang lain berseru keras-keras.     

"Yeee...." teriak anak-anak.     

hingga penjelasan desi tertelan begitu saja. Desi perlu berbisik untuk kedua kalinya saat kelas menjadi riuh, "kamu lihat sendiri saja nanti,"     

.     

"aku tak percaya kalian masih menyimpannya," Kini Aruna sudah berada di perpustakaan beralas Pazel. Pazel-pazel berupa matras evamat merupakan bagian yang sengaja di pasang melapisi lantai demi menjaga kenyamanan para pengunjung perpustakaan yang rata-rata adalah anak-anak.     

"kita bukan menyimpannya tapi memajangnya," Desi mengklarifikasi pernyataan Aruna. Perempuan yang awalnya berdiri mengiringi Aruna kini ia memilih meninggalkan perempuan hamil tersebut.     

Meninggalkan perempuan yang masih mengamati foto masa mudanya bersama lelaki yang dulu berstatus calon suami, Mahendra. Lelaki bermata biru, berdiri asing di tengah-tengah anak-anak dengan latar belakang bangunan berbahan kay.     

Aruna bisa mengingat bagaimana kala dia belum begitu dekat dengan Mahendra. Dan dirinya menemukan kejanggalan yang cukup unik tentang lelaki tinggi gagah yang ketakutan bukan main saat menginjak kaki pada lantai kayu yang berderit.     

Senyum mengembang Aruna menjadi penutup baginya, dia meninggal pengamatannya pada foto tersebut dengan memotretnya ulang menggunakan kamera handphonenya.     

.     

Hari ini perempuan tersebut meninggalkan tempat perayaan atas keputusannya menanggalkan prinsipnya. Dia ikut makan bersama teman-teman relawan di sanggar belajar yang kini telah berpindah status sebagai sekolah pinggiran modern, para relawan sudah banyak yang berstatus tetap, Aruna mengambil kesimpulan bahwa perusahaan suaminya lah yang kemungkinan besar menjadi penyokong dana kegiatan di tempat ini.     

.     

"hati-hati," ucap yang salah satu dari mereka saat Aruna berpamitan dan memeluk sebagian yang ia kenal dekat.     

"maaf, aku tak bisa mengantarmu," ucap Desi. Aruna memahami bahwa sebagian dari mereka harus melanjutkan jadwal mengajar di kelas sore.     

"Aku datang sendiri, pulang pun bisa sendiri," ucap Aruna menepuk bahu kakak tingkatnya.     

"kamu bakal di jemput, -kan?" mata desi mengembara melintasi pelantaran luas tempat anak-anak bermain dan dia belum mendapati mobil datang.     

"masuklah. Sebentar lagi mobilku pasti datang,"     

"kamu yakin?"     

"iya!" tukas Aruna, dia memilih meninggalkan Desi dan melambaikan tangan pada temannya yang lain. Satu persatu dari mereka mulai memasuki ruang kelas ketika perempuan ini telah sampai pada gerbang utama dan menyadari belum ada kabar bahwa salah satu ajudan suaminya bisa menjemputnya.     

Nona muda ini kembali memanfaatkan aplikasi taksi online. Berjalan sedikit menjauh dari lokasi berdirinya lembaga kesejahteraan anak tersebut.     

Hingga sebuah mobil datang dan memanggilnya, "Aruna?" sapa seseorang dari dalam mobil. Aruna lekas menyambutnya, ia menaiki mobil yang dia pesan.     

"Apa benar sesuai aplikasi?" tanya pengemudi.     

"iya?" Aruna sedang merapikan duduknya tatkala sopir di depan memperhatikannya melalui kaca spion di atas kursi kemudi. Wajahnya tertangkap keheranan.     

"Anda yakin akan pergi ke lereng bukit?" sang sopir mengkonfirmasi, dan Aruna lekas sadar dirinya membuat kesalahan. Rumah induk tak dapat di akses secara Wajar. Jalan menuju rumah megah itu ada di aplikasi namun itu adalah jalan pribadi yang mustahil dapat di lintasi oleh pengendara umum.     

"apakah aku bisa mengubah tujuan?" Terlihat pengemudi tersebut langsung menganggukkan kepala. Meminta Aruna meng-cancel pesanannya dan keduanya bersepakat untuk memanfaatkan pelayanan offline.     

Taksi merambat melintasi jalanan panjang pinggiran kota. Meninggalkan gedung utama lembaga kesejahteraan anak taksi tersebut menuju ke arah selatan. Sang perempuan di bangku belakang meminta sang pengemudi kembali pada gedung perkantoran milik suaminya.     

Memainkan handphone berusaha mengalihkan rasa lelahnya membawa beban di perut Aruna mendapatkan pertanyaan: "Sudah berapa bulan hamilnya?" Aruna menyipitkan mata dan menanggapi dengan senyuman.     

"anda pasti menduga saya hampir melahirkan," ujar perempuan yang mata cokelatnya melihat lekat ke arah depan. "sebab bayiku sepertinya mewarisi perawakan ayahnya," Aruna belum benar-benar selesai bicara ketika sebuah mobil berhenti mendadak di depannya dan sang sopir menekan pedal rem sekuat ia bisa.     

