Ciuman Pertama Aruna

IV-207. Perang Strategi dan Mental



IV-207. Perang Strategi dan Mental

0"apa yang terjadi?" pimpinan tertinggi mengunjungi gedung utama pusat keamanan yang baru di bangun. Aktivitas bisnis di dalamnya mulai tumbuh dengan baik sejalan dengan banyaknya klien yang memesan jasa dari agen keamanan tersebut.     

Sayangnya ada sebuah kejadian yang mengusik ketenangan mereka, penembakan terjadi pada perkantoran yang di pimpin Key Barga. seorang tertembak pada lobi di jam yang sama dengan kekacauan yang berlangsung pada bar keluarga Atmodjo -yang terletak bersebelahan dengan gedung yang menawarkan jasa keamanan tersebut.     

Rio, pimpinan tertinggi datang, melerai hawa panas yang terjadi setelah ditemukannya fakta bahwa barang-barang Rey Barga terdapat pada ruang merah di lingkungkungan klub malamHeru Atmodjo. Jelas hal tersebut menyulut rasa penasaran Key termasuk rasa penasaran putra Tarantula yang lainnya.     

Kedatangan Rio menjadikan dua putra Tarantula mau tak mau berada pada satu ruangan yang sama walaupun permusuhan mereka berdua memuncak.     

"paman," ini suara key.     

"aku tak suka basa-basi, aku sudah tahu apa yang terjadi," menarik kursi dan terduduk, serta merta orang-orang Rio mengelilinginya. "tunjukan padaku peluru yang baru keluar dari tubuh anak buahmu,"     

Peluru yang di dapat key dari korban penembakan ia letakkan di atas meja, dan sebuah senjata api laras panjang juga di lepar anak buah Rio di hadapan yang lain, di atas permukaan meja.     

"bagaimana ini bisa cocok?" guman Rio. Mengingat di malam yang sama dengan segala hiruk pikuk yang terjadi pada dua tempat di bawah naungan tarantula, -yakni perkantoran key barga dan klub malam heru atmodjo- sebuah kejadian yang tak kalah membekas juga di alami oleh Rio.     

Dia mengambil perempuannya, perempuan yang menemani hidupnya selama puluhan tahun, dia bukan perempuan muda namun lelaki ini telah terbiasa dengan mantan asisten rumah tangga yang dia rawat pada sebuah kamar di lantai tertinggi rumah keluarga diningrat. Kamar tempatnya melepas penat tiap malam bersama perempuan yang tak bisa berbuat apa-apa selain memenuhi segala kehendaknya dan lambat laun Rio diningrat telah terbiasa.     

Peluru di atas meja cocok dengan benda yang malam itu di gunakan putra termudanya untuk mengancam dirinya. Terlebih dua dari teman putranya terasa tidak asing. Mereka nyatanya pernah terlihat bersama dengan rombongan Mahendra -pewaris tunggal djoyodiningrat yang tak lain musuh bebuyutan Tarantula- pada pesta di ballroom launching produk digital yang digawangi rey barga.     

Dua teman yang membantu putranya hingga terlepasnya perempuan yang bernama Mia adalah anak buah mahendra. Hal ini menjadikan rio mengepalkan tinjunya kuat-kuat.      

"KENAPA KALIAN MASIH SAJA BODOH!! SALING MENUDUH!!" Rio memekik mengintimidasi key dan Heru. Dua anak muda ini terdiam membisu.     

"Bawa padaku semua orang yang berhubungan dengan kasus ini," dan saat Key membawa salah seorang yang mengaku bertanggung jawab atas tindakan penembakan yang tak lain peserta sayembara, seorang pimpinan gangster jalanan. Rio langsung menendang lelaki yang separuh tubuhnya di penuhi tato tersebut.     

Tapi sang pimpinan gengster tak bisa berbuat apa-apa sekali dia melawan sekelompok pengawal rio akan mendekat dan menghancurkan tubuhnya. Jadi dia babak belur kurang dari 10 menit saja.     

Hal lain yang tidak dibayangkan oleh siapa pun, Rio memasukkan sebuah peluru yang baru saja keluar dari tubuh seorang korban penembakan ke dalam senapan yang dia bawa. Detik berikutnya dia mengarahkan benda tersebut pada sang pimpinan gangster yang setengah masih sadar akibat digebukin para orang-orang Rio.     

"apakah kamu di kirim lelaki bermata biru? cucu wiryo berani bermain- main denganku," sang lelaki yang menjadi sasaran tembak tak punya tenaga melawan atau bahkan sekedar untuk berkata 'tidak'. Ketika bunyi letusan hebat hadir di ruangan dan sebuah timah panas menembus bajunya hingga menghilangkan nafas untuk selama-lamanya.     

Key dan heru terdiam seribu bahasa. Di balik itu key terlihat sangat tegang berbeda dengan heru yang mencoba dengan sangat agar tidak muntah melihat darah yang menggenang di lantai.     

"Lempar tubuhnya di hadapan cucu Wiryo!!" perintah Rio dan sekelompok ajudan menarik tubuh yang masih meneteskan darah segar untuk di bawa keluar ruangan.     

Rio kini menghadapi ke dua putra dewan di mana yang satunya mulai pening dan rasanya dia benar-benar ingin muntah. Heru menggigit bibirnya kuat-kuat.     

"Gesang dan teman-temannya yang menembak pegawaimu di lobi," matanya menatap Key, "artinya mereka juga yang mengacau klub malammu," berpindah pada Heru yang wajahnya telah memerah parah, "barang-barang yang berada pada ruangan merah tentu di kirim oleh mereka, jadi Rey ada di tangan keluarga Djoyodiningrat! mengapa kamu tak bisa melihat ini!!" Key mendapatkan rentetan amukan Rio.     

Key menelan saliva, mulutnya spontan kering dan dia terlihat amat sangat tersiksa atas intimidasi Rio. Sama tersiksanya dengan Heru yang meminta maaf, lalu bangkit dari duduknya berlari keluar. Sempat terdengar putra atmodjo muntah di luar ruangan, sebelum pintu di tutup rapat.     

"dari mana anda yakin dengan yang terjadi?" key mencoba menalar dan membuat konfirmasi secepatnya.     

"cih!" pimpinan tertinggi mendecih pada putra tertua Barga, Rio sempat berpikir Key paling bisa diandalkan dalam perang strategi dan mental semacam ini. sesuatu yang sudah Rio prediksi bakal terjadi cepat atau lambat. semenjak lelaki tua yang enggan dia sebut namanya menyerahkan estafet kepemimpinan pada sang cucu.      

Mengeluarkan cerutu dan menyalakan benda yang erat dengannya, sang pimpinan dewan menghisap kuat-kuat. ia terlihat santai dalam kondisi yang menurut Key dapat dikategorikan genting.     

"aku sudah menduganya sejak awal, namun buktiku tak cukup, semua menuduh instingku tak benar dan bisa menimbulkan kekacauan," barga mengingat bagaimana dia meyakini segala yang terjadi pada rey tak jauh-jauh dari keluarga adi daya yang detik ini di pimpin sang pewaris tunggal. lelaki bermata biru yang terkenal akan kecerdasannya, dingin dan kaku.     

"aku juga meragukanmu kala itu," rio menancapkan begitu saja cerutunya di atas meja. Membuat meja mengkilat itu ternoda dengan bekas warna abu-abu, akibat cerutu sang pimpinan dewan.     

Saling memandang satu sama lain, rio menatap key lebih lamat, "aku lupa dari mana kamu menyimpulkan Rey berada di tangan mereka?"     

Dan Key menjelaskan bagaimana timnya menemukan sebuah penjelasan janggal atas laporan penculikan yang melibatkan ibu hamil di sebuah kantor polisi pinggiran kota dengan nomor mobil terlapor adalah nomor mobil rey yang nyatanya benar-benar hilang tak bersisa, baik rey maupun mobil tersebut.     

Mendengar penjelasan putra Barga, Rio terdiam beberapa saat. Seolah tengah menalar sesuatu.     

"hari sebelum kejadian, Rey menginginkan sebuah kamar mewah, dia dalam kondisi mabuk berat menurut Pay, orang yang menerima panggilan Rey terakhir kali," Key menambahkan.     

"jika benar semua ini adalah ulah Mahendra," tiba-tiba kalimat Rio terpotong.     

"sayangnya aku tak bisa seratus persen mengatakan bahwa perempuan hamil itu ialah istri mahendra, aku malah sempat berpikir bisa jadi salah satu perempuan rey yang dengan sengaja menjadikan adikku hilang. Istri mahendra terkonfirmasi mengidap masalah kehamilan dan dia berada di dalam rumah keluarga Djoyodiningrat, tak tersentuh, paman," papar key.     

Cerutu yang sempat padam detik ini diraih jemari Rio dan lelaki tersebut meremasnya sampai lintingan berisikan tembakau terburai.     

***     

"Apa yang terjadi," Hendra merasakan mobil yang dikendarai rolland melaju di atas kecepatan yang biasa para ajudannya suguhkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.