Ciuman Pertama Aruna

IV-258. Cinta Selalu Konyol



IV-258. Cinta Selalu Konyol

0"Anda boleh menonton film kesukaan Anda, atau apa saja selain stasiun televisi," tutur Ratna.      

"yang benar saja!. Panggilkan Hendra!!"     

Perempuan ini murka. dia tidak mendapati handphone nya beberapa hari terakhir. seseorang yang kaya raya biasanya bisa memainkan berbagai gadget dengan marek paling spektakuler tapi dirinya? Yang seorang istri Mahendra Djoyodiningrat.     

Lelaki yang di puja-puja atas ketampanannya bahkan media sosial ofisialnya sering kali menjadi tempat berhalu ria perempuan muda termasuk ibu-ibu yang terpesona akan status sosialnya dan citra diri dari pewaris tunggal keluarga bangsawan negara tropis, sayangnya sang istri, yaitu Aruna, perempuan ini merasa dirinya terlihat menyedihkan.      

Tawanan yang dilarang keluar rumah, tak diijinkan berselancar di media sosial dengan bebas parahnya Aruna juga dilarang berkomunikasi dengan orang sembarangan. Dan detik ini yang paling mencengangkan dari semua larangan menyedihkan ialah di larang menonton televisi.      

"Apa yang berbahaya dari menonton televisi?" kalimat tanya ini menggelegar membentur dinding ruangan kamar tatkala lelaki bermara biru baru saja melangkah masuk ruangan.      

Seperti ledakan yang tak bisa di tahan lagi. Aruna menaikkan volume suaranya. Mereka berdua tidak pernah bertengkar sejauh ini keduanya sangat berusaha keras menjaga perasaan masing-masing.      

Mendapati suara bervolume keras yang mendengung di telinga. Entah bagaimana Hendra tampak tidak berniat menanggapinya dengan emosi yang sama meluapnya. Dia bicara lirih kepada Ratna yang syok, asisten rumah tangga yang memberi Hendra kabar akan keinginan istrinya menemui dirinya dengan ekspresi penuh kekhawatiran itu masih terbengong. Mulutnya ternganga beberapa inci ketika telinganya mendengar nona muda yang ramah itu meneriaki tuan mudanya.      

"keluarlah Ratna, tutup pintunya," sempat bergeming seolah tak mendengar permintaan lirih Mahendra, "ratna," sekali lagi lelaki bermata biru mencoba untuk membangunkan asisten tersebut.      

Terjungkat sesaat detik berikutnya ratna membalik tubuh berjalan cepat menuju pintu kamar dan menutupnya rapat.      

"Sudah marahnya?" pria ini tampak tenang berjalan mendekati keberadaan Aruna. tak pernah terbayangkan dalam benak Aruna dia malan menyajikan wajah ramah.      

Meraih cerek berisikan air putih dan menuangkan pada gelas bening. Hendra datang mendekat. Aruna memalingkan wajahnya. Dia tidak menerima benda bening berisikan zat cair yang di sodorkan Mahendra.      

"ini untuk baby, bukan kamu," ujar Hendra.      

Tangan perempuan itu mengepal kuat-kuat. Dan sangat terkejut ketika lelaki di dekatnya meraup tubuhnya dan memeluknya. Mendaratkan kecupan di ubun-ubun.      

"aku minta maaf, jangan marah, kasihan baby, dia pasti merasakan emosimu," dan kalimat ini mampu merenggangkan tangan Aruna. membuat perempuan ini menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskannya.      

"Aku punya alasan."      

Hanya itu yang di dapat Aruna ketika matanya menatap Mahendra membuat permintaan berupa penjelasan atas pernyataannya.      

"Ada banyak cara agar kita bahagia, banyak sekali, tak harus menonton televisi," tawar Mahendra.      

"apakah itu termasuk tidak memegang gadget? Tidak keluar rumah?" timpal Aruna. dan lelaki bermata biru duduk di sisinya. Sebuah kebiasaan ketika dia merasa bersalah adalah membasahi bibirnya, mengusap wajahnya sendiri. sebelum telapak tangan tersebut di gunakan untuk menangkap wajah istrinya dan matanya menatap mata aruna.      

"Aku mohon mengertilah,"      

"bagaimana aku bisa mengerti Hendra? coba katakan padaku! Bagaimana caraku agar mengerti?! Kamu menghianati janjimu, kamu bilang akan melakukan apa saja untukku, untuk bayi kita. tapi kau mengurung kami, lagi dan lagi, tak ada orang yang bahagia di kurung!" Aruna mengomel panjang lebar. Pria di hadapannya sekedar menatapnya. Tatapan yang di liputi keteguhan. Sesaat tatapannya turun dan pria itu menyentuhi kedua telapak tangan Aruna.      

"Aku tahu, aku juga tahu semua tindakanku keterlaluan," Hendra tidak memberi alasan  apa pun. Selain kalimat itu. Selebihnya lelaki ini malah menawarkan hal lain, Ya dia mengajak istrinya naik ke pelukannya dengan menyodorkan dua telapak tangan.      

Aruna menggeleng, dia kecewa dan tak mau bicara. Meringkukkan tubuhnya  menyentuh permukaan ranjang untuk ke sekian kali. Dan mereka terkubur dalam keheningan. Seiring dengan cara lelaki ini mencoba meredam kemarahan dengan pijatannya di kaki yang istri yang terlihat makin bengkak.      

Dalam diamnya Aruna memikirkan sesuatu, memikirkan banyak hal tentang masa depan dirinya dan bayi perempuan di dalam perutnya. Apa yang harus dia lakukan pada lelaki keras kepala dengan nama belakang Djoyodiningrat ini. Bukan Opa Wiryo, entah bagaimana Hendra kini kian mirip dengan lelaki tua yang memimpin keluarga ini.      

Jika Hendra semakin serupa dengannya, barang tentu dia dan bayinya tidak akan memiliki masa depan. Mereka akan berakhir sama dengan ibu gayatri maupun oma sukma.      

Ini tidak mengejutkan. Praktik dan cara hidup semacam ini bukan sesuatu yang baru. Bahkan silsilah keluarga tertua di dunia, yang usianya ribuan tahun silam juga mengalaminya.      

Imperial House of Japan (Keluarga Kekaisaran Jepang) termasuk pohon keluarga tertua. Mereka ini merupakan monarki turun-temurun tertua di dunia, sejak 660 SM dengan aksesi Kaisar Jimmu yang legendaris.     

Kerajaan Jepang secara pasti menuliskan garis keturunannya setidaknya hingga abad ke-6 M melalui Kaisar Kinmei. Dimana kepala Keluarga Saat Ini ialah Kaisar Naruhito.      

Mereka secara nyata hanya muncul di beberapa kegiatan saja. Kemunculan yang sangat protokoler dan penuh dengan kehati-hatian. Terlebih para perempuannya. Mereka hampir tak terlihat, kalaupun ada di tengah masyarakat, para perempuan ini akan di kelilingi berlapis-lapis bodyguard.     

Uniknya ketika mereka menikah mereka secara resmi akan hilang dari garis keturunan. Di hapus dari semua foto keluarga. Dan tak akan pernah mendapatkan hak atas warisan apa pun. Para perempuan akan hilang dan lenyap. Sebuah tradisi yang di pegang teguh dan tak akan pernah berubah.      

Tapi bukan kah Djoyodiningrat sekedar keluarga dengan bangsawan di sebuah negara yang tak menganut Monarki?. Masyarakat tempatnya berada adalah sebuah masyarakat yang memegang teguh demokrasi.      

"sangat konyol," Aruna mendesis, kepalanya pening memikirkan apa yang dia alami.      

"cinta selalu konyol," dia mendapatkan kalimat timpalan, kalimat yang keluar dari lelaki yang detik ini memijat kakinya.      

Ketika aruna menoleh dan menatap lelaki yang mengelusi betisnya dengan gerakan lembut tersebut. Dia memberi senyum yang ramah.      

"obsesi dan cinta tidaklah sama. Cinta adalah sesuatu yang kita rasakan tak terkendali untuk orang lain, menempatkan kebutuhan mereka di atas kita sendiri," timpal aruna. menegaskan bahwa perilaku hendra bukanlah cinta, itu terlalu baik.      

'itu obsesi,' batin Aruna.      

"jika ini obsesi, yang artinya adalah perasaan yang sangat kuat, hingga merasuki pikiran. Sampai serupa dengan gangguan jiwa. Kamu tak boleh lupa, aku mantan penyitas gangguan jiwa," lelaki bermata biru terkekeh mengajak istrinya bercanda.      

"Tidak lucu! Singkirkan tanganmu dari kakiku!"     

Bercanda Hendra tidak menyenangkan sama sekali.      

.     

.     

[1] Monarki berasal dari bahasa Yunani monos yang berarti satu, dan archein yang berarti pemerintah. Monarki merupakan sejenis pemerintahan yang dipimpin oleh seorang penguasa monarki. Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.