Ciuman Pertama Aruna

IV-229. Wijaya Kusuma



IV-229. Wijaya Kusuma

0Juan menyalakan mesin mulai mengambil peran, Pedal gas Bentley continental black ditekan kuat-kuat sehingga mobil yang ia tumpangi melaju dengan kecepatan tinggi.     
1

Putra terbuang tarantula mengarahkan kuda besi yang ia kendalikan menuju barisan mobil yang terparkir di depan gedung Tarantula.     

Tidak butuh waktu lama, Suara benturan yang Juan ciptakan berhasil memicu kedatangan musuh utama. sebagian dari bodyguard Tarantula yang telah memasuki gedung berangsur-angsur berbalik ke arah halaman.     

Tujuan Juan jelas. Ia hendak mengulur waktu guna menyempurnakan sebuah rencana lain yang telah disusun bersama Tuannya. Juan menunggu kode dari lantai tertinggi gedung ini.     

Giliran orang-orang tarantula datang Juan membebaskan dirinya dari kegiatan membenturkan mobil hitam legam yang ia tumpangi kepada barisan mobil milik tarantula.     

Kini Bentley continental black yang dia kemudikan terlihat kacau pada sisi depan di pacu kembali, kali ini sengaja di arahkan pada gerombolan orang yang berlari ke arahnya bahkan menodongkan senjata api mereka. Juan tidak terlalu memikirkan apa yang menghadangnya sebab pemuda ini lekas menekan laju gas -hendak menabrak merak sekalian- dengan kecepatan tinggi kumpulan orang yang menghadangnya lari tunggang lalang.     

Kelakuannya mendorong senyuman khasnya. dari kaca spion, pemuda itu melihat puas atas hasil kerjanya. kelompok tarantula yang hendak menangkapnya kalangkabut. Dia untuk ke sekian kali memainkan mobil yang dia kendarai.     

"seet.. chiii...t.." bunyi ban mobil bergesek kan dengan aspal mencuat, memekakkan telinga tiap pendengar.     

Hal ini belum seberapa bandingkan modus operandi yang dia susun bersama tuannya. Kekacauan yang Juan jalankan tidak selesai sampai di sini. Dia kini Menunggu sebuah kode dari lantai tertinggi.     

Mobil hitam legam bergeming sesaat. jendela kaca di lantai tertinggi pecah oleh tembakan itu artinya Mahendra tuanya mengirim sinyal untuk misi berikutnya. menjentikkan sesuatu. Juan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Sesaat berikutnya Sebuah api biru muncul dari korek api elektrik berwarna senada dengan warna mobil yang dia kemudikan.     

Pedal gas kuda besi di injak kuat-kuat. Arahnya bukan ke depan melainkan ke belakang. Juan melesat ke arah orang-orang yang sempat memburunya. Roda mobilnya kembali mundur dengan kecepatan tinggi diiringi turunnya jendela kaca mobil di sisi pengemudi. pemuda tersebut menyeringai lebih lebar sebelum membuang api biru bersama korek api elektrik.     

Api kecil membesar, api biru berubah merah menyala-nyala saat menyentuh aspal berlumuran bensin.     

Beberapa menit sebelum dia menjalankan misinya Juan dengan sengaja mengedarkan minyak yang mampu mendukung kobaran api di setiap jengkal halaman gedung Tarantula termasuk barisan mobil yang berjajar.     

Tentu saja dalam hitungan detik api berkobar-kobar melahap segalanya termasuk barisan mobil yang terparkir -sengaja dikacau Juan guna mempercepat laju api melahap kuda besi Tarantula-     

Dikarenakan apiberkobar hebat dan mustahil dikendalikan, sebagian gerombolan bodyguard tarantula yang sempat keluar dari gedung dengan tujuan menghentikan kekacauan akibat perbuatan Juan, kini mereka sibuk melarikan diri.     

Api melahap segalanya dan mulai merayap menuju lobi gedung.     

Bisa di bayangkan bagaimana kepanikan sebagian kelompok Tarantula yang semula memilih bertahan memburu tim DM grup di dalam gedung. Mereka terjebak di lantai ke dua.     

Sebab lantai tiga nyatanya mulai menunjukkan hasil kerja Wisnu, percikan-percikan pada kanal-kanal utama jaringan listrik meledak.     

Key terjebak bersama orang-orangnya.     

.     

.     

Di sisi lain cucu Wiryo menyadari bau keberhasilan menguar menyelimuti dirinya. Asap berembus hingga lantai 4, Suara helikopter kedua terdengar terbang merendah, selepas helikopter pertama tertangkap mengevakuasi Thomas dan ajudan istrinya. Tali evakuasi menjulur di bawah helikopter pertama yang terbang menjauh di mana pada sisi dasarnya dua orang menjerat diri mereka pada tali tersebut.     

