Ciuman Pertama Aruna

IV-188. Singularitas



IV-188. Singularitas

0"Aku rasa hari ini artisnya adalah istriku, jadi biarkan aku duduk damai," balas Hendra mencairkan suasana. Kru di hadapannya bahkan Tania tampak tegang saat ini. Anehnya Aruna yang awalnya terlihat keberatan tak menunjukan ekspresi apapun kecuali aura perempuan hamil yang menawan hari ini.     

"Sebelum aku bertanya lebih jauh. Bolehkah saya di beritahu, apa konsep kamar ini?" kameramen kedua berkeliling menyorot pajangan dinding, lampu yang menggantung bahkan lonceng bambu unik yang menggantung di luar jendela, menjulang pada beberapa sisi ruangan.     

"Hehe," Aruna tak bisa menahan gelinya sendiri, dia tidak menyiapkan jawaban untuk pertanyaan satu ini,  "Ibu mertuaku yang menyiapkannya. Tapi kalau boleh memberi nama, kurasa 'Singularitas Aruna' adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan kamar ini." Mata si gadis yang mempelajari banyak hal tentang desain, hampir tak dapat diduga Mahendra bahwa dia bisa mengusung kata 'Singularitas' untuk menamai ruangan ini.     

Hendra tersenyum lebar sampai gigi lelaki itu terlihat, saat menyadari Tania mengerutkan dahinya. Sedangkan istrinya yang memang perempuan unik bin ajaib tersebut tengah menyuguhkan jati dirinya.     

Hendra tidak tahan melihat ekspresi bingung Tania. "Singularitas adalah tempat di alam semesta dimana kepadatan dan tarikan gaya gravitasi tidak terhingga, itu salah satu definisinya," Hendra mengangkat bahu, "Atau istilah lainnya ialah titik ketika hukum-hukum fisika tidak ada; ruang, waktu, energi dan materi menyatu, tak terdefinisi, tak bermakna. Contohnya lubang hitam dan Big Bang."     

"Aku rasa kita tidak sedang berada di ruang kelas." Tania mencair walaupun ungkapannya kurang peka terhadap penjelasan Mahendra. Tiga orang ini sepertinya lupa mereka di sorot kamera.     

Hingga akhirnya Tania mempertanyakan maksud 'Singularitas Aruna'. Dan perempuan itu menggeleng ringan, "Biar itu jadi rahasiaku dan ku izinkan siapapun menebaknya," ungkap perempuan tersebut.     

"Baiklah..", desakan Tania tak membuahkan hasil, dan pembawa acara tersebut kembali fokus pada pertanyaan berikutnya. "Anda pasti tahu program talk show kami seputar perempuan, sejujurnya pertanyaan ini kurang layak untuk di sampaikan namun pemirsa yang ada di rumah, begitu juga dengan saya pastinya penasaran. Mengapa anda harus menjalani wawancara dalam keadaan terbaring?"     

Aruna paham kalimat tanya ini adalah pertanyaan titipan yang diinginkan tim suaminya. Semua tentang wawancara dengan kru Tania adalah bagian dari rencana panjang seputar penyelamatan dirinya terhadap hilangnya Rey.        

"Ya, seperti yang terlihat, saya harus bed rest. Banyak yang mengalami hal serupa dengan saya. Ibu hamil harus tidur berhari-hari di atas ranjang. Tidak masalah, saya meyakini satu hal: jika beberapa perempuan di luar sana bisa melaluinya. Aku pun pasti bisa," jawab Aruna.     

Tania menoleh ke arah kamera, "Sebelumnya, kami sempat membuat janji dengan anda, anda berkenan datang ke studio kami. Sebenarnya hari ini di luar rencana," dia bicara pada penonton yang tak terlihat.     

"Baik, sebelum wawancara hari ini, kami membuka secara umum bagi siapa saja yang ingin mengirimkan pertanyaan. Asal Anda tahu nona, ada ribuan pertanyaan yang membanjiri laman sosial media kami. Beberapa yang saya sampaikan adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan". Tania memperhatikan card di tangan sebelum kembali mengarahkan pandangannya pada Aruna.     

"Apakah benar anda dari keluarga biasa?". Tania ragu menanyakan hal ini, mengingat terakhir kali bertemu dengan Aruna, ia enggan mendapatkan stigma yang berkaitan dengan kisah Cinderella. "Oh, maksudnya mungkin…", kalimat Tania terhenti.     

  "Aku akan menjawabnya," sebab Aruna sudah buka suara tania memilih diam, "Tidak ada keluarga biasa, sederhana atau semacamnya, semua keluarga spesial dengan caranya masing-masing, termasuk keluargaku," perempuan ini tersenyum pada kamera. "Namun tak dipungkiri bahwa ayah saya dulunya bekerja untuk keluarga suami saya. Lebih dari itu, boleh saya diberitahu: gadis dari keluarga mana yang bisa disetarakan dengan nama belakang suami saya?"     

Tania tersenyum kecil, dia mengangguk-angguk, sebelum kembali menyapa pemirsa di rumah.     

"Seperti apa awal mula kisah anda? sampai akhirnya menikah dengan pria paling potensial?" Tania kembali menyodorkan pertanyaan untuk dijawab.     

"Hehe," Aruna tertawa ringan, "Tidak adakah pertanyaan lain?", perempuan ini mengangkat bahunya.     

"Kami di jodohkan, sesimpel itu," ujar Mahendra, "Dan aku benar-benar dibuatnya tak bisa berpaling," si mata biru tersenyum samar.     

Tania lebih dari tahu tentang perjalanan kisah cinta mereka. "Oh, oke..", perempuan ini membalas senyuman, sekali lagi berupaya mencairkan suasana.     

"Bagaimana dengan, mengapa anda jarang terlihat? Bahkan dapat dikatakan sosial media anda tak berubah sedikit pun, hanya sesekali posting. Akun private. Followers yang di acc tak seberapa?" Tania mengamati sekali lagi pertanyaan pada card-nya. "Aku rasa karena akun anda terlalu tertutup jadi pemirsa penasaran."     

"Media sosial bukan prioritas saya, populer juga bukan bagian dari impian saya, jadi saya memilih membiarkannya. Aku tak harus menyamakan diriku dengan popularitas suamiku, atau apa pun itu. Selama aku nyaman menjadi diriku sendiri, akan kupertahankan."     

"Bahkan anda kabarnya belum pernah hadir pada pesta di dalam lingkup komunitas sosial suami anda?" tania menambahkan.     

"Aku pun jarang hadir, bahkan hampir tidak punya kesempatan," Hendra bersuara.     

"Aku tahu anda sangat sibuk tuan, tapi istri anda harusnya punya kesempatan menemukan teman baru," Tania mencekal seruan Mahendra.     

"Aku rasa anda tahu jawabannya, dia sangat posesif, belum berubah." Aruna menyela dua teman lama yang sepertinya bakal beradu argumen.     

"Oh.. ya.. ya.. aku tak bisa berkata-kata," Tania memutar matanya. Dia lebih dari tahu cara Mahendra memperlakukan orang-orang yang dianggap penting. Sepasang suami istri tersenyum melihat host yang tersiksa hari ini.     

"Satu lagi, apa kegiatan anda selama ini?"     

'Pertanyaan titipan', sangat mudah ditebak. "Selama aku hamil aku lebih banyak di rumah, keluarga menyarankan aku cuti, jadi aku bahkan tak pernah keluar rumah."     

"Rumah ini lebih dari cukup untuk dijelajahi." Tania memasang senyumnya. Aruna mengangguk mengiyakan. Padahal hatinya tak berkata demikian. "Jadi anda cuti selama??"     

"Hampir 9 bulan penuh," perempuan ini mengangguk tatkala membuat jawaban.     

"Oh, maksudnya, Anda cuti dari kuliah? karena sebenarnya.. em, anda seharusnya tahun ini baru lulus bukan?" Tania memberi penjelasan,. Perempuan tersebut mengarahkan pandangannya penuh ke arah kamera.     

"Iya, benar," ada getaran pada suara Aruna, "Cuti dari semua aktivitas lebih tepatnya."     

Dalam kondisi seperti detik ini, seseorang diam-diam menyelipkan tangannya. Meraih telapak tangan terluka dan mendekapnya, berharap bisa menghibur sang istri. Mereka bertautan mata sesaat sebelum pertanyaan Tania kembali hadir untuk sang istri.     

.     

.     

___________     

Penulis buku [Ciuman Petama Aruna]     

Nama Pena : dewisetyaningrat     

IG & FB : @bluehadyan      

Discord : bluehadyan#7481     

Jika anda menemukan buku ini di aplikasi dan website selain WEBNOVEL itu artinya buku saya sedang di bajak dan anda membuat pencuri untung, sedangkan saya sekedar menerima rasa lelah.     

Ciuman Petama Aruna [ Link: https://www.webnovel.com/book/ciuman-pertama-aruna_14262772605804205 ]     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.