Ciuman Pertama Aruna

IV. 220. Cucu Wiryo Tak Bisa Ditolak



IV. 220. Cucu Wiryo Tak Bisa Ditolak

0"Mengapa anda meminta Black Pardus menemukan titik lokasi kediaman keluarga Diningrat?" mata Juan menatap penuh harapan.     

Hendra sepenuhnya mengarahkan tubuhnya pada pemuda tersebut, "aku ingin membakarnya, bagaimana menurutmu?"     

Termangu dalam kehampaan, rasanya kaki Juan lemas seketika. Mahendra yang dia tahu tak pernah bermain-main dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya.      

Dua orang laki-laki yang terlahir dari asal usul yang sama, saling bertautan mata. Jiwa mereka berbicara. Walaupun mulut di antara keduanya terbungkam seribu bahasa.      

"Satu saja, nyawa orang-orang di pihakku melayang, akan kupastikan balasan datang berkali-kali lipat lebih mengerikan," kedua telapak tangannya mengepal, "sampaikan pesanku pada kakakmu. Atau siapa pun yang bertanggung jawab atas hilangnya Thomas dan ajudan istriku!" Mahendra membalik tubuhnya, memutar handle pintu, sejenak kemudian lelaki tersebut menghilang ditelan daun pintu.      

Juan yang berdiri gemetar lekas mundur dan mencari tempat merebahkan dirinya. Memikirkan siapa yang paling bisa dia hubungi demi menyampaikan kemurkaan tak biasa tuan Muda Djoyodiningrat.      

Saat ini Tarantula harus sadar yang mereka hadapi bukan lagi lelaki tua yang memegang janji dan norma-norma lama.     

***     

"apa yang akan kamu lakukan terkait surel yang mereka kirim?" Tegar Maskus Salim secara khusus mendatangi kediaman Adam Nalendra. dua sosok dewan tarantula secara sengaja membuat janji bertemu, hal tersebut tak lain di karena kan penawaran yang mereka terima dari Presdir Djoyo Makmur Group.      

"apakah kamu bisa melarikan diri dari permintaan cucu Tetua Wiryo," Saat ini yang bicara adalah Adam, ayah dari Bianca dan Angga Nalendra. Lelaki itu berdiri dari tempat duduknya. Ia turut serta berdiri di dekat jendela ruangan seperti yang dilakukan oleh Tegar Markus Salim.      

Salim memandang kosong dan putus asa keluar jendela dan Adam menyadari ekspresi pasrah rekannya.      

"keturunan Wiryo tidak akan meminta sesuatu yang bisa kita tolak, sama seperti cara pria tua yang menakutkan itu bekerja. Ketika..." kalimat Adam terputus.      

"..dia menginginkan sesuatu, tak ada yang mampu menolaknya," Salim sang ayah dari Intan dan Tiara salim memberi kesan putus asa pada kata-katanya.      

"aku akan mengembalikan apa yang seharusnya menjadi milik Djoyodiningrat sejak awal, Sejak semula kamu tahu posisiku, aku masih sama, baik sekarang maupun puluhan tahun lalu, aku tetap tidak setuju atas makar yang dilakukan kelompok kita, aku hanya bagian yang terseret, sebab kalian membawa namaku, jika hari ini aku harus mengembalikan saham yang kita rampas dari mereka," dia yang bicara membusungkan dadanya, "aku akan mengembalikannya, menyerahkan secara sukarela, seratus persen yang kumiliki," Tegas Adam Nalendra.      

Tegar Salim memejamkan mata. Sejalan kemudian dia mendekati sofa. Duduk di kursi empuk yang entah bagaimana terasa mengeras detik ini.      

"benar katamu," ujarnya sembari meneguk air es yang baru ia raih dari atas meja, "cucu Wiryo tak bisa ditolak," jakunnya bergerak sejalan dengan masuknya zat cair ke dalam tenggorokan, "dia telah mengakuisisi semua departemen Store ku tanpa sisa, satu-satunya cara membebaskannya dengan menukarnya menggunakan saham Tarantula yang aku miliki,"      

Adam Nalendra ikut serta duduk, dia mengamati kekalutan rekannya, "aku curiga selain kita berdua ada lagi yang sudah bernasib sama dengan kita,"      

"Sekali saja mampu mengambil satu lagi dari tujuh saham dewan Tarantula aku yakin cucu Wiryo mampu menggulingkan kekuasaan kita semua," Salim menambahkan.      

"Kau benar, walaupun saham itu sekecil milik keluarga Braga, sekali dia mendapatkannya kedigdayaan Diningrat ikut larut," Adam Nalendra terlihat lebih condong pada keluarga Djoyodiningrat sejak awal. Dukungan implisit ini tergambar dari suara yang bersemangat tiap kali dia mengujarkan prediksi kemunduran Tarantula, "Dan itu tidak mustahil, kapan saja bisa terjadi, aku tidak akan mengungkap apapun keputusanmu nanti, entah kau pada akhirnya menyerahkan saham kepada cucu Wiryo atau tidak aku akan tutup mulut terkait Surel yang kita terima,"      

"Bagaimana denganmu?" Tegar Salim kembali memastikan pilihan Adam Nalendra.      

"Tak perlu di tanya lagi, aku sudah menyerahkannya beberapa jam setelah menerima surel dari Mahendra," Ujar Adam.      

"apakah itu yang menjadikan perusahaan putramu -Angga- naik pagi ini?" Tegar melebarkan matanya, menuntut jawaban.      

Adam hanya tersenyum tipis yang menjadi penanda akan kebenaran atas keputusannya.      

"jika memang itu yang kamu pilih, aku pun akan membebaskan department Store milikku," Tegar mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong sakunya, sesaat berikutnya terlihat Handphone yang menampilkan Surel penawaran resmi Presdir Djoyo Makmur Grup di baca sekali lagi.      

"aku yakin bukan hanya departemen Store yang mereka janjikan untukmu," ada senyum miring yang tersaji di bibir Adam Nalendra. Pria beralis tebal tersebut hafal betul sejauh apa kemampuan perusahaan Djoyo Makmur Group dalam menyajikan penawaran. Perusahaan paling berpengaruh seantero negeri tersebut mampu mempengaruhi siapa pun yang mereka inginkan untuk mengangguk pasrah.     

"mereka memiliki Marketplace Baru dengan jangkauan lebih luas dari produk digital yang di bangun para putra Tarantula. Dan putriku, Intan, akan mendapatkan tempat sebagai bagian dari mereka, aku tak bisa membayangkan sejauh mana mereka akan mengubah department Store ku yang hampir mati suri menjadi produk marketable di pasar, Intan menginginkannya dan aku tak tahu lagi bagaimana cara mengatakan Tidak," dia yang bicara sedang menggoreskan stylus pen di atas permukaan benda telekomunikasi canggih abad ini.      

***     

"Byur!!" air dari dalam botol di guyurkan pada wajah lelaki berambut platinum. Dekil dan kusam, serta memar di beberapa bagian tersaji secara nyata.      

"hahaha," tawa seseorang menguar membentur dinding ruangan, "gilaaa.. gila," dia yang bicara terlihat begitu puas, "menangkap seekor kelinci bonus sala satu dari kawanan singa jantan," kalimat ini konsisten diiringi tawa.      

Thomas tak peduli dengan kalimat-kalimat yang diutarakan salah seorang yang dia tahu adalah bagian dari putra tarantula. Lelaki berambut platinum dengan pelipis berdarah tersebut mengedarkan pandangannya ke seluruh isi ruangan, dia mencari tubuh perempuan yang terakhir kali dilihat tengah dibopong oleh salah seorang bertubuh tinggi besar, para keparat yang memburu mobilnya.      

"Kamu mencari gadis itu?" Thomas tidak mendapatkan apa pun. Dia sedang diikat pada kursi, baik kakinya maupun tangannya. Tatkala mendapatkan pertanyaan dari Key Braga, Thom menghujamkan tatapan membunuh pada kakak Rey Barga tersebut.      

"Bagaimana kamu bisa seangkuh ini, lihat.." dia yang bicara mendekat menggerakkan telapak tangannya dari atas ke bawah, mengarah pada kondisi Thomas.      

Kaki Thomas detik ini terikat kuat pada masing-masing kaki kursi, tangannya di belakang di atas penyangga tangan -bagian dari kursi- sama terikatnya. Rambutnya yang terurai saat ia mencoba untuk membuat gerakan kelihatan berayun-ayun.      

"Jujur aku sangat menyukai kemenangan hari ini!!"     

.     

.     

_______________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/       

1. Lempar Power Stone terbaik ^^       

2. Gift, beri aku banyak Semangat!       

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan       

Cinta tulus kalian yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.