Ciuman Pertama Aruna

IV-155. Hasrat Mematikan



IV-155. Hasrat Mematikan

0'Sudah cukup menahan diri,' sebuah keteguhan tersusun.     

Dia yang menemukan keteguhan hati menarik tubuh istrinya, mendekatkan punggung perempuan tersebut pada dadanya. Menikmati tiap detail sentuhan yang bisa ia ciptakan dengan lumuran sabun dan busa. Membuat gosokan menggunakan Ibu jari dan telunjuk pada salah satu daun telinga istrinya. Mahendra suka mendapati perempuan itu kegelian, memiringkan kepalanya beberapa kali, wajahnya semu merah bak buah apel.     

Lelaki ini melakukan hal tersebut demi menyuapi kepura-puraannya terkait dirinya yang seolah tak tahu bahwa istrinya berjuang keras menjauhkan pandangannya dari telapak tangan koyak.     

"aku punya syarat, sebelum kita menemui opa Wiryo," Hendra tak tahan juga pada     

"dokter Martin," kalimatnya belum usai tatkala perempuannya menyahut.     

"aku sudah berjumpa dokter martin malam itu," dia yang bicara menoleh dan mendapati suaminya menyatukan alis, "di rumah Vian," nada bicara Aruna lebih rendah. Memohon agar suaminya tak marah.     

"kalau begitu bagaimana dengan baby?"     

"malam itu juga hal pertama yang aku lakukan adalah meminta Vian mendatangkan dokter yang biasa mengawasi baby, dokter bilang baby baik-baik saja,"     

Beberapa kata yang sempat di rangkai hilang di tenggorokan. Tak ada yang bersuara detik, dan detik-detik berikutnya sampai perempuan itu di baringkan di atas tempat tidur di mana sang lelaki bermata biru mengusap-usap rambut yang baru ia keringkan menggunakan pengering rambut beberapa saat lalu.     

Dia menunggui perempuan itu hingga terlelap, memungut Handphonenya hati-hati. Lalu menuruni ranjang tidur.     

Jika bukan hari ini, bisa jadi Hendra tidak akan mengizinkan istrinya memeriksa hendphonennya. Dia mendesah menyadari dirinya perlahan berubah.     

Mengetik sebuah nama dan mulai mendekatkan smart phone pada telinga. pria ini menghubungi Asisten Kakeknya. Dia yang dulu begitu jauh dengan lelaki tua itu, lebih banyak menghadirkan sikap yang berseberangan. Bahkan terang-terangan memprotes secara tegas tiap-tiap tindakan. kini rasa dingin yang biasa hadir untuk kakeknya tidak bisa dia hadirkan.     

Beberapa bulan terakhir selama istrinya kembali ke rumah ini dengan bumbu tragedi buruk. lelaki tua itu banyak membantu walaupun dia terlihat selalu tenang, membantu diam-diam. Kadang kala kepeduliannya terlihat lebih jelas tatkala menitipkan beberapa nasehat untuknya baik langsung maupun secara tak langsung.     

Keduanya menghangat, Hendra tak bisa memungkiri ini.     

[Bagaimana kabar kakekku?] Hendra lekas menodong pertanyaan pada Andos.     

[Ya, anda pasti sudah menduganya,] Andos tampak bahagia menerima panggilan dari Mahendra, [kakek anda belum bisa tidur dan terus-menerus memanggil saya, dia meminta bantuan di luar kebisaannya. Ini pertanda baik]     

[apa yang baik dari itu?]     

[tentu saja gerak gerik tetua pertanda baik bagi kita, usaha mommy anda dan tentu saja usaha saya, bisa di kategorikan berhasil,]     

[maksudmu? Tetua butuh tidur yang cukup usianya bukan lagi muda,]     

[bisakah anda berpikir lebih santai,] geram mendengar ketidakpahaman cucu tuannya, [perlukah saya menjelaskan logika sesederhana semacam: jika tetua gelisah tinggal di luar rumah induk itu artinya beliau akan lebih cepat kembali pulang,]     

[hem..] ada tawa ringan mendengar kegeraman Andos. [kalau begitu buat dia sangat tidak nyaman,]     

[apakah aku perlu mengacau makannya?]     

[jangan terlalu ekstrem,] nada suara terkejut dari Mahendra menyapa Andos. Kini giliran Andos terkekeh, [tenang saja tidak sampai sakit, hanya sedikit menderita, mungkin,] terkekeh lagi, laki-laki berewok ini seolah sedang di beri keleluasaan berbuat jahil.     

[Oh, besok aku dan istriku datang menemui tetua, aku harap dia tahu sebelumnya. Akan tetapi anggap pengetahuan ini hasil dirimu mencuri informasi, jangan langsung mengatakan aku yang memberi tahu,] dan kedaunya mendesah serentak. Menyadari kadang kala orang tua kembali menjadi anak-anak. Tetua selalu ingin tampil dominan dan terbaik versi dirinya. Lelaki berjiwa singa, mungkin itulah istilah yang tepat. Sang cucu kian paham cara menempatkan dirinya.     

