Ciuman Pertama Aruna

IV-219. Tubuhnya Hangat



IV-219. Tubuhnya Hangat

0"Hangat?" Alis Mahendra terlihat menyatu, menanggalkan niatnya yang hendak berbaring di samping istri tercinta. Lelaki bermata biru itu lekas turun dari ranjang, ia mendekati telepon rumah.     

[Tolong! Suruh datang ke kamar kami, siapa saja yang bertanggung jawab menjaga kesehatan istriku?!] Perintah tersebut belum sempat mendapatkan jawaban. Akan tetapi sudah dapat dipastikan penerima panggilan di ujung sana dengan segera memenuhi setiap permintaan tuan muda Djoyodiningrat.     

***     

"lalu bagaimana dengan kak Kihrani dan kak Thomas?" pemuda seusia SMA tersebut masih sempat menoleh ke belakang tatkala ia hendak menyusup dan berlari bersama adik perempuannya, lala berada dalam dekapan.     

"Jangan pikirkan kami! Lari secepat kamu.."     

"Tak ada waktu Kiki! Ayo!" perintah Thomas, lelaki berambut platinum tersebut menyerobot pergelangan tangan Kirani.     

"jangan menoleh ke belakang Ricky!" perempuan yang tangannya diraih oleh Thomas enggan melepas tatapan atas keberadaan adiknya yang perlahan-lahan menghilang ditelan jarak.     

Bersama Thomas ia keluar dari rumah, berlari secepat mereka bisa untuk meraih pintu mobil CEO Djoyo makmur Group.     

Mobil tersebut menderu sekeras kemampuannya, hal tersebut di sengaja, guna mencuri perhatian terhadap siapa pun yang menguntit ajudan perempuan keluarga Djoyodiningrat.     

Tatkala para penguntit mulai menunjukkan keberadaannya, Thomas memacu pedal gas, mobilnya sempat menabrak separuh pagar rumah Kihrani sebelum melesat melintasi jalanan sempit perkampungan pinggir sungai. Lalu dipacu secepatnya menuju jalan raya yang lebih lebar untuk Meloloskan diri.     

Selepas meloloskan diri dari perkampungan tempat tinggal gadis berambut hitam panjang, dalam waktu singkat keduanya bisa melihat dua buah mobil membuntuti keberadaan mereka.     

Sayang, sepasang laki-laki dan perempuan ini tidak memiliki apapun untuk mempertahankan diri. Suara ledakan mulai terdengar dan memekikkan telinga, tatkala peluru membentur dinding kaca mobil bagian belakang.     

"Sial!" ini pekikan Thomas, pria ini sudah tak ingat berapa kecepatan yang ia usahakan. Bahkan dalam kondisi paling genting, lelaki berambut platinum itu sempat meraih handphone di sakunya dan melemparnya pada gadis yang memegangi sabuk pengaman kuat-kuat.     

"cari kontak bernama Pradita! Share lokasi kita!" pekikan tersebut sejalan dengan gerakan sang pengemudi memutar kendali mobil ke arah secara tiba-tiba. Hingga sang perempuan menghantam dinding pintu sembari terus berusaha membuat panggilan.     

"Bruak!!" Thomas membanting arah mobil bukan tanpa alasan. Lelaki berambut platinum tersebut sadar betul mobil lain telah datang dari arah depan. Untuk itu ia sengaja memutar kendali. Berbalik lalu menabrak mobil yang sejak tadi memburu mereka berdua.     

Suara benturan sisi depan mobil yang ia kendalikan dengan salah satu mobil yang mengejar -tidak bisa terelakkan.     

Mobil yang ditabrak dengan sengaja oleh Thomas terpental dan tersisih dari badan jalan. Sayangnya itu bukan akhir, sebab kekacauan yang sebenarnya baru saja dimulai.     

[Thomas?] Pradita barusan mendapatkan share lokasi dan segera membuat panggilan.     

"BRUAK!!" mobil lain berdatangan. Salah satu dari mereka berhasil menghantam kendaraan yang dikendalikan Thomas.     

Telepon dalam genggaman Kirani jatuh. Tatkala perempuan tersebut menunduk untuk mengambilnya...     

"Daaar!!" ban mobil sisi belakang pecah seiring ledakan memekikkan telinga.     

Kuda besi yang dikendalikan CEO Djoyo makmur group beserta ajudan perempuan sang nona keluarga Djoyodiningrat menghantam pagar pembatas jalan.     

Benturan keras tercipta, salah satu dari mereka berlumuran darah. Asap menguar dari sisi depan mobil yang telah hancur umur.     

Sejenak terlihat seorang lelaki berusaha meraih bahu perempuan, berusaha menggoyangnya. Sayang sekali hal tersebut tak mampu bertahan lama sebab dari arah luar senjata api menyusup melalui jendela kaca yang dipecah seseorang.     