"Anda tidak apa-apa?" sanga sopir yang hampir membentur kemudi lekas menoleh dan mengamati perempuan hamil di belakang.     

Terlihat Aruna membungkuk mengais-ngais hanphone-nya ketika seseorang mengetuk pun samping tempatnya duduk. Suara dengan ritme kuat menghasilkan benturan kasar yang menyakitkan di telinga.     

Aruna mencoba mendongak dan dia mendapati sang sopir membungkam syok. berkeringat dingin, layaknya Seseorang yang tengah terintimidasi. Anak matanya mengarah pada sisi samping keberadaan Aruna.     

Kini buru-buru Aruna menatap apa yang di amati sopir taksi tersebut. Akhirnya dia bisa melihat siapa yang membuat pengemudi taksi ketakutan bukan main.     

Lelaki dengan pistol di tangannya mencoba memecah kaca jendela mobil, "Hentikan!" pekik Aruna mengabaikan rasa takutnya.     

Perempuan bermata coklat ini bahkan berusaha menarik handel pintu. Sang sopir di depan menggelengkan kepala kuat-kuat meminta penumpangnya tak melakukan tindakan konyol dengan menyambut orang asing yang teridentifikasi sebagai penjahat yang datang entah dari mana.     

"saya mengenalnya," berusaha menenangkan, Aruna kini merasakan pintu mobil yang di segel otomatis oleh sang pengemudi sudah dapat ia buka.     

Perempuan hamil ini turun di sambil tersenyum lebar lelaki aneh dengan bau alkohol yang menyengat, "kau menginginkanku bukan?" dia yang di tanya Aruna mengangguk-angguk.     

"Turunkan ini," perintah Aruna memegang ujung senjata api dan pria aneh itu mengangguk lagi.     

Ketika Aruna berusaha berbalik dengan tangkas, pria tersebut meraih lengannya. Dan mendekatkan tubuhnya pada tubuh Aruna. Aruna terlempar pada pria berbau alkohol tersebut, "kamu harus ikut aku, harus!" ujarnya tampaknya masih cukup sadar -di balik bau alkohol serta tatapannya sayu-     

Berbaliknya Aruna sejujurnya bermaksud meraih hanphonenya, nyatanya tak membuahkan hasil. Tangan mungil itu menunjuk-nunjuk lokasi jatuhnya handphone pada sisi dalam mobil. Dan sebuah gerakan tangakas melepas bros di dadanya lalu melemparnya samar pada sang pengemudi seolah mengirim sinyal bahwa pengemudi tersebut mampun memberinya pertolongan melalui benda cantik itu.     

Aruna tak bisa berbuat banyak ketika pada akhirnya tubuhnya benar-benar di tarik dengan sekuat tenaga menuju mobil yang berhenti sembarangan di depan taksi online yang dia pesan. Selebihnya sopir taksi sejujurnya sempat menyalakan mesin dan berupaya menabrak lelaki itu ketika dia melihat perempuan hamil telah memasuki mobil di hadapannya dan lelaki tersebut mengelilingi bagian belakang mobilnya untuk memasuki pintu kemudi.     

Sayangnya usaha itu sontak menghasilkan suara ledakan hebat dari benda yang di bawa lelaki aneh tersebut. Dia menembak. Sopir taksi lekas merunduk. untung saja dia tak mendapati masalah serius kecuali spion di sisi kiri mobilnya pecah.     

Mobil dia hadapan sopir taksi telah berjalan dan lambat laun menghilang ketika dia memberanikan diri muncul dan mengamati sekitar. Sekarang yang tersisa adalah bros dia tangannya. Bros mewah dan sepertinya bukan milik sembarang orang. Sopir ini juga lekas mengais hanphone perempuan hamil yang terjatuh di dalam mobilnya. Dia bisa melihat foto pembuka layar dengan pola kunci.     

Mencoba beberapa kali membukanya dengan membuat gerakan acak sang sopir tidak menemukan apa pun kecuali foto di layar utama yang membuatnya merasa sangat bersalah sekaligus frustrasi. Rasa depresi yang mencuat sebab dia bisa melihat bagaimana pria pada layar sentuh tersebut tengah memeluk perempuan hamil bermata coklat, menggambarkan bahasa tubuh penuh cinta.     

Tepat sesuai cerita perempuan yang dia tahu bernama Aruna dari pemesanan awal melalui aplikasi taksi online.     

Sang sopir mencoba memindai foto wajah menggunakan google lens. Serta merta pria ini tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya, ternyata perempuan di mobilnya adalah seseorang yang namanya wira-wiri di laman portal online akhir-akhir ini.     

Artikel yang menampakkan nama perempuan hamil tersebut rata-rata berjudul: Potret Maternity Istri pewaris tunggal Djoyo Makmur Grup.     

'Lama tidak telihat, foto maternity menantu keluarga Djoyodiningrat menjadi bukti akan lahirnya pewaris berikutnya'     

Sang sopir lemas seketika. Dia membawa seseorang penting di mobilnya dan orang itu se     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.