Ciuman Pertama Aruna

IV-227. Anda Dimana?



IV-227. Anda Dimana?

0"kalian lambat!" kaki pembawa senter bercucuran darah seiring jatuhnya tubuh orang tersebut ke lantai. Wisnu hadir di sana merampas pistol yang hendak dikeluarkan pembawa senter.      

"ah! ternyata kau!" ini Jav memungut senter yang tergeletak dan mematikannya. Sedangkan Herry lekas menarik tubuh itu untuk dimasukkan ke dalam ruang terdekat.      

"tuan menginginkan tempat ini di bumi hanguskan," Wisnu meneruskan bisikan di telinga yang berasal dari pradita. Bisikan yang sesungguhnya di dengar ketiganya bukan sekedar wisnu.     

Entah sudah berapa orang Tarantula yang di tumbangkan tiga bala tentara lelaki bermata biru. mereka lebih mirip sekelompok anak muda yang hobi bercanda, akan tetapi saat menjalankan misi kelompok ini layaknya macan hitam yang mampu mengoyak lawan dalam gerakan cepat. terlebih tatkala menjalankan misi di kegelapan kelompok ini sama mengerikannya dengan cara tuan mereka merangkai siasat.      

"Tinggal menemukan Thomas," Herry yang berjalan di sisi paling belakang menegaskan tujuan paling utama dari misi malam ini.      

"Door!!" sayangnya..     

"Sial!!" pekik wisnu mengawali lari pemuda tersebut, Ia menoleh kebelakang menyadari kedatangan gelombang langkah kaki dalam kegelapan.      

"Herry!" Ini suara jav hendak menolong pemimpin tim. Namun Herry malah mendorong rekannya tersebut. Herry jatuh di lantai, dia terdiam dalam kegelapan merapatkan tubuhnya pada ubin dingin. punggungnya tertembak akan tetapi pria ini baik-baik saja. Rompi anti peluru menyelamatkannya. dia hanya perlu memulihkan diri dari rasa terkejut yang luar biasa.      

Dengan demikian dari balik tikungan lorong, Jav dan Wisnu sigap membuat serangan. mengecoh gelombang besar yang datang supaya tak menyadari beberapa langkah dari keberadaan mereka ada tubuh Herry yang tengkurap di sana. masih terkapar di lantai.      

"Door!"      

"Tar!"      

Suara ini tak terelakan dua kelompok yang sudah sejak lama bermusuhan saling menyerang satu sama lain. melempar timah panas untuk saling mematikan.      

Pada kebisingan tersebut Herry merangkak perlahan-lahan. Berusaha membebaskan diri dari kondisi genting yang dihadapi -setiap saat bisa merenggut nyawanya.      

Herry mungkin beruntung kala beberapa detik lalu tembakan menjatuhkannya tapi ia masih baik-baik saja. Andai saat ini salah satu saja dari kelompok tarantula menyadari keberadaannya. bisa jadi kaki, tangan atau bahkan kepalanya dapat dengan mudah ditembus oleh timah panas.      

[Tolong! kami kewalahan,] Jav mengirim sinyal pada Pradita. Sinyal yang lekas ditangkap yang lain.      

Termasuk Juan yang berada di mobil tuannya.      

"Tuan saya," ini suara Juan minta izin.      

"Tenanglah, belum saatnya kau menunjukkan dirimu, tetap di sini," Mahendra menekan kehendak Juan.      

Di sisi lain, pada ruangan yang gelap seutuhnya. Seorang laki-laki dan perempuan masih bersembunyi di bawah ranjang.      

"Kau mendengarnya kihran?" suara ini lirih hanya untuk mereka berdua.      

Gadis yang meringkuk bersama Thomas mengangguk.      

"Tembakan ini bukan dari satu arah, mereka saling menyerang, satu sama lain, itu artinya bala bantuan untuk kita telah tiba," netra pekat Kihrani tidak terlihat dikala gelap. Akan tetapi gerakan mendekat gadis tersebut bisa terbaca Thomas. Kihran mengangguk.      

"Apa yang harus kita lakukan?" suaranya bernada khawatir.      

"Seperti saranku sebelumnya, ayo! Ikuti aku! Seret tubuhmu sampai kita mendekati pintu. Hanya itu satu-satunya cara supaya kita bisa terbebas, secepatnya," Thomas bangkit dan keluar lebih dahulu dari kolong sempit di bawah ranjang. Lelaki tersebut mengintai di balik pintu.      

"Tetaplah di sini," dia kembali ke arah Kihrani. menundukan tubuhnya memberi tahu agar perempuan itu tetap bersembunyi di tempat yang sama, "aku akan keluar, lebih dahulu,"      

"Thomas jangan tinggalkan aku!" gadis berambut sama pekatnya dengan malam mengujarkan permohonan.      

Sayangnya ketika Thomas hendak membuka pintu. pemilik rambut platinum tersebut melihat siluet di ujung lorong. Disusul gelombang langkah kaki, mereka datang dari arah berbeda. mendekati 2 buah siluet yang tampaknya sedang beradu tembakan, siluet tersebut sedang fokus mengarahkan penyerangan ke lorong di depan mereka tidak menyadari kedatangan kelompok lain dari arah belakang.      

'jika yang datang adalah tarantula,' batin Thomas berbicara, baju dan pembawaan mereka berbeda dari orang-orang DM Group.      

'Berarti yang berada di ujung lorong adalah… ' Thomas tidak bisa berdiam diri.      

sebelum mereka lebih dekat pada siluet dan mengidentifikasi apakah dua orang tersebut sesama tarantula atau kah lawan.      

Sigap Thomas berusaha menyeret dirinya menuju ke suatu benda. sayangnya ia melihat perempuan yang harusnya di kolong ranjang malah keluar dan hendak mendekati keberadaannya.      

Thomas buru-buru meraih tubuh Kirani. Sesaat kemudian terdapat di pria itu menyergap sang perempuan dengan memeluk tubuhnya dari belakang. tubuh perempuan serta merta mengalami serangan rasa sakit luar biasa pada bagian pahanya.      

"Thom…"     

"Tahan! gigit bibirmu!" Thomas membawa tubuh gadis itu menuju sudut belakang dan mendorongnya memasuki ruangan yang tak lain adalah kamar mandi.      

"Diam di sini sampai aku datang!" Perintahnya dan Kirani mengangguk. Sebuah pelukan ia hadirkan untuk meyakinkan gadis itu, bahwa semua akan baik-baik saja.      

Barulah lelaki tersebut mengambil sisa cermin yang masih menempel di atas wastafel. Kemudian berjalan terhuyung huyung menuju pintu.     

Ia buka pintu lebar-lebar. Lalu membanting cermin tepat di lorong yang berada di depan pintu. detik berikutnya segera menyelinap tatkala ia menyadari sekelompok orang berbalik menatap dirinya.      

Thomas masuk dan mengunci rapat-rapat, ia sempat duduk di belakang pintu.      

Menahan gerombolan orang yang terdiri dari empat pria bersenjata. Berusaha mendobrak pintu bahkan menendang handle pintu tersebut.      

Thomas bangkit, menyeret ranjang beroda untuk menahan benturan sekelompok orang yang bertujuan mendobrak pintu.      

"Door!!" Kemudian ia menyadari kelompok pria yang mendobrak pintunya berteriak kesakitan, mereka seolah-olah berkurang. Mungkin siluet yang sempat dilihat Thomas lah yang telah menumbangkan mereka.      

Tak perlu ditanyakan apa yang terjadi berikutnya. Gelombang suara tembakan seperti petir menyambar-nyambar di tengah hujan lebat.      

"Siapa di dalam?" suara ini di kenali dengan baik, dia mengetuk pintu dengan cara berbeda. Thomas lekas membukannya.      

"Presdir??"     

Mahendra turuntangan membuat lelaki berambut platinum tercengang. dia berdiri di antara empat orang yang tergeletak di lantai.      

"Kau," hendra melangkah masuk ke dalam ruangan. "hanya sendiri?" pria ini berbicara sembari mendekati arah jendela. terlihat mengintai sesuatu.      

"Ada seorang di kamar mandi,"      

menoleh sejenak menatap Thomas yang sedang memberinya jawaban. lelaki bermata biru ini kembali mengarahkan pandangannya pada luar jendela. dia membuka jendela tersebut, tangannya terangkat meminta Thomas mendekat.      

"ada dua cara kalian keluar, Turun kebawah mendekati mobil hitam itu, atau naik ke atas gedung, heli bakal turun menjemput kalian," dengan petunjuk hendra, Thomas kini mengamati sisi bawah yang terlihat cukup sulit di jangkau sebab mereka berada di lantai empat.     

kepala Thomas terdorong keluar jendela, dia perlu mendongak untuk mengukur kemungkinan ke dua. dimana lelaki berambut platinum ini menyadari naik ke atap hanya butuh sekali usaha sebab mereka berada di lantai tertinggi.      

"bagaimana?" hendra bertanya sempari mengamati keadaan Thomas, "Ah! ini mustahil!" sang presdir memekik menyadari kondisi anak buahnya yang terlihat memprihatinkan.      

"perempuan di kamar mandi, dia tidak bisa berjalan," Thomas menambahkan.      

"apa dia ajudan istriku?"      

"Ya," Thomas mengangguk.      

Hendra segera meraih sesuatu di kantong celananya, [Pradita! Pinta Alvin menurunkan tali evakuasi, jendela terbuka lantai empat sisi barat gedung]     

[Tuan anda di mana?]     

[aku berada di tempat yang ku sebutkan, aku menemukan Thomas]      

[kenapa anda keluar!!]     

[ada apa?]      

[Rio dan kawanan personilnya datang!]                 


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.