Sayangnya api di lantai 3 kini menjalar seperti pohon rambat yang tumbuh cepat menuju lantai ke-4.     

***     

"aku sangat bosan, sepertinya mustahil menutup mataku," tiga menit telah berlalu. Di mana Aruna berusaha memejamkan matanya. Sayangnya berakhir sia-sia.     

Susi yang setia menjaga Aruna terlihat bangkit dari duduknya. Ajudan senior tersebut mengambil remote televisi. Akan tetapi nona muda keluarga Djoyodiningrat menggelengkan kepala. Aruna tidak menginginkan benda yang ditawarkan Susi.     

"Apakah anda ingin membaca buku? Memainkan sebuah game?" bibir Aruna ditekuk. Tanpa suara Susi tahu nonanya menolak.     

"Bisakah kamu membawaku keluar dari ruangan ini?"     

"Oh, anda ingin jalan-jalan,"     

Aruna mengangguk. Sekian detik berikutnya Susi membantu perempuan yang mendekati masa HPL tersebut naik ke atas kursi roda. Sang ajudan perempuan membawa sang nona mengelilingi taman di malam hari.     

Ternyata bukan Aruna saja yang berjalan-jalan di taman. Perempuan atas nama Mia lebih dahulu berada di taman rumah induk keluarga Djoyodiningrat. Ia terlihat menikmati langit malam perbukitan, nuansa gelap bercampur cahaya lampu taman serta hawa dingin malam.     

Susi menghentikan laju roda, tatkala nona nya mengangkat telapak tangan kanan pertanda ia ingin berhenti. Berhenti tepat beberapa langkah di belakang perempuan yang memperkenalkan diri sebagai ibu Juan.     

Batuk kecil Aruna suguhkan, tindakan untuk mencari perhatian perempuan yang terlihat mengedarkan matanya ke langit-langit, ke tumbuhan yang tak jauh dari tempatnya berdiri dan yang terakhir ke arah Aruna sendiri.     

"Oh' anda di sini," selepas tahu ada Aruna di belakang punggungnya. Mia membalik tubuhnya secara penuh ke arah Aruna. Langkah kakinya menyuguhkan gerakan mundur selangkah. Sebelum membungkukkan punggung. Gerakan semacam ini Mia tiru dari cara tiap-tiap asisten rumah induk bertemu dengan anggota keluarga Djoyodiningrat.     

"Susi, bisakah kamu meninggalkanku?" Susi sekedar mundur beberapa langkah. Posisi dimana dia tidak bisa mendengarkan percakapan yang mungkin terjadi antara Aruna dengan perempuan asing, penghuni salah satu kamar di lantai 3.     

"apakah Anda sedang menikmati tumbuhan yang tumbuh di malam hari?" Ini pertanyaan Aruna untuk Mia. Pertemuan pertama dengan perempuan tersebut terjadi di kamar pribadi Aruna. Mia menceritakan sebuah kisah paling tragis, dan mengatakan bahwa dia bahkan tidak sempat melihat tumbuhan yang tumbuh selama 20 tahun terakhir.     

"lebih tepatnya mengamati si ratu malam," telunjuk tangannya menunjuk sesuatu tak jauh di belakang keberadaan dirinya.     

'jadi itu sebabnya Mia mengamati bulan?'     

Mitos mengatakan bunga wijaya kusuma atau lebih dikenal dengan sebutan the Queen of night akan mekar ketika cahaya bulan jatuh pada kuncup-kuncupnya.     

"bisakah kamu mendorongku mendekati Wijaya Kusuma? Aku tidak ingin ketinggalan melihatnya mekar?" pinta Aruna.     

"tentu saja," Mia benar-benar mendorong kursi roda Aruna mendekati kuncup-kuncup yang melengkung ke bawah layaknya lonceng.     

"Aku, bahkan berencana menutup mataku ketika bunga itu mekar,"     

Spontan Aruna menoleh pada Mia, kalimat perempuan ini sungguh membingungkan.     

"waktu saya kecil ibuku pernah mengatakan: Apabila seseorang berhasil melihat mekarnya bunga Wijaya Kusuma secara menyeluruh, maknanya adalah kemenangan mutlak, bagai kemenangan yang dimiliki seorang raja. Keberuntungan berupa rezeki yang datang beruntun. Konon bisa di setarakan dengan keberuntungan para bangsawan,"     

"lalu kenapa kamu memilih Menutup mata?" tanya Aruna.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.