Ujung senjata mematikan itu menyentuh pelipis lelaki berambut platinum, sebelum tubuhnya diseret keluar. Lamat-lamat ia dapat melihat hal yang sama, perempuan yang duduk di kursi pengemudinya dibopong lelaki bertubuh tinggi besar.     

"Lepaskan... Lepaskan aku!!" frontal Thomas, hendak berlari ke arah pria tinggi besar yang membawa tubuh Kihrani. Kenyataannya Thomas tidak bisa meraihnya. Dari arah belakang hantaman benda keras menjatuhkan tubuhnya bersama kesadaran lelaki berambut platinum yang turut tumbang.     

***     

"Tuan, wajar bagi perempuan hamil mendekati masa HPL mengalami perubahan suhu tubuh, salah satunya demam. Anda tak perlu khawatir," mata Mahendra menajam. Menatap suster yang menjelaskan kondisi yang tengah dihadapi Aruna.     

"Bagaimana aku tidak khawatir," Mahendra baru bicara selepas terdiam seribu bahasa, ia membuang tatapannya.     

Terlihat jelas bagaimana suster di hadapan lelaki bermata biru tersebut baru bisa bernafas lega.     

"Keluarlah kalian!" seorang suster dan dua orang asisten rumah induk buru-buru meninggalkan kamar pribadi tuan muda Djoyodiningrat beserta istrinya.     

"tinggalkan benda di tanganmu," Mahendra berbicara dengan Ratna, asisten rumah tangga yang membawa baki kecil beserta handuk, satu paket peralatan untuk mengompres tubuh sang nona.     

Mendengar perintah Tuannya, asisten rumah induk tersebut buru-buru meletakkan benda yang ia bawa pada nakas di dekat ranjang tidur nona muda Djoyodiningrat.     

Telepon Mahendra berdering nyaring, saat ia hendak menyentuh handuk putih yang terlipat rapi, berbentuk gulungan.     

Lelaki tersebut menanggalkan handuk tersebut. Benda yang seharusnya segera ia celupkan ke dalam air dan digunakan untuk meredam hawa panas yang menyelimuti tubuh istrinya.     

[Tuan..] suara bernada rendah, ada kesan duka di sana.     

[Pradita?]     

[Thomas dan ajudan nona menghilang] suara ini bergetar.     

[Ajudan?]     

[Ajudan perempuan paling junior]     

Mahendra masih berdiri membeku. Saat menerima telepon dari Pradita. Matanya tidak henti menatap keberadaan sang istri yang terbaring lemah.     

[Ajudan yang juga teman nona]     

[Ya, aku tahu] Hendra keluar dari kamarnya, terlihat menutup pintu secara hati-hati, agar istrinya yang Sedang terbaring tidak terganggu.     

[Apakah informasimu bisa dipertanggungjawabkan?]     

[Apa aku pernah memberi informasi tidak valid?] tentu saja Pradita tak pernah melakukannya, sekalipun.     

Mahendra memacu langkah sembari mendengarkan setiap kalimat yang diucapkan Pradita. Lelaki bermata biru tersebut mendekati sebuah pintu. Ia mengetuk pintu, dan seorang perempuan yang tak lain adalah mommy Gayatri menyambut kedatangannya.     

"Bantu saya menjaga Aruna, tolong," ujar Mahendra, laki-laki yang enggan meninggalkan panggilan dari telepon genggamnya.     

"buat apa minta tolong?" mommy lekas meninggalkan Hendra.     

Melihat sang ibu menuju lorong ke arah kamar pribadinya. Hendra kembali fokus pada panggilan di handphone.     

[Minta Surya kembali! Kalau bisa malam ini juga] Hendra menuju ruang kerjanya yang berada di lantai pertama rumah induk.     

[Tutup semua informasi hilangnya Thomas, kondisi perkantoran upayakan tetap kondusif] Hendra telah sampai di depan ruang kerjanya, anehnya lelaki bermata biru ini menghentikan langkahnya. Harusnya dia sudah memutar hendel pintu. Tapi tubuhnya berputar 90 derajat, mengamati seseorang yang buru-buru berdiri selepas mengetahui dia datang.     

"Kenapa kamu di sini?" tanya Mahendra menanggal keberadaan handphone yang melekat di telinganya.     

"Saya ingin menanyakan sesuatu," dia yang bicara mendekat secara perlahan-lahan. Terlihat hati-hati dan jakunnya bergerak, jelas pemuda ini menelan salivanya sendiri. Mencoba mengumpulkan keberanian.     

"mengapa anda meminta Black Pardus menemukan titik lokasi kediaman keluarga Diningrat?" mata Juan menatap penuh harapan.     

Hendra sepenuhnya mengarahkan tubuhnya pada pemuda tersebut, "aku ingin membakarnya, bagaimana menurutmu?"     

Bola mata Juan melebar mendengar suara jenis Basaa, jenis nada terendah dari warna suara seorang lelaki dewasa dengan jangkauan E2 hingga E4.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.