Ciuman Pertama Aruna

IV-185. Meloloskan Diri



IV-185. Meloloskan Diri

0Jav dan Wisnu membawa ibu pria itu ke arah pintu. Mereka menuju mobil. Dan terkejut bukan main saat menyadari di luar rumah ini ada mobil berdatangan yang tak lain adalah orang-orang Rio.     

Saling memandang sesaat kedua orang -wisnu dan Jav- membuat anggukan ringan, mereka membagi tugas satu sama lain. Jav membantu ibu Juan berjalan menuju mobil. Sedangkan Wisnu mengarahkan tembakan pada kelompok baru yang keluar dari dalam mobil keluarga Diningrat.     

Mereka layaknya pengintimidasi yang tengah menantang keberadaan Jav dan Wisnu.     

Gerombolan itu Berhati-hati mendekat. Dan dengan kejeliannya, pemuda yang memiliki kemampuan menembak jitu sekali lagi berhasil menggagalkan mereka yang akan menarik senjata api dari dalam celah jas.     

"Wisnu lari!" pekik Jav, ketika dirinya telah sampai di dalam mobil dan menyadari temannya kewalahan menghalau kedatangan orang-orang. Tembakannya selalu tepat bahkan sempat melumpuhkan kaki mereka yang memburu. Sayangnya dia sendirian. Mobil ini adalah harapan terakhir sebagai tameng mereka.     

"Jav beritahu Juan," Jav meminta ibu juan menunduk saat dia mulai menyalakan mesin dan Wisnu bersembunyi di sisi lain dari mobil- masih berada di luar, penembak jitu berupaya menghalau sengitnya perburuan mereka. Lelaki ini perlu memastikan ban mobil mereka tetap aman bahkan sampai juan datang.     

[Orang ayahmu berdatangan, cepatlah atau kita..] panggilan jav pada juan terputus.     

"Masuk Wisnu! Masuklah," Jav menderu tak sabar.     

"bagaimana Juan," Wisnu berteriak di tengah caranya menembak musuh yang saling mengendap sama dengan dirinya.     

"Minimal dia adalah putranya. Kita hanya diminta menyelamatkan ibunya," Jav mengusung logika. Sang ibu, di sebelah Jav seolah telah kehilangan kesadaran. Nafasnya naik turun setengah sadar. Mungkin pergulatan di mana diri perempuan ini di tarik kasar mampu menghabiskan seluruh tenaganya. atau keadaan detik ini menyeretnya ke gerbang ketakutan yang amat sangat hingga dia syok.     

Wisnu mendapatkan tembakan satu lagi, hoodie nya di bahunya terkikis tipis untung pemuda ini lebih gesit dari kecepatan peluru untuk merunduk. Sekali lagi mencoba memunculkan dirinya dari bagian belakang mobil, Wisnu membidik sayangnya pelurunya habis.     

"JIAh!!" pekikkan nya mengudara. Mencari peluru lain yang melekat di bagian dalam Hoodie nya. Sayang sekali dia lagi-lagi tak menemukan apa pun selain kepanikan. Dengan terpaksa membuka pintu belakang mobil yang menderu.     

Mengetahui Wisnu berubah pikiran, jav yang melihat wisnu melompat ke kursi penumpang bagian belakang lekas memacu roda mobil mereka. Mobil tersebut bergerak mundur. Tembakan menderu menghantam badan mobil. Sama cepatnya dengan deru mobil menghantam gerbang untuk memudahkan pelarian.     

Jav melempar senjata apinya pada Wisnu. Wisnu beru mendekati jendela dan kembali membuat tembakan perlawanan. Tujuannya masih sama selain menumbangkan dia perlu memastikan ban mobil ini aman untuk berlari.     

Maju sekali lagi, dan mundur dengan kecepatan penuh, gerbang tertutup separuh bagian tersebut ambruk. Jav sama nekatnya tatkala dia memilih menghancurkan tanaman yang tersusun pada pot-pot bunga -peliharaan favoritnya, sering dipamerkan pada kawan-kawannya- hancur mumur demi membuat putaran sehingga mobil bisa lolos lebih cepat.     

Anehnya tak kala segalanya telah sempurna sekelompok orang yang menembaki mereka muncul dari dalam persembunyian dan melemparkan senapan maupun senjata api.     

"apa yang terjadi," Wisnu ikut menghentikan tindakannya. Mencari muara dari tindakan mereka.     

"Juan?? Putraku?" sang ibu memekik dalam keadaan syok yang menekan jiwanya dalam-dalam.     

"Juan, Oh.. dia gila! Tapi aku suka," ungkapan Wisnu terdengar yang lainnya.     

Jav dan wisnu mengusung tatapan yang sama ke arah sang dia yang menodong punggung ayahnya sendiri. Dia menodong Rio dan memaksa lelaki itu berjalan ke arah yang dia inginkan.     

Tangan rio terangkat ke sebelah kanan dan kiri bahunya. Rio tak bisa berbuat banyak dia berjalan mengikuti petunjuk putranya yang mendorongnya sesekali dengan senjata laras panjang.     

Menekan punggung dan memberi ancaman. Juan mengarahkan pandangan pada Jav. Kepalanya bergerak. Gerakan samar meminta mobil keluar perlahan menuju jalanan. Di mana Juan juga mengarah pada mereka.     

Di sisi lain wisnu bersiap membuka pintu, celah kecil di tunjukan wisnu. Mereka menyadari cara terbaik hari ini adalah lari. Bergulat dengan personil tak sepadan akan berakhir bunuh diri untuk itu secara masuk akal semuanya paham dengan kondisi mereka.     

Juan membawa tahanannya mendekati mobil. Dan orang-orang rio diam-diam mengamati dengan seksama. Tentu saja mereka takut sang tuan menemui ajalnya atau tersandera oleh sekelompok pemuda yang tak jelas siapa mereka, kecuali satu orang yang tak lain adalah putra tersembunyi tuan mereka sendiri.     

Dalam keadaan tegangan di antara kedua belah pihak kini juan menghitung langkah menggapai pintu. Dalam hatinya terdalam dirinya masih belum yakin akan menembus punggung atau bahkan kepala sang ayah.     

Sayangnya dalam kondisi kehilangan fokus tatkala memperhatikan sisi belakang, rio berbalik dan menangkap senapannya. Ujung senapan juan kini berada dalam dekapan rio yang artinya pria itu terbebas.     

Juan tersentak bukan main dia menarik senapannya kuat-kuat akan tetapi tenaganya kalah dengan ayahnya. Di sisi lain para ajudan Rio kebingungan perlukah mereka melumpuhkan Gesang (Juan) yang bergulat dengan tuannya.     

"bantu aku! Sial!" Rio berhasil menghantam dada juan menggunakan pangkal senapan, yang ditarik kuat lalu di dorong sama kuatnya sampai benda tersebut memukul mundur juan dan pemuda itu terjatuh di tanah.     

Wisnu dan Jav yang melihat tak bisa membiarkannya. Wisnu dengan terpaksa menembak lengan Rio yang memutar senapan -lolos dari tangan juan- kembali ke arah pemuda tersebut dan hendak membidiknya.     

Sedangkan Jav menggerakan mobil agar lebih dekat, sambil berteriak kesetanan : "Cepat-Cepat!!" perintah sang sopir. Sejalan dengan Wisnu yang membuka celah pintu kian lebar dan Juan berlari tunggang lalang di antara tembakan yang menderu menuju ke arahnya.     

Mobil melesat bahkan saat pintu belum sempat di tutup.     

Beberapa dari orang rio mendekati tuannya. Sebagian lagi memilih mengejar mobil yang melarikan diri.     

Juan menoleh kebelakang sembari menutup pintu. Jav menderu, dia memacu mobil mereka seolah sedang berada di arena pertandingan formula 1.     

Selebihnya Wisnu sesekali mengeluarkan tubuhnya dari jendela guna membuat tembakan pada mobil yang mengejar mereka.     

"Kita kemana?!" Jav kebingungan.     

Juan belum sempat menjawab, pemuda itu meraih pistol kosong wisnu dan fokus mengisi peluru. Diantara doa seorang ibu yang menutup mata memegangi sabuk pengaman. "ke mana saja asal kita semua aman nak," hanya ibu juan yang sempat mendengar pertanyaan panik Jav.     

"Yeah!!" Wisnu memekik saat mobil membelok kehilangan kendali menghadapi kemampuannya menembak, ke dua ban sisi depan mobil yang mengejar mereka -pecah. Bahkan dia sempat menembak kaca tepat di hadapan pengemudi sialan.     

Namun ini bukan akhir dari segalanya, masih ada mobil lain di belakang sana.     

"sial!! Jarak tembak pistol tak seberapa," Desah Wisnu yang sempat keluar dari celah jendela kemudian masuk kembali. "bisakah kamu pelankan, supaya aku bisa menggapainya?" pinta Wisnu pada Jav.     

"mereka akan berdatangan lebih banyak lagi, Rio bisa melakukan itu, dia dewan Tarantula," juan mengabarkan pemahamannya.     

"Makanya dari pada melawan, kita pikirkan kemana kita pergi??" seru Jav. Memacu mobil Black Pardus, mobil anti peluru yang disiapkan tuan muda Djoyodiningrat pada tiap-tiap misi mereka. Hanya saja permukaan mobil ini pasti telah dipenuhi bekas hantaman peluru.     

"Ke suatu tempat yang mustahil ditemukan ayahmu," Wisnu menyatakan idenya, pemuda ini akhirnya berkenana duduk dengan benar.     

"Mustahil ditemukan?" juan terdiam, "ibu ku tak bisa tinggal di lantai bawah tanah (lantai D). Sebab, aku pun belum pernah punya kesempatan memasukinya," mengembara sejenak dia mengingat suatu tempat yang berhasil menyembunyikan dirinya dari Rio -saat diam-diam memilih pulang kembali ke negara ini, selepas berkuliah di luar negeri- seharusnya dia tidak diijinkan untuk kembali.     

"Kita menuju ke satu-satunya rumah yang mustahil di dekati para dewan Tarantula," pinta Juan pada sang pengemudi mobil yang bergegas memacu kecepatan lari kuda besi dalam kendalinya, lebih gesit dari kecepatan sebelumnya.     

.     

.     

___________     

Penulis buku [Ciuman Petama Aruna]     

Nama Pena : dewisetyaningrat     

IG & FB : @bluehadyan      

Discord : bluehadyan#7481     

Jika anda menemukan buku ini di aplikasi dan website selain WEBNOVEL itu artinya buku saya sedang di bajak dan anda membuat pencuri untung, sedangkan saya sekedar menerima rasa lelah.     

Ciuman Petama Aruna [ Link: https://www.webnovel.com/book/ciuman-pertama-aruna_14262772605804205 ]     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.