Ciuman Pertama Aruna

IV-199. Suami Palsu



IV-199. Suami Palsu

0'Huuh..' Melarikan diri yang manis', gumam Vian.      

Sebelum matanya membuka lebar, saat dia menemukan handphone Kihran tertinggal dan mendapatkan pesan.     

'Suami Palsu', demikian yang tertulis pada layar utama.      

"Siapa suami palsu?", alis lelaki bermata sendu mengerut bahkan hampir menyatu. Dia hendak membuka menu utama, sayangnya ada pola kunci di sana. Masalahnya ini adalah Vian, dan lelaki tersebut sudah terbiasa menangani hal yang lebih rumit dari keadaan detik ini.     

Menolehkan wajah ke sisi belakang. Mengembara, mencari sesuatu yang tak lain adalah tas berisikan laptop-nya. Selepas mendapati benda yang dia inginkan, lelaki tersebut lekas meraih dan mengeluarkan benda elektronik, yang dia ketahui bakal mampu membobol pola garis pengunci handphone Kihrani.      

Vian mengeluarkan kabel data. Kemudian kabel data tersebut, dia hubungkan pada handphone sang gadis dengan komputer lipat miliknya. Sejalan kemudian, pria tersebut mengotak-atik direktori instalasi ADB —alat baris perintah yang membantu menjalankan tindakan pada perangkat Android. Sederhananya, kamu harus mengetik perintah melalui aplikasi/program tertentu untuk memanfaatkannya. Misalnya Command Prompt di Windows. Atau dalam kasus ini perintah dari Android dijalankan dari laptop— selanjutnya ia yang mencoba membuka paksa pola kunci, memasukan perintah ADB shell RM/data/system/gesture.key, terakhir tekan Enter.     

Hasilnya Reboot[1], layar handphone sang gadis berjalan dan pola lock screen hilang sejenak. Dan dia segera melakukan pergantian password sesimpel mungkin, selepas Reboot usai dalam waktu sekitar 5 menit.      

Tersenyum senang bisa membobol pola lock screen, Vian segera melipat laptop-nya. Menggerakan tubuh ke belakang dan meletakan komputer lipat di tangannya tepat di atas kursi penumpang sisi belakang.      

Menggenggam handphone yang telah ditaklukan pola lock screen-nya, Vian kini dengan berbangga membuka pesan milik seseorang dengan nama akun 'Suami Palsu' : [Aku dengar taman bermain sedang dalam tahap renovasi dan para pemain teater tengah sibuk menyiapkan pentas baru, mungkinkah masih ada kesempatan untuk...]     

'untuk apa?' gemuruh di dadanya sama menekannya dengan benturan neuron di kepala. Tak ada pesan lain selain potongan kalimat yang tak berujung.      

Lebih menyebalkan dari cara memecahkan teka-teki kasus besar.      

Sayangnya waktu yang dia miliki tak banyak. Siluet gadis berpakaian seragam ajudan sudah tampak di ujung pandangan. Vian lekas mengambil handphone-nya sendiri dan menyimpan nomor 'Suami Palsu' tersebut.      

"Sudah kamu selesaikan tugasmu?", gadis berambut panjang sepinggang mengangguk ringan. Dia tak curiga bahkan tidak banyak bertanya, tatkala meraih handphone-nya yang tergeletak di atas kursi samping pengemudi. Diringkus dan dimasukkan ke dalam tas.      

"Boleh aku tanya sesuatu?", pria bermata sendu menyalakan mesin mobilnya. Memutar kendali dan mobil bergerak perlahan meninggalkan basement rumah keluarga Tuan mereka.      

"Apakah kau pernah punya pacar?", Kihrani menggeleng, menjawab pertanyaan Vian, "Mantan pacar?", gadis tersebut juga menggeleng sekali lagi, "Atau suami?", bergeming sejenak. Perempuan tersebut mengarahkan pandangannya pada lelaki yang tengah mengemudi. Tatapan itu dibalas oleh tatapan.     

"Pacar saja aku tidak pernah punya, bagaimana aku punya suami?", mulutnya berbicara. Akan tetapi alisnya menyatu dan ada kesan ragu di sana. Kesan yang biasa ditunjukkan seseorang yang bingung terhadap dirinya sendiri, atau layaknya saksi yang tak yakin atas informasi yang dia sampaikan kepada penyidik.      

"Kenapa kamu bertanya seperti itu?", Kihrani bertanya,     

"Aku hanya penasaran", jawab Vian.     

***     

"Apa yang ajudan-mu bawa? Bolehkah aku melihatnya?"     

Dia bangkit dari caranya mengamati alat elektronik yang membantunya memeriksa beberapa pekerjaan.      

Biasanya Mahendra sangat fokus, menjadikan Aruna tidak yakin suaminya menyadari apa yang dibawa oleh ajudannya.     

"Bunga dan lilin aroma terapi, aku menyukai benda-benda ini," tangannya keluar dari dalam selimut memegang lilin kecil yang belum dinyalakan. Gelas kristal tersebut berada di atas nakas. Sejalan kemudian, matanya mengamati bunga. Mata coklat itu seolah memberitahu pria yang sedang memperhatikannya, bahwa ia begitu mengagumi rangkaian bunga yang dibawa oma Sukma dan ajudannya.      

Mahendra tidak bersuara, dia berjalan melintasi ranjang, menuju ke arah nakas. Dimana pada sudut paling bawah, terdapat laci yang di dalamnya terselip berkas yang tak boleh disentuh olehnya.      

Langkah kaki yang terbalut sandal rumah ringan, tanpa suara. Menjadikan perempuan yang terbaring terkejut bukan main. Tiba-tiba menyadari lelakinya sudah berdiri terlalu dekat dengan benda yang tidak boleh disentuh sang lelaki. "Apakah aku perlu memeriksanya sendiri?", dari matanya Mahendra memberitahu dia sedang tidak ramah.      

Mahendra membungkukkan badannya, hendak meraih sesuatu. Perempuan yang terpojok turun dari ranjang, memaksakan dirinya untuk berdiri sambil memegangi perutnya. Dia mendorong bahu suaminya.      

Mahendra bisa saja melawan dorongan itu. Bahkan sejujurnya, dorongan Aruna tidak memberi efek pada dirinya. Namun dia butuh alasan, ia mundur sesuai permintaan perempuan yang detik ini tampak pucat pasi.     

Tangan sang perempuan mencengkram ujung ranjang, tangan lainnya terlihat menggantung di udara.      

"Kenapa kamu bersikeras?", tidak ada penekanan pada kalimatnya. Melihat istrinya hamil besar dan berusaha berdiri, selepas begitu banyak waktu yang ia sisakan untuk berbaring. Membuat Mahendra tak kuasa untuk tidak menambahkan tatapan duka mendalam bercampur nanar.      

Aruna tidak memiliki kata untuk membalasnya. Ia terdiam. Menggigit bibir bawahnya, sejalan dengan tangan kanan yang menggantung di udara digerakkan untuk menyibak rambut ke belakang secara frustasi.      

"Kamu tahu sayang! Andai aku akhirnya tidak tega memintamu menyingkir dari hadapanku untuk mengambil apa yang sedang kamu sembunyikan. Besok pagi benda yang sama bisa saja datang di mejaku. Aku tidak perlu menyentuh yang ada di dalam laci-mu, tapi aku bisa menemukan apa yang kamu sembunyikan."      

Aruna terdiam, ia terduduk di tepian ranjang. Hal yang sama juga dilakukan oleh Mahendra.      

"Apakah sulit, bagi lelaki di rumah ini membagi hal-hal rahasia pada perempuannya?", pertanyaan itu ditodongkan Aruna pada Mahendra. Aruna menoleh mengamati suaminya, yang juga tengah mengamati dirinya.      

"Apa yang bisa diperbuat setelah kamu mengetahui hal-hal rahasia yang kau maksudkan?", suaranya mengalun dalam desahan yang menekan dada.      

"Tidak tahu! Tapi kami butuh tahu. Supaya kami, Ah' bukan kami. Tapi aku. Supaya aku merasa dibutuhkan. Selain mengandung dan melahirkan bayi. Menyenangkanmu di malam hari dan memikirkan kamu makan dengan menu apa hari ini," Aruna memprotes dengan caranya. Memprotes tanpa teriakan, suaranya sama bergetarnya.      

"Mengapa kamu ingin menambah beban pikiranmu?", Mahendra sesungguhnya tengah beradu argumen dengan istrinya. Dengan cara sehalus mungkin, dia tidak ingin melukai hati perempuan yang sedang hamil besar. Dia menyayanginya, dia juga tidak ingin marah padanya. Dia hanya menyayangkan, kenapa istri mungilnya memiliki tingkat penasaran melebihi kebanyakan perempuan.      

"Sebab aku ingin meringankan beban suamiku?",     

"Kau terlalu menggunakan perasaan, bukan logika,"      

"Kamu salah! Aku sedang bertindak sebagai partner yang sesungguhnya. Partner yang harus diakui keberadaannya. Bayi yang akan aku lahirkan perempuan. Jika pada akhirnya, aku hanya bisa melahirkan bayi-bayi perempuan, bagaimana kau bisa meneruskan estafet kepemimpinan-mu pada putri-putri kita. Andai saat ini saja ibunya tidak diizinkan melihat apa-apa. Yang artinya dia tidak akan bisa mengajari apapun?", sesuatu yang tidak bisa diprediksi tengah menyergap Mahendra. Menjadikannya tak bisa berkata-kata.      

.     

.     

[1] Arti Reboot adalah memulai ulang atau menyalakan ulang sistem HP Android. Tetapi berbeda dengan reset, reboot ini dilakukan dengan cepat tanpa menghapus seluruh data yang ada di perangkat. Perbedaan Reboot : Tindakan memulai ulang sistem, menutup aplikasi dan menyalakan kembali. Sedangkan Reset : Tindakan mengembalikan sistem ke pengaturan awal dan menghapus semua aplikasi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.