[saya akan mengaturnya, tenang saja. aku masih di pihakmu, kamu tahu itu,] dua penggalan terakhir dari kalimat Andos bernada berbeda. Sesuatu yang penuh penekanan menggaris bawahi kalimat asisten kakeknya.     

Penggalan kalimat Andos terus menerus membayangi Mahendra, bahkan menjadikan lelaki tersebut sulit untuk berbaring di ranjang. Lelaki dengan janggut yang terpenuhi bulu halus tersebut banyak membantunya. Bukan tanpa syarat.     

Seperti dirinya, Andos punya hasrat terpendam. sejak dulu. Dia banyak membuka rahasia sang tetua dan banyak memberinya masukan dalam beberapa hal, dikarenakan sebuah dorongan berupa hasrat mematikan yang kian hari kian sejalan dan serupa dengan Mahendra.     

'Berhenti diam dan ambil tindakan'. Itu yang Asisten pribadi kakeknya suarakan. sejak dulu. sejak dia bergabung dan berupaya keras menjadi ajudan terbaik keluarga Djoyodiningrat dan terpilih sebagai orang kepercayaan sang tetua.     

***     

"Aku tahu kamu berbohong," lelaki berkulit putih dengan wajah mungil dan dagu lancip khas para pria keturunan japan tersebut memberi bisikan dan tatapan tajam pada putra sulung pimpinan dewan.     

Beberapa saat sebelumnya ketegangan telah memuncak, antara melanjutkan penyelidikan dengan terus mengawasi gerak gerik orang-orang sang dia yang tak sanggup di sebut namanya-Wiryo Djoyodiningrat-. Atau memutuskan fokus dengan cara berbeda, mengarahkan pencarian dengan metode sewajarnya mencari orang hilang.     

Key masih belum terima ketika para dewan memutuskan bahwa hilangnya sang adik tak ada sangkut pautnya dengan keluarga musuh bebuyutan mereka.     

Memang benar, Terakhir kali terlihat Rey berada di bar koktail favoritnya. Sebelum mengemudikan mobilnya yang ikut lenyap. Hilang tanpa jejak.     

Amblas secara tak masuk akal. Berdasarkan map dari mobil mewah putra bungsu barga tersebut. Mobil tersebut menuju pantai dan berhenti di tepian laut. Kemudian musnah tanpa tanda-tanda.     

Teori terbaru gambarkan para penyelidik yang bekerja di bawah naungan anggota dewan tarantula. Rey, terlalu mabuk dan pria itu tanpa sadar mengendarai mobil sampai menembus pantai menuju ke dasar lautan. Bangkainya ikut hanyut bersama. Sebab tak ada tanda apa pun yang bisa menjadi bukti terkait sebuah kejadian berarti di pantai sunyi tersebut.     

Sesuatu yang di anggap masuk akal bagi seluruh anggota dewan selepas segala upaya terlihat nihil. Akan tetapi anggapan itu belum bisa di terima oleh Key, Pria ini ingat betul adiknya pergi dari kantor bersama dengan Gibran sebelum terdapati menyesap koktail di bar favoritnya.     

Waitres yang bekerja di bar mengatakan Rey sangat kacau hari itu. Dia sudah kacau sebelum duduk di kursi bar di depan sang waitres. Tak banyak bicara, lebih banyak menegak, lalu memaksakan diri berjalan sempoyongan keluar bar sambil membuat panggilan. Panggilan pada orangnya mengatakan bahwa dia butuh satu kamar di hotel, sambil berteriak kesal 'hotel paling mewah! Kalau perlu lebih mewah dari Djoyo Rizt Hotel!' narasi yang sampai pada Key melalui salah seorang kepercayaan adiknya.     

"seorang mengatakan padaku, emosi Rey tak stabil sebelum dia minum-minum, sebelum sampai di bar, adikku bersamamu bukan?" desak Key. Berdiri di pojok ruangan, tempat Putra Rio menyendiri. Lelaki dengan mata hitam pekat ini hobi menyendiri kala semua orang berkumpul bersama. Dia tipe enggan menjadi pusat perhatian, bertolak belakang dengan ayahnya yang selalu di kelilingi orang-orang yang mengharapkan kedekatan. "makan siang macam apa yang mampu memicu emosi??" desakan tanpa jeda.     

"Tahukah kamu, di dunia ini tidak ada orang yang mampu memprediksi sejauh mana masalah yang di hadapi seseorang," ini suara Gibran, "model pemikiran macam ini! sungguh tak berdasar! Bagaimana bisa kamu menuduhku membuat suasana hati adikmu buruk hanya karena aku bersamanya, -sebelumnya? Dia pria dewasa yang punya kemampuan memilih dan memilah emosinya," Gibran membalik omongan.     

"lalu bagaimana dengan calon istrimu yang hilang? Bukankah dia tiba-tiba kembali padamu, di hari yang sama?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.