Ciuman Pertama Aruna

IV-212. Kencan Pertama



IV-212. Kencan Pertama

0"aku mendengarkanmu," lelaki tersebut bergumam, ia menatap bianca sekilas. "kamu mau naik wahana itu bersamaku?" tawar Thomas.     

Otomatis Bianca menggelengkan kepalanya, naik bianglala saja dia tidak berani. Bagaimana dengan sky swinger.     

"aku akan mempertimbangkan penawaran mu, kalau kau mau dan berani naik wahana itu bersamaku," Gigi rapi Thomas tertangkap mata, dia tersenyum lebih lebar dari sebelumnya.     

"benarkah?"     

Pria di hadapan Bianca berjalan mundur, menggoda gadis tersebut untuk mengikutinya.     

Bianca terlihat mengerutkan alisnya. Sebelum perempuan tersebut berusaha mengumpulkan keberanian. berjalan cantik mengikuti langkah Thomas. Lalu memilih melepas sepatu hak tinggi nya tatkala seorang petugas yang berjaga mempersilahkan ia duduk di salah satu kursi sky swinger.     

Bianca hendak mengibaskan rambutnya dan mencoba mengikatnya, tatkala seorang petugas yang membantunya memasang sabuk pengaman telah usai menjalankan prosedur keamanan. Dan tentu saja Sky swinger berputar tanpa ampun.     

"Aaaaaaa...." yang terjadi berikutnya gadis itu berteriak hebat.     

Teriakannya disusul dengan teriakan Thomas, "tenanglah.. hahaha.." tanpa dosa lelaki berambut platinum itu tertawa, "kau tidak akan terlepas.."     

"Tidaaaak... Papi... Tolong.. tolong aku..." bahkan sampai benda itu berhenti gadis berparas cantik dengan mata besar itu masih berteriak, bisa jadi menangis.     

"hai.. tenang.." Thomas Lekas bangkit dari duduknya mendekati Bianca dan menepuk wajahnya. Berharap perempuan tersebut segera membuka matanya. Takut dia akan pingsan. "Lihatlah.. buka matamu.. ayunannya sudah berhenti bergerak,"     

Bianca membuka matanya. Mata merah itu memandang sekeliling. sejalan kemudian dia mendorong tubuh Thomas yang menunduk ke depan, ke arah dirinya. Mencoba menenangkan.      

Mata berkaca-kaca itu mengintimidasi, sebelum beranjak dari tempat tersebut. Lalu mengais sepatu hak tinggi untuk ia kenakan kembali.     

Bianca terdapati berjalan gusar meninggalkan Thomas.     

"Pak Thomas," semua pegawai di taman hiburan kenal dengan pemilik baru mereka, termasuk petugas key swinger yang sedang memanggil nama Tom, "apakah nona itu tak apa-apa?"     

"dia masih bisa berjalan dengan baik menggunakan sepatu itu. Tenang saja.." menepuk bahu petugas wahana sky swinger. Thomas memburu langkah kaki marah Bianca.     

"ayo kita pergi ke kafetaria," memungut pergelangan tangan Bianca, dan gadis tersebut lekas membuang telapak tangan Tom. "aku yakin kamu butuh minum," Thomas detik ini berjalan lebih cepat berdiri tepat di hadapan Bianca, terlihat memasukkan tangan kanan ke dalam saku celana sambil memperhatikan perempuan yang masih marah. "Dan butuh merapikan rambutmu yang sedikit, ya.. aku rasa seekor burung bisa bersarang di sana," Bianca lekas menaikkan tangannya lalu menjamah rambutnya.     

"Aaarrgghh!!" gadis tersebut berteriak frustasi, sejalan kemudian mau tak mau dia mengikuti tiap langkah kaki Thomas.     

***     

"Jadi ini tempatnya?" pintu mobil baru ditutup, ketika 4 orang keluar dari dalam mobil tersebut, di mana 2 di antaranya lekas berlari menghambur menuju sebuah tempat pemesanan tiket yaitu Laila dan Ricky.      

Selebihnya sepasang laki-laki dan perempuan dewasa berjalan beriringan membuntuti mereka dari belakang.     

"ya..." Kihrani mengangguk. Sejalan kemudian kepalanya berputar memperhatikan suasana di sekitar. "Tempat ini benar-benar berubah?" dia bergumam lirih.     

"Sebelumnya tidak seperti ini?" pertanyaan Vian berbuah anggukan.     

"kalian sudah memesan tiketnya?" kihrani belum sempat menjawab pertanyaan Vian. Tatkala seorang anak kecil menyodorkan 2 buah gelang tangan kepada kakaknya.     

Dan perempuan yang titik ini rambutnya dibiarkan tergerai menyentuh ujung atas pinggang lekas membalik tubuhnya ke arah pria yang tinggi tegap di belakangnya. Rambutnya berkibar beberapa saat sebelum ia menunduk, meraih pergelangan tangan Vian dan memasang gelang yang menjadi penanda untuk memasuki taman bermain.     

Perilaku yang seperti ini yang menjadikan Vian suka pada gadis tersebut. Di balik ekspresinya yang jarang tersenyum bahkan cenderung pemarah. Tidak ada yang bisa menyangkal pemilik rambut hitam pekat ini ialah seorang perempuan yang pembawaannya di warnai nuansa penuh perhatian kepada siapapun di sekitarnya. Spontanitas khas kihrani, menjadikan siapa pun yang dekat dengannya merasa di perhatikan, walaupun dia jutek bukan main.     

"okey.. ayo kita bersenang-senang," ini suara Kihrani selepas Ia berhasil memasangkan gelang di tangan Vian. Lalu buru-buru mencoba untuk memasang sendiri miliknya, dengan memanfaatkan giginya untuk menggigit ujung gelang tersebut.     

"dasar!" celetuk Vian. Memperhatikan cara gadis itu memasang gelang di tangannya lalu berjalan cepat melintasi petugas penjaga pintu.     

"Cepat! Adik-adikku keburu hilang," iya meneriaki Vian, jengkel pria itu berjalan lambat. kihrani berbalik lagi. Lalu menarik sweater Vian yang membalut lengannya, memaksa pria itu berlari kecil memburu adik-adik Kihrani yang sudah berhamburan entah kemana.     

"Huh!! Anak-anak ini!!" pekik kihran selepas berhasil masuk ke dalam taman hiburan. Dan mendapati adik-adiknya tidak ada dalam jangkauan matanya, atau mungkin sengaja menghilang.     

"mereka sudah besar.."     

"tempat ini luas dan wahananya banyak yang rusak, kalau tidak di awasi bisa.." bibirnya berucap tanpa jeda. Dan berhenti tatkala Vian memegang kedua bahunya dari belakang lalu memutar bahu tersebut supaya si cerewet lekas mengedarkan tatapan matanya ke sekeliling. "wooo.. tempat ini benar-benar bertransportasi,"     

"TRANSFORMASI," Vian membenarkan ucapan Kihrani.     

"ah' iya maksudku itu," melangkah lambat seolah baru saja masuk ke dunia lain. Sekelompok wahana rongsokan sudah lenyap dan berganti dengan wahana-wahana baru. Cat warna pada tiap-tiap wahana permainan begitu mencolok. Pohon-pohon baru saja ditanam dan menjadikannya terkesan rindang. Bunga-bunga berbaris di antara jalan setapak yang mengarah pada tiap wahana yang tersaji.     

"Ayo kita lihat pertunjukan teater! Aku benar-benar penasaran siapa cik Sima!" Kalimat Vian diliputi rasa jengkel.     

"Tidak.. tidak.. aku ingin mencoba permainan ini satu persatu, silakan pergi saja kalau mau nonton," Qirani tengah tersihir. Gadis itu berjalan cepat menuju salah satu wahana permainan. Tak lain adalah komedi putar. Ia sedang antusias. Sejak ia remaja tempatnya melepas penat adalah membawa adiknya ke taman bermain ini, karena tiket masuknya sangat murah.     

Tapi tak sekalipun terpikirkan, kumpulan rongsok yang dulu dia nikmati dengan cara hati-hati. Menjelma menjadi wahana permainan kelas premium.     

"kita kan sedang dating, ya masak main jalan sendiri-sendiri," keluh Vian. Membuntuti langkah cepat kihrani dan segera meringkus bahu gadis tersebut.     

"Jadi kalau dating tanganmu harus begini??"     

"iya doang," Vian mendekap lebih erat bahkan sempat mengguncang tubuh si pemilik rambut hitam yang tergerai panjang.     

"kakak.." dan di ujung sana. Pada komedi putar, Laila berteriak memanggil kakaknya, "kak kihran.. aku naik kuda poni.." Laila melambaikan tangannya riang. Berbeda dengan Ricky yang memilih diam membisu memalingkan wajah. Mungkin dia malu ketahuan kakaknya. Laki-laki seusia SMA masih suka naik komedi putar.     

Vian dan Kihrani berjalan mendekati pembatas komedi putar. Membalas lambaian tangan Laila.     

Tangan kanan Vian konsisten berada di bahu kihrani dan menepuk-nepuknya. "Sebentar lagi, huuh, aku belum tentu bisa menemanimu dan adik-adikmu,"     

"maksudnya?"     

"aku mendapat tugas di wilayah timur?" suaranya lirih, Berbisik rendah.     

"berapa lama?"     

"tidak bisa dipastikan,"     

"jadi kamu tidak tahu kapan kamu kembali?" wajah Kihrani menoleh pada Vian, karena lelaki di sisi-nya jauh lebih tinggi. Gadis tersebut mendongak menatap wajah lawan bicaranya.     

 "ya.. itulah kenyataannya," mata Vian jatuh ke bawah mengamati fitur wajah gadis yang merebut seluruh perhatiannya. Tangannya yang berada di bahu naik ke atas mengelus rambut hitam panjang dari ujung kepala turun ke bawah sampai di pinggang, ia mempererat dekapannya.     

Tersenyum penuh arti.     

"Cie..." Ricky dan Laila berteriak dari komedi putar. Mengakibatkan sepasang lelaki dan perempuan dewasa buru-buru saling mendorong dan lekas menjauh satu sama lain